3

7.3K 663 20
                                    

Petals Sweet Florist berdiri sejak dua tahun yang lalu. Hanya toko bunga sederhana yang dibangun tidak terlalu besar. Pengelolanya adalah seorang perempuan muda yang menyukai seni merangkai bunga.

Tidak heran setiap rangkaian bunga yang dia buat selalu berbuah kekaguman. Selain menyukai bunga perempuan itu juga menyukai hujan. Rintikan hujan mampu membawa aroma tanah, menenangkan jiwanya di tengah kumpulan para bunga yang wangi.

Orang mengenalnya dengan nama Katrine. Gadis manis penjual bunga. Rambutnya panjang bergelombang. Bola matanya berwarna coklat cerah dan kulitnya putih bersih. Beberapa orang suka memanggilnya Daisy karena keduanya sama-sama bermakna cantik.

"Kat, mau sampai kapan kamu jadi penjual bunga?" Sayangnya, bisnis sekaligus hobi Katrine tidak direstui oleh kedua orang tuanya.

"Sampai tua." Balas Katrine tak peduli.

Lagi pula, apa jeleknya sih menjadi penjual bunga? Katrine rasa tidak ada. Dia bisa wangi sepanjang hari karena dikelilingi parfume alami. Dia juga jadi gemar tersenyum karena merasa bahagia saat menatap indahnya bunga-bunga. Katrine tidak punya alasan untuk melepaskan profesinya menjadi penjual bunga.

"Mama punya kenalan firma hukum yang bagus, kamu coba lamar kerja disana. Biar ijazahmu kepakai." Usul sang mama bersemangat.

Katrine menggeleng pelan. Matanya tak lepas dari buket bunga yang sedang ia rangkai. Kemarin ada yang memesan sebuket bunga matahari. Dan hari ini si pemesan akan menjemput buket cantiknya.

"Aku lebih suka liat bunga dari pada liat kasus-kasus hukum, ma."

Mama memutar bola mata malas. "Mama gak akan suruh kamu tutup toko, kita bisa cari part timer. Terus kamu masih bisa kesini sepulang kerja."

Katrine kembali menggeleng. Kali ini diselingi senyuman. Perempuan itu beranjak dari tempatnya, menghampiri sang mama yang masih duduk tanpa minat.

"Liat deh ma." Suruhnya sembari menyodorkan hasil karyanya.

"Cantik, kan?"

"Gimana bisa aku ngelepasin anak-anakku ke orang lain? Petals Sweet Florist ini dibangun oleh tangan yang hangat, disayang dan dirawat sepenuh hati oleh Katrine Ayunina si pecinta bunga."

Katrine duduk di depan mamanya. Semenjak mamanya memiliki banyak koneksi dari teman-teman arisannya, mama selalu berusaha memasukkannya ke perusahaan atau kantor apapun itu.

"Kamu nggak tahu aja, pemilik firma hukum yang ini ganteng banget." Ucap mama cemberut. Sebab lagi-lagi rayuannya tidak mempan.

Katrine tersenyum. Cukup melihat mamanya yang cemberut seperti ini mampu menghilangkan segala penat di tubuhnya.

"Buat apa ganteng kalo nggak bisa dimiliki, ma?"

****

Pukul satu siang tepat saat kelas Kylee di bubarkan. Anak itu mengabsen seluruh mobil jemputan yang terparkir. Teriknya sinar matahari membawa Kylee menuju gazebo yang disediakan.

Mobil ayahnya belum terlihat, itu artinya mungkin Jeno masih ada urusan di kejaksaan. Kylee bukan tipikal anak yang repot saat terlambat di jemput, justru dia akan menikmati waktu itu sebaik mungkin.

"Ssttt....."

"Sssttttt....."

Kylee melirik sekilas, namun kembali bermain dengan ponselnya kala dirasa orang yang duduk di sebelahnya ini tidak penting.

Seorang perempuan cantik berpenampilan modis, dengan dress pendek jauh di atas lutut. Make-up tebal dan membawa tas bermerk. Kalau Kylee boleh berkomentar, perempuan di sebelahnya ini terlihat norak.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang