7

6K 633 23
                                    

Katrine bersumpah tidak ada yang bisa diingatnya begitu lama kecuali wajah Jeno yang terus berputar di kepalanya bak kaset rusak. Suara berat lelaki itu, senyum manisnya yang menenggelamkan mata dan satu lagi punggung tegap yang terlihat kokoh. Cocok untuk sandaran hidupnya.

Sejak kepergian Jeno beberapa menit lalu Katrine tidak bisa berhenti tersenyum. Meninggalkan tatapan sebal dari Kylee yang seolah terasingkan. Sebab sejak kedatangan Jeno, Katrine tidak lagi peduli pada atensinya. 

Kylee tahu sang ayah bisa membuat wanita tergila-gila. Tapi Kylee pikir Katrine bukan tipe seperti itu mengingat Katrine berparas cantik. Sebetulnya itu tidak ada hubungannya sama sekali. Namun, apapun itu Kylee tidak terima karena Katrine lebih suka menatap ayahnya.

"Aku nggak kalah ganteng dari ayah, malah banyak yang bilang gantengan aku. Apa ante matanya minus? Makanya pas ngeliat ayah kayak gapernah lihat orang ganteng?" 

Sayangnya Kylee hanya mampu protes dalam hati. Anak itu membuntuti setiap langkah Katrine. Perempuan itu ke depan toko untuk merefil bunga dia ikut, gadis itu membuat buket dia ikut. Padahal jaraknya duduk dengan gerak bebas Katrine sungguh dekat dengan jangkauan.

"Kay, please stop follow me." Katrine menopang dagu, menatap lamat anak yang ditinggalkan oleh Jeno hanya karena anak itu enggan ikut sang ayah ke rumah neneknya. 

"Kakiku jalan sendiri." Jawab Kylee terlihat tak peduli. Baginya mengikuti Katrine adalah sesuatu yang asik.

Katrine sudah cukup peka untuk menanggapi Kylee. Anak ini ingin mencari perhatiannya. Katrine tidak punya jiwa keibuan seperti perempuan seusianya yang sudah menggendong anak. Tapi Katrine terbiasa memperlakukan anak kecil seperti adiknya sendiri.

"Sini deh." Katrine menarik pergelangan tangan Kylee menyuruh anak laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu mau makan siang sama apa?" Pertanyaan itu berbuah senyum. Padahal hanya ditanya ingin makan siang dengan apa, tapi Kylee merasa begitu di pedulikan.

"Ante biasanya makan siang sama apa?" Tanya Kylee penuh antusias. 

Katrine menimang setiap hari makan siangnya berbeda, kadang ayam geprek, katsu, mie ayam di timur tokonya atau hanya menikmati beberapa slice cake dengan avocado frape dari cafe sebelah.

"Beda-beda sih, tergantung mood. Eh kamu suka pasta? tapi masa siang-siang makan pasta, makan sama apa ya??" Katrine meraih ponselnya, membuka aplikasi pesan antar untuk melihat promo-promo sekaligus mencari menu yang enak.

Di sampingnya Kylee ikut melihat layar ponsel, sejujurnya Kylee tidak begitu lapar. Namun karena kali ini Katrine yang menawari dirinya maka Kylee tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Pencarian mereka berhenti di salah satu franchise cepat saji. Karena jika mereka membeli masakan rumahan membutuhkan waktu sedikit lama untuk menunggu. 

"Paha atau dada?" Tanya Katrine.

"Paha." Jawab Kylee yang diangguki oleh Katrine. Segera perempuan itu menekan orderannya. 

Kala siang biasanya Katrine akan dirundung kesepian. Toko bunganya seolah lenyap saat matahari berada di puncak. Benar-benar tidak ada satupun pelanggan yang mampir. Tetapi kali ini gadis itu sedikit bahagia, rasa sepinya tidak lagi datang sebab ada Kylee yang senang hati menemaninya.

Selama dua puluh tujuh tahun ia hidup baru kali ini ada anak kecil yang mau menempel padanya. Padahal biasanya anak kecil enggan duduk di sebelahnya. Katrine bukan tipikal perempuan galak hanya saja ia tidak memiliki aura menyenangkan untuk anak kecil. Maka saat Kylee merasa nyaman bersamanya, Katrine agak terkejut.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang