Katrine tersenyum saat menatap wajah damai kekasihnya yang masih terlelap di sampingnya. Jari-jarinya tidak bisa diam, mengusap pipi, hidung lalu berakhir pada bibir yang mencumbunya semalam, mengingat itu bibirnya kembali tersenyum lebih lebar.
Katrine tidak pernah menyangka jika hubungannya dengan Jeno yang masih seumur jagung sudah berani melangkah sejauh ini, Katrine tidak pernah membayangkan akan kembali menjalin hubungan dengan seseorang sebab bayangan saat dicampakkan akan selalu datang.
Senyumnya luruh ketika ragu kembali menyerang keyakinannya, ia tahu Jeno dan masa lalunya adalah orang yang berbeda tetapi, apakah itu akan menjamin Jeno benar-benar tulus padanya?
Apakah ucapan lelaki di sampingnya ini mampu ia genggam dengan kuat? Apakah segala kalimat-kalimat sayangnya semalam mampu ia simpan hingga waktu yang tak ditentukan? Jeno tidak akan pergi seperti masa lalunya kan? Lelaki ini tidak akan meninggalkannya seperti pria brengsek yang gemar membual kan? Sebab Katrine hanya ingin dicintai sebagaimana mestinya.
"Morning, babe." Sapa Jeno pelan karena tidurnya terusik, bibirnya tersenyum dan matanya yang masih terpejam membentuk seutas garis bulan sabit yang selalu indah.
"Morning, Jeno. By the way bisa lepasin tangan kamu? Aku mau cek keadaan Kay." Pinta Katrine karena Jeno memeluknya posesif, perutnya memberat karena Jeno tidak melepas pelukannya.
Jam memang masih menujukkan pukul setengah enam pagi, semalam Katrine sudah berjanji untuk menemani Kylee tidur. Tetapi Katrine justru berakhir di ranjang Jeno tanpa kesempatan untuk menolak dan sekarang Katrine takut jika Kylee bangun lalu mencarinya.
"Dia masih tidur jam segini sayang, nggak usah khawatir." Ringan Jeno yang lupa jika putra sematawayangnya terserang demam.
"Ya bisa jadi masih tidur tapi, Kay lagi sakit. Jadi aku mau cek panasnya udah turun atau belum, sekalian aku bikin sarapan buat kita, okay?" Katrine melepas paksa pelukan Jeno, menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.
"Sebentar." Tahan Jeno yang kini terduduk, tangannya naik untuk mengancingkan dua kancing paling atas kemejanya yang di pakai sembarang oleh Katrine.
"Aku mau mandi dulu." Lanjutnya sembari mencium pipi Katrine, Jeno melegang pergi tanpa rasa malu, bertelanjang dada menuju kamar mandi.
Katrine bergegas menuju kamar Kylee yang masih terlelap, suhu tubuhnya sudah turun dan tidak sepanas tadi malam. Menandakan demamnya akan segera membaik dan mereka tak perlu pergi ke rumah sakit.
"Selamat pagi, sayang." Sapa Katrine saat Kylee membuka matanya, terpaksa membuka mata karena pantulan sinar matahari yang masuk dari celah jendela.
"Mama..."
"Minum dulu biar gak dehidrasi."
"Panasnya udah turun, masih pusing Kay?" Tanya Katrine yang langsung diangguki.
"Perutku laper tapi, rasanya pahit sama mual" Keluh Kylee yang kini berangsur menyandar pada Katrine untuk mencari posisi nyaman.
"Nanti mama bikinin sup ya, sayang."
"Nanti kalau Kay udah sembuh, mama beneran mau jadi mama Kay?"
"Iya, kan mama udah janji. Janji harus di tepati kan."
"Hari ini Kay pasti sembuh, soalnya senang." Katrine terkekeh mendengarnya, mulai tenang karena setidaknya suasana hati Kylee membaik.
"Tapi, mama nggak terpaksa kan? Kalau mama nggak mau, nggak usah di paksa. Kay nggak apa-apa kok tapi, Kay harus boleh main ke florist ya." Belum sepenuhnya sembuh saja Kylee sudah banyak bisa bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno