Sebenarnya Katrine tidak benar-benar berharap Jeno akan seserius ini padanya. Pertama, lelaki itu mapan. Kedua, lelaki itu tampan dan ketiga, lelaki itu terlalu sempurna untuk dirinya yang hanya penjual bunga.
Berulang kali perempuan itu menatap tak percaya saat Jeno datang pagi ini ke rumahnya. Penampilannya sangat santai namun terlihat rapi dan dilihat dari pakaian yang lelaki itu kenakan sepertinya Jeno tidak akan datang ke kantor.
Katrine masih betah berdiri mengintip di dekat tangga, melihat bagaimana cara lelaki itu berbicara dengan mamanya, membuat perasaannya berdesir. Benar-benar mencerminkan betapa mahal dirinya.
Katrine kira Jeno hanya akan berakhir menarik ulur perasaanya dan berakhir meninggalkannya. Bukan berarti setiap perhatian lelaki itu terlihat main-main hanya saja benarkah lelaki itu menyukainya dengan tulus?
Ada banyak perempuan cantik di luar sana bahkan lebih pintar darinya. Seperti yang Katrine sering dengar dari mamanya, anak-anak dari teman arisannya sungguh bervalue tinggi, tidak sepertinya yang justru memilih membuka florist dari pada bekerja di perusahaan besar atau instansi hukum yang selalu digadang-gadang papanya.
Bukan hanya sekali dua kali sang mama bercerita jika Jeno sering dijodoh-jodohkan dengan anak teman-temannya dan hanya sang mama yang tak pernah berani menyebutkannya karena ia hanya seorang penjual bunga. Katrine cukup sedih karena sang mama selalu melihat pekerjaannya dengan sebelah mata.
Memang ada yang salah dari pekerjaannya? Bukankah sekecil-kecilnya usaha, si pemilik tetap saja disebut sebagai pengusaha? Harusnya sang mama bangga dan tidak perlu malu tapi, bukan berarti ia juga ingin dipamerkan oleh mamanya.
Alih-alih menerima salah satu dari perempuan-perempuan yang dikenalkan, Jeno justru melirik dirinya entah karena Kylee atau lelaki itu memang tertarik karena hatinya sendiri.
Cukup lama ia berdiri disana hingga pegal menyerang dan membuatnya mau tak mau pergi untuk menemui lelaki itu. Katrine belum menganggap hubungan mereka sebagai hubungan yang serius, selain mereka masih belajar untuk saling mengenal Katrine juga takut perasaan lelaki itu tidak bertahan lama dengannya.
Katrine perempuan yang membosankan tidak ada yang menarik darinya, keluarganya juga bukan keluarga kaya raya seperti keluarga Jeno jadi Katrine cukup sadar diri untuk tidak terlalu berharap.
Tetapi, bukankah di usia mereka yang bukan lagi remaja ini tidakkah lucu jika hanya bermain-main? Akan ada banyak pertimbangan yang harus Katrine pikirkan jika akhirnya ia bersama Jeno. Bagaimana dengan pandangan keluarga lelaki itu? Mungkin ini tidak terlalu penting karena Anna dan Sandra cukup dekat.
Tapi bagaimana dengan Kylee? Katrine tidak akan pernah lupa jika faktanya lelaki itu sudah memiliki anak yang artinya dulu Jeno memiliki wanita yang begitu berharga dalam hidupnya. Katrine tidak tahu alasan keduanya berpisah tapi jelas saja ia merasa takut wanita itu akan kembali ke hidup Jeno.
Katrine tersenyum begitu Jeno menyadari kehadirannya, lelaki itu menegakkan duduknya dan membalas senyum sang gadis tak kalah lebar seolah hanya Katrine lah yang mampu membuatnya tersenyum secerah ini.
"Kamu nggak kerja ya?" Katrine duduk di sebelah sang mama.
"Cuti, oh iya hari ini ikut aku yuk? Mama udah kasih ijin kok." Mata Jeno menyipit, mengikuti gerak bibirnya yang semakin tertarik ke atas.
"Kemana? Aku mau buka toko." Di sebelahnya Anna langsung menyenggol.
"Libur sehari nggak bikin florist kamu bangkrut." Tampaknya wanita paruh baya ini sedang berada di suasana hati yang bagus terlihat dengan bagaimana binar matanya berbicara.
"Nggak bisa, hari ini aku ada pesenan beberapa buket nggak mungkin aku cancel, ma."
"Oh yaudah selesain dulu pesenannya, baru ikut aku." Saran Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno