24

4.5K 490 12
                                    


Tanggung jawab seorang ibu adalah merawat anak-anaknya sebaik mungkin, memberi kasih dan cinta juga menjadi tempat belajar yang utama. Namun untuk beberapa kasus ada anak yang tidak memiliki kesempatan merasakan itu semua.

Sama halnya dengan Kylee, anak berusia sembilan tahun lebih itu menarik napas sedalam-dalamnya. Ada rasa rindu yang teramat pada ibunya yang bahkan sejak ia kecil wanita itu memilih untuk pergi mengejar karir dari pada merawatnya.

Kepada wanita itu, sekalipun ia tahu betapa tidak pedulinya Kylee akan tetap menghormatinya. Karena Jeno selalu berkata, mau bagaimanapun situasi antara mereka, mau bagaimanapun sang ibu tidak bertanggung jawab atas dirinya, Jessi tetap saja seorang wanita yang rela mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya.

Dan untuk kesempatan kali ini, dimana mereka bertemu setelah dua tahun lebih tidak melayangkan sapa. Kylee tidak akan banyak bicara, sebab ia merasa wanita yang berstatus ibu kandungnya tidak jauh berbeda dengan orang-orang asing di sekelilingnya.

Alih-alih memeluk saat wanita itu memanggilnya tepat di depan gerbang sekolah, Kylee justru hanya tersenyum simpul.

Ini ketiga kalinya mereka bertemu, Kylee rasa tidak ada yang berubah dari ibunya. Pemapilannya masih sama, citra wanita glamor yang suka mengoleksi barang-barang mewah dan berpakaian seksi.

Jangan lupakan bagaimana cara wanita itu memandang rendah orang-orang disekitarnya, seolah merasa dia lah yang paling layak untuk dihargai.

"Apa kabar, Kylee?" Tanya Jessi setelah menyesap minuman miliknya, mencoba menghilangkan canggung yang hampir saja singgah di antara keduanya. Wanita itu menatap putranya dari bawah ke atas, lalu terkekeh tanpa sebab.

"Kayaknya kamu nggak dirawat dengan baik sama ayahmu itu, ya." Tuduh Jessi dengan tatapan meremehkan.

Kylee tidak berniat untuk menjawabnya, justru tertawa pelan dan meraih seporsi croissant yang dipesannya.

Jessi menarik napas panjang, ia tidak punya banyak hal untuk dibicarakan dengan putranya. Ia hanya kebetulan pulang ke Indonesia dan kedua orang tuanya memintanya untuk melihat Kylee.

Namun selalu ada perasaan aneh saat Jessi menatap putranya. Sebentar, bisakah ia memanggil Kylee dengan sebutan itu? Sedangkan merawatnya saja ia tak mau. 

Pertemuan ketiga mereka yang tidak ada ramah-ramahnya, membuat Jessi mendesah kesal. Ia pikir Kylee akan menyapanya hangat, menanyakan kabarnya atau setidaknya tersenyum lebar karena bertemu dengan ibunya. Nyatanya semua perkiraan itu salah ia tidak mendapatkan salah satunya.

Wanita itu bersiap untuk pergi jika saja Kylee tidak membuatnya membeku di tempat, seperti mendapat sebuah tamparan yang memang harus ia rasakan. 

"Seenggaknya ayah nggak lepas tanggung jawab kayak mami. Ayah masih kasih aku tempat tinggal dan sekolah yang layak, ayah masih penuhin semua kemauanku. Dan yang terpenting..." Kylee menjeda kalimatnya hanya untuk menunggu respon sang ibu yang terdiam menatapnya.

Anak itu mengangkat dagu lebih tinggi, tersenyum miring saat menatap mata sang ibu. Melawan dengan tatapan yang tak kalah merendahkan. "Ayah nggak pernah pergi ninggalin aku kayak mami ninggalin aku." 

"Aku udah nyaman tinggal berdua sama ayah, nggak ada mami pun aku nggak masalah. Jadi berhenti bilang ayah nggak bisa rawat aku sedangkan mami sendiri justru nggak pernah rawat aku." Cecar Kylee tanpa takut. 

Persetan dengan semua sopan santun yang Jeno ajarkan padanya. Kylee tidak akan terlihat menyedihkan hanya karena Jessi meninggalkannya. Sekalipun selama ini Jeno lebih banyak mendiaminya, Kylee tetap tidak terima jika ayahnya dihina begitu saja.

Sebenarnya puing-puing rindu yang terbelenggu ingin Kylee ujarkan pada ibunya. Tetapi, melihat bagaimana wanita itu meninggikan dirinya dan merendahkan ayahnya, Kylee tidak akan sudi berucap rindu padanya.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang