Satu hal yang pasti Katrine kembali menginap malam ini di kediaman kekasihnya. Setelah obrolan panjang dengan Kylee, perempuan itu keluar dari dalam kamar karena pemiliknya telah terlelap.
Ada banyak yang diceritakan oleh anak itu, seperti mengeluarkan semua isi kepalanya yang selalu disimpan sendirian, dengannya Kylee mampu mengeluarkan semua tanpa sungkan.
Seperti bagaimana dia saat di sekolah yang selalu mendapat banyak pujian dari guru-gurunya. Tentang hobinya yang luar biasa banyak, tentang ketertarikannya pada musik dan segelintir teman-temannya.
Anak itu bercerita hingga larut dan berakhir ketiduran, mendapat sebuah pelukan sebelum ia benar-benar terlelap untuk istirahat.
Lalu sang ayah yang duduk di ruang keluarga dengan televisi menyala mendongak, bunyi pintu kamar yang di tutup menjadi penyebabnya. Lelaki itu tersenyum lebar memberi isyarat agar perempuannya turun ke bawah menghampirinya,
Hari sudah terlalu larut namun sepertinya lelaki itu tidak mengantuk sama sekali, wajahnya cerah seperti tadi pagi saat mereka berpisah untuk urusan masing-masing.
"Gimana hari ini? Kay bikin kamu kesusahan nggak?" Tanyanya begitu Katrine duduk tepat di sampingnya.
Saat Katrine menggeleng sembari menatapnya dengan senyuman penuh, Jeno tersenyum lega. Ada banyak kekhawatiran saat ia meninggalkan Kylee yang sedang sakit bersama Katrine, bukan tentang Katrine yang tidak bisa mengurus Kylee tetapi, tentang Kylee yang terlalu rewel saat sakit. Lelaki itu khawatir anaknya menyusahkan Katrine.
"Makasih ya udah nemenin Kay hari ini, karena kamu dia bisa senyum cerah hari ini." Mungkin Katrine sudah bosan mendengar segala ucapan dari Jeno, padahal ia tidak pernah mengharapkan itu.
"Bukan apa-apa kok, lagi pula sekarang dia udah jadi tanggung jawabku juga kan?" Bibir lelaki itu menipis, tangannya beralih untuk mengusap surai coklat perempuannya dengan sayang.
Malam larut tidak mengantarkan mereka pada peraduan mimpi, tidak pula pada pembicaraan panjang tentang bagaimana mereka akan menjalani hari esok, hanya mengantarkan Katrine pada bahu kokoh lelakinya yang terlalu nyaman untuk disandari.
Televisi masih menyala dengan suara pelan, menampilkan iklan iklan khas jam malam. Menemani keduanya membelah heningnya malam tanpa guyuran hujan seperti malam lalu.
Terkadang ada beberapa pertanyaan yang ingin di ajukan perempuan itu pada kekasihnya. Namun, seolah ada sekat antara lidah dan bibirnya yang berakhir memilih untuk menelan kembali pertanyaan-pertanyaan itu.
"Marry me Juliet, you'll never have to be alone. I love you and that's all i really know."
"I talked to your dad, go pick out a white dress. It's a love story, baby just say yes."
Gumaman bait dari salah satu lagu terkenal itu terdengar di telinga Katrine, suara bariton yang biasanya berbicara lantang justru terdengar lebih seksi saat bergumam.
"Ah, salah, harusnya gini sayang. Marry me Kaleena, you'll never have to be alone." Ulang Jeno yang kali ini menatap dalam mata kekasihnya.
"I love you and you really know." Lanjutnya.
"Okay, then?"
"Mrs. Kaleena, marry me, please." Mohon Jeno dengan nada serius.
"One reason why i should marry you mr?" Tanya perempuan itu tak kalah serius.
Cukup lama Jeno terdiam, tenggelam dalam binar terang kekasihnya yang sama sekali tidak goyah. Terkadang Katrine lebih merasa tidak pantas mendapatkan keberuntungan ini, lelaki di hadapannya tampak jauh lebih sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno