Pagi ini tidak ada bedanya dengan pagi-pagi lain. Rumah mereka terlalu monoton untuk ditinggali. Kylee bisa merasakan dinginnya rumah ini selama bertahun-tahun. Cukup membosankan walau di hari minggu sekalipun.
Seharusnya Jeno mencari asisten rumah tangga untuk mengisi ruang kosong di rumah ini. Setidaknya tidak terlalu sepi dan nyenyat. Mau terbiasa seperti apapun kadang Kylee tetap merasa takut.
Minggu ini Jeno tidak ada janji temu dengan kliennya. Padahal lelaki itu suka bekerja walau di hari minggu sekalipun. Entah hanya membicarakan perkembangan kasus di cafe dan meninggalkan Kylee sendirian di rumah.
Kylee juga sedikit merasa aneh lantaran neneknya yang selalu datang di pagi hari hanya untuk mengantarkan sarapan hingga kini belum menunjukkan batang hidungnya. Kalau kalian berpikir Kylee dekat dengan neneknya, justru itu salah besar.
Kylee sama sekali tidak mau dekat dengan sang nenek. Bukan tanpa alasan anak itu enggan dengan neneknya.
Tepatnya saat dulu ia masih berumur empat tahun, Kylee pernah tidak sengaja masuk ke dalam kolam ikan hias yang berada di rumah neneknya. Yang berujung anak itu di marahi dan mendengar kalimat yang seharusnya tidak di dengar.
Sebab itu Kylee benar-benar tidak mau lagi bertemu sang nenek walau hanya berpapasan.
Sejak dulu pun Kylee lebih suka menunggu Jeno menjemputnya walau terlambat berjam-jam dari pada harus di jemput oleh supir pribadi orang tua Jeno dan berakhir di rumah mewah itu. Kylee tidak mau sekalipun hanya sekali.
Anak itu berjalan ke arah dapur. Meraih dua lembar roti tawar dan selai kacang yang tersaji di atas meja makan. Untungnya Kylee bukan tipikal anak pemilih soal makanan. Dia bisa memakan apa saja asal masih enak dan layak.
Sedangkan Jeno masih tertidur di kamarnya. Semalam lelaki itu pulang hanya untuk mengantarkan Kylee, kemudian pergi lagi hingga larut. Mungkin saat subuh baru kembali.
Tangannya yang bebas menopang dagu. Sepagi ini Kylee tidak mau memikirkan apapun tapi kejadian semalam saat ia bercengkrama dengan Katrine terlintas begitu saja. Sayup bibirnya menyunggingkan senyum.
Belum ada satupun orang yang bisa membuatnya nyaman saat berbicara. Bagaimana bisa ia mengadukan sang ayah semalam dengan orang asing?
"Mau ketemu ante lagi, kalau minggu gini toko bunga buka gak ya?" Monolognya pada diri sendiri.
Kylee teringat bagaimana baiknya Katrine yang membuatkannya susu coklat hangat saat cuaca mulai dingin. Padahal Kylee tidak terlalu menyukai susu terlebih coklat.
"Tapi malu, kenapa sih ayah harus ngomong gitu semalam? Bikin malu ajaJ" jengkelnya saat mengingat Jeno menggoda perempuan itu semalam.
Menjadi seorang pengacara tidak membuat Jeno menjadi laki-laki kaku modelan kanebo kering. Lelaki itu justru sangat pintar mengocehkan hal-hal tidak bermutu. Jelas berbeda dengan Kylee yang lebih menyukai diam dari pada berbicara tanpa bobot.
Tapi jalan Jakarta lumayan jauh dari rumahnya, menggunakan mobil saja harus menempuh waktu lima belas menit. Kylee tidak bisa kesana hanya dengan berjalan kaki.
"Nenekmu nggak kesini?" Suara serak khas bangun tidur memecah keheningan ruang makan.
Kylee berdecak begitu melihat Jeno berjalan ke arahnya sembari menggaruk-garuk perut. Matanya masih setengah terpejam, sesekali menguap lebar tanpa takut mulutnya kemasukan lalat.
"Nggak tau." Kylee mengendik tak peduli kemudian kembali fokus menggigit sarapannya.
"Wah parah, kita sarapan apa dong?" Jeno berlalu membuka kulkas, tidak ada bahan makanan disana. Lebih di dominasi oleh kaleng-kaleng soda dan keripik kentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno