Akhir-akhir ini Jeno sedikit bosan dengan pekerjaannya yang begitu-begitu saja. Walau firmanya semakin ramai, mendapat banyak klien, menjadi tempat magang favorit karena pembawaan kantornya yang santai dan lingkungan yang sehat.
Dalam bulan ini saja ia mendapat banyak surat lamaran magang, banyak yang berlomba-lomba untuk bergabung bersama. Sayangnya Jeno terlalu malas melihat berlampir-lampir permohonan dari mahasiswa.
Jeno tersenyum saat bu Ina, resepsionis kantornya menyapa. Bu Ina lebih tua tujuh tahun dari dirinya dan wanita itu sudah bergabung dengan firmanya sejak awal berdiri.
"Siang pak Jeno, mau makan siang di luar ya?" Tanya wanita itu ramah, di sebelahnya terdapat satu perempuan yang terlihat lebih muda darinya.
"Mau beli kopi aja, ini siapa bu?" Jeno menunjuk perempuan itu, karena ini hari pertama ia melihatnya.
"Aah, ini Intan pak, resepsionis baru yang akan mengisi meja lantai dasar."
"Aaaa begitu, selamat bergabung dengan firma saya Intan, semoga betah ya." Lelaki itu mengulurkan tangannya.
"Terima kasih pak." perempuan bernama Intan itu membalas jabatan tangan Jeno.
"Kalau begitu saya duluan."
Banyak penghuni kantor yang berkata jika Jeno adalah pemimpin rasa teman. Karena walaupun lelaki itu memiliki jabatan tertingi dalam firma ia tetap rendah hati dan sopan pada siapapun.
Jeno juga pintar dengan staffnya selalu memastikan kesejahteraan mereka terjamin dan tidak menimbulkan keirian. Walau kadang sifat aneh lelaki itu tak bisa dihindari, mereka tetap menyukai Jeno sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.
Sejak pagi lelaki itu hanya melihat tumpukan berkas tanpa minat untuk mengerjakan. Matanya juga berair karena terus menguap ia butuh kopi untuk menyegarkan mata.
Dalam perjalanannya menuju basement Jeno bersenandung. Lirik demi lirik lagu yang baru ia putar beberapa menit lalu ia nyanyikan kembali. Sejenak lelaki itu mengingat Katrine, bibirnya mengulas senyum.
Tiba-tiba ia menaruh rindu pada kekasihnya itu padahal semalam mereka menghabiskan malam bersama, ya walau hanya lewat panggilan suara.
"Jeno." langkah Jeno terhenti saat seseorang tiba-tiba menghadangnya.
Spontan mata lelaki itu menatap jengah, kedua tangan ia masukkan ke dalam saku, mengangkat dagunya angkuh. Merubah aura disekitarnya menjadi lebih dominan.
"Aku mau ngomong sama kamu." Lanjutnya. Wanita berpakaian minim itu maju lebih dekat ke arah Jeno.
"Kita udah gak ada urusan." Jeno menatap nyalang kala wanita itu ingin meraih lengannya, Jeno tidak suka bersentuhan dengan orang asing.
"Jen, kamu beneran putusin hubungan kita gitu aja? Papaku udah setuju sama kita loh." Kali ini Jeno melepas tawa hambar.
"Sejak kapan kita punya hubungan? Bahkan dari awal gue nggak pernah setuju. Jadi berhenti anggap gue pacar lo, oh satu lagi Kylee juga nggak akan setuju kalau gue sama lo."
"Jeno, please aku kurang apa sih?" Wanita itu menahan Jeno dengan segala keberaniannya.
"Kurang sopan santun. Lo nggak tahu ya kalau gangguin orang itu bisa dipidana? Gue udah cukup sabar sama lo yang suka gangguin Kylee di sekolah. Lo bisa gue laporin sebagai penguntit, mau?"
Jeno melepas cekalan tangan wanita itu dengan kasar. Sungguh, ia sangat malas berhadapan dengan wanita seperti Selli, ini bukan yang pertama kalinya justru Jeno sudah terlalu biasa. Dan semua itu gara-gara sang mama yang suka sekali menjodohkannya dengan anak teman arisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno