2

9.7K 742 33
                                    

Kylee masih duduk di bangku kelas lima, sebetulnya Jeno terlalu cepat memasukkan anaknya ke sekolah. Karena tidak ada yang menjaga Kylee di rumah, juga mamanya yang tidak mungkin menjaga Kylee karena Kylee tidak akan pernah mau.

Maka dengan saran teman-temannya Jeno terpaksa memasukkan Kylee ke sekolah lebih awal. Ya lumayan sih, gangguannya saat bekerja berkurang begitu Kylee di sekolahkan.

Begitu pula dengan ricuhnya pagi ini, Kylee terang-terangan berteriak ke seluruh penjuru rumah karena tidak menemukan sepatunya. 

"AYAH SEPATU KYLEE YANG PUTIH MANA?" 

"AYAH INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH! KYLEE ADA PIKET AYAH!"

Jangan tanya bagaimana respon Jeno yang memang selalu santai disetiap keadaan. Berbeda dengan Kylee yang panik heboh setengah mati, justru lelaki itu masih santai mengenakan baju tidur.

"Berisik, sana sarapan dulu." Masih dengan kadar kesadaran yang minim Jeno menggaruk perutnya dan menguap lebar. Lelaki itu berjalan ke arah dapur untuk membasahi tenggorokannya.

"AYAH! PLIS KALO KYLEE GA PIKET LAGI NANTI DI DENDA 10 RIBU."

"Hoaaaam, yaudah tinggal kasih 10 ribu jangan kayak orang miskin." Memang tidak ada yang bisa Kylee contoh dari ayahnya selain sifat gigih bekerja.

Tanpa mencuci muka dan bergosok gigi dahulu ayah muda itu langsung saja meraih piring. Setiap pagi sang mama akan mengirimkan sarapan, lalu pergi begitu saja tanpa melihat wajah anak dan cucunya.

Satu centong penuh nasi putih kini berpindah ke piringnya, katanya tidak kenyang kalau tidak makan nasi. Lalu ada ayam kecap kesukaannya dan capcay kesukaan Kylee.

"Sini Kay sarapan dulu, kamu itu perlu nutrisi untuk berpikir. Jangan jadi bodoh karena kamu nggak pernah sarapan, percuma ayah sekolahin kamu di sekolah bagus tapi bukannya jadi pinter malah tambah bodoh."

Satu suap masuk ke dalam mulutnya, demi Tuhan masakan mamanya selalu enak. Membuat matanya yang masih mengantuk kini terbuka lebar dengan binar.

Kylee masih pada tempatnya, mendumel tidak jelas sembari mondar-mandir mencari sepatunya.

"Kamu dengerin ayah nggak sih Kay?"

"Nggak." Jawab Kylee ketus.

Sayang sekali rumah ini tidak memiliki supir pribadi, padahal sudah berpuluh-puluh kali Kylee meminta supir pada Jeno.

Kylee tau kebiasaan buruk ayahnya yang terlalu santai, hingga jam menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit pun Jeno masih asik makan tanpa memikirkan nasib anaknya yang akan membayar denda sebesar 10 ribu.

Selain pasrah menunggu ayahnya sarapan, apalagi yang bisa dia lakukan? coba saja mereka punya supir pribadi mungkin saat ini Kylee sudah sampai di sekolah dan menyapu ruang kelasnya.

"Ayo ayo ayah anter."

"Iyi iyi iyih intir, TELAT."

"Dari pada nggak ayah anter?" Jeno terkekeh hingga matanya menyipit, entah kenapa dia suka sekali menjahili Kylee yang memang memiliki kesabaran setipis pahalanya.

"Hidup itu cuma sekali Kay, nikmatin aja. Di denda ya bayar, laper ya makan, ngantuk ya tidur nggak usah dipikirin keras-keras nanti kamu kena mental illnes."

"Justru ayah yang kayak orang nggak punya tujuan hidup, Kylee ini tertata, berangkat pagi, belajar, bimbel seminggu 4 kali, mengembangkan hobi." Jawab Kylee tak mau kalah.

"Ya ya terserah, ayah cuma gamau kamu stress."

Memang apa yang perlu distress kan seorang anak SD? Bahkan Kylee tidak pernah repot berpikir ingin jadi apa jika besar nanti.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang