Sudah dua puluh menit lebih mereka menetap di dalam mobil, padahal sedan hitam itu telah terparkir rapi di halaman rumah Katrine. Pintu rumah tertutup rapat, mungkin saja mama Katrine sedang pergi.
Entah berkumpul minum teh dengan teman-temannya atau bisa saja menyusul papanya yang mendapat undangan pernikahan dari salah satu rekannya.
Pekarangan rumah yang lumayan luas dan ditumbuhi satu pohon jambu itu hanya diisi sedan milik Jeno, mereka terdiam cukup lama sebelum Jeno membuka suara untuk yang pertama kalinya.
Lelaki itu menggaruk tengkuk sembari memalingkan wajah ke arah belakang, dimana Katrine yang masih terus mengusap punggung putranya yang tertidur pulas.
"Masih mau disini?" Tanya lelaki itu pelan supaya Kylee tidak terbangun.
Kylee tipe anak yang akan marah saat tidurnya terganggu, sering memekik kesal saat mengantuk tetapi susah untuk tidur dan kerap menangis setiap mendapatkan mimpi buruk.
Kebiasaan yang tidak bisa Jeno atur karena memang telah menjadi momok sejak kecil, maka Jeno akan lebih berhati-hati karena putranya sangat sensitif saat tertidur.
"Kalau digendong, kebangun gak?" Tanya Katine memastikan. Perempuan itu menatap lamat wajah damai Kylee yang terlalu mirip dengan kekasihnya.
Menyentuh pipinya yang terasa begitu lembut tanpa cacat sedikitpun, saat dewasa nanti Katrine yakin anak ini akan menjadi idola banyak gadis.
Pintar, tampan wajahnya, bening matanya, bangir hidungnya dan tipis bibirnya juga manis senyumnya. Bukankah Tuhan terlalu baik saat menciptakannya?
"Belum tahu kalau nggak dicoba, sayang."
"Kasian kalau kebangun, disini dulu gak pa-pa deh."
Jeno tahu perempuannya menahan pegal sepanjang perjalanan, namun hanya demi putranya agar tidak terganggu saat tidur Katrine rela menahan pegal lebih lama.
Putranya yang sok dewasa selama ini ternyata memang masih terlalu belia. Kali pertama dalam hidupnya, Jeno melihat putranya berubah sangat manja yang selalu mencoba kuat saat tidak ia pedulikan kini terjatuh lemah pada seseorang yang membuatnya nyaman.
Jeno bersumpah dalam sepanjang hidupnya tidak akan mengulangi kebodohannya selama ini, ia akan memuliakan wanitanya, ia akan memberi banyak perhatian pada putranya dan meluangkan lebih banyak waktu untuk keluarganya.
Mereka kembali hening untuk sesaat dan Katrine yang masih setia mengusap punggung Kylee hingga dengkuran halus terdengar, tidur yang benar-benar nyenyak tanpa sebuah mimpi.
Setelah melepas jasnya Jeno keluar tanpa bicara, membuka pintu penumpang sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara. "Ayo masuk, biar aku gendong anaknya."
Jeno mengangkat perlahan tubuh putranya yang semakin tinggi, membopongnya untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Dari belakang, kala lelakinya dengan tegap mengangkat Kylee entah mengapa terlihat lebih berkharisma bagi Katrine.
Kakinya yang jenjang melangkah yakin mendekati rumah, sama sekali tidak terlihat keberatan karena ternyata Jeno memang sekuat itu.
"Sayang, tolong bukain pintunya." Jeno menoleh ke belakang saat dirasa Katrine tidak ada di sampingnya.
Perempuan itu tersadar dari lamunannya, mengerjap beberapa kali baru beranjak dari tempatnya berdiri, melamunkan Jeno tidak akan ada habisnya dan Katrine terpaksa menyimpan untuk nanti malam.
Katrine tergesa mengubek tasnya untuk mencari kunci rumah yang tiba-tiba menghilang entah kemana, berulang kali mengecek ke dalam tas memastikan jika tadi pagi ia tidak meninggalkan kunci, terkadang Katrine sangat benci dengan sifat pelupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno