30

4K 519 31
                                    

Pukul 10 pagi Jeno mendapat panggilan dari wali kelas putranya dan lelaki itu terpaksa meninggalkan ruangannya yang tengah dikunjungi klien. Meeting baru berjalan setengah jam tetapi karena ponselnya yang terus berdering dan mendapat kabar jika Kylee pingsan saat jam olahraga, mereka terpaksa menyudahi meeting kali ini.

Dengan langkah tergesa Jeno menuju ruang uks yang ditunjukkan oleh salah satu resepsionis sekolah, berulang kali bibirnya mencebik dan bersiap memarahi putranya. 

Begitu pintu uks terbuka lelaki itu segera menghampiri Kylee yang berbaring di ranjang paling ujung. Anak itu tersenyum tanpa dosa saat melihat ayahnya menatap marah lalu menggeleng kecil seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.

Saat Jeno tepat berada di sampingnya, tangannya terulur untuk meremat ujung jas yang di kenakan sang ayah. "Aku gak pa-pa yah." Katanya meyakinkan.

"Gini nih kalau gak dengerin kata ayah. Bandel, niru siapa sih?" Ucap Jeno jengkel karena larangannya dihiraukan, bukan hanya meetingnya yang di rugikan tapi, juga kondisi Kylee yang kembali memburuk.

"Ayah lah." Enteng anak itu yang kembali meringis tanpa dosa, sedangkan sang empu hanya mengerlingkan mata jengah. Jeno tidak bisa mengelak, karena itu fakta.

"Ayo bangun, pulang, istirahat di rumah." Jeno mengulurkan tangan. Namun, urung untuk menarik tangan putranya karena Kylee yang menggeleng, anak itu justru menarik selimut lebih tinggi.

"Di rumah sendirian, aku gak mau. Mending disini aja ada ibu dokter yang ngajak aku ngobrol."

Jeno menghela napas begitu mendengar alasan putranya lalu dengan gerakan cepat menyingkap selimut yang menutupi tubuh Kylee. 

"Ayo ayah gendong, buruan atau ayah tinggal." Jeno berbalik memunggungi Kylee dan duduk di tepi ranjang.

"Ayaaah." Rengekan itu terdengar menggelikan di telinga Jeno tapi mampu membuatnya tersenyum.

"Ayah gak ngantor lagi, ayo istirahat di rumah sama ayah." 

"Beneran gak?"

"Cepet naik sebelum ayah berubah pikiran." Ancam Jeno karena Kylee yang tak kunjung naik ke punggungnya.

"Aku mau jalan aja." Bukannya mendekat pada sang ayah anak itu justru duduk di sebelah Jeno. 

Kaki Kylee hampir menyentuh lantai sebelum Jeno dengan cepat berpindah dan menarik putranya, bergerak cepat menggendong putranya dan membawanya keluar dari UKS.

"Ihhh aku mau jalan aja!" Pekiknya tak terima karena Jeno menggendongnya santai melewati koridor.

Rasa malu menjalar saat melewati koridor yang cukup ramai, padahal ia masih kuat berjalan dan tak perlu di gendong seperti ini.

"Kelas kamu yang mana Kay?" Tanya Jeno menghiraukan putranya yang terus merengek dan minta diturunkan.

Anak itu sudah menyembunyikan wajah pada perpotongan leher sang ayah, menahan rasa malu yang semakin menjalar karena Jeno berjalan ke aras kelasnya.

"Oh itu ya, lima A." Jeno tersenyum saat merasakan tangan putranya meremat Jas yang ia pakai lalu berbisik tepat di telinganya. "Tasnya tinggal aja ya, yah? aku malu."

Tanpa rasa ragu Jeno mengetuk pintu ruang kelas putranya, membuat Kylee semakin bersembunyi di ceruk lehernya dan mendesah kecewa.

"Permisi, maaf mengganggu waktunya." Begitu pintu itu di buka oleh seorang guru Jeno tersenyum, tanpa menjelaskan baiknya guru itu paham akan situasi.

"Oh ayahnya Kylee ya? Untuk besok lebih baik Kay istirahat dulu sampai benar-benar pulih, baru setelah itu berangkat sekolah ya pak. Takutnya kejadian seperti tadi terjadi lagi dan saya minta maaf karena tidak memperhatikan Kylee dengan baik." Guru itu sedikit menunduk karena merasa bersalah.

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang