Pada malam yang dingin, tidak bertabur bintang karena awan kelabu menutupi cerahnya langit. Selama bertahun-tahun Jeno merawat putranya, sepertinya baru kali ini ia akan bersikap sebagaimana mestinya.
Jeno menggulung lengan kemejanya saat bersiap untuk mengupas cangkang kerang. Hari ini ia bertanya pada putranya ingin apa untuk makam malam dan Kylee memilih seafood sebagai menu malam ini.
Hari ini juga Jeno meliburkan diri dari hiruk pikuk pekerjaan, karena benar dugaannya Kylee enggan berangkat ke sekolah. Anak itu masih mendiaminya walaupun sudah tidak semarah kemarin, tetap saja lelaki itu melega karena setidaknya Kylee tak menghindarinya.
"Ini, makan yang banyak. Kalau masih kurang bilang aja, nanti ayah pesenin lagi." Jeno meletakkan daging kerang yang telah dikupas di piring putranya.
Padahal di piring Kylee masih ada banyak yang tersisa tapi Jeno terus memberikan kerang kupasannya alih-alih memakannya sendiri. Sedangkan piring lelaki itu masih terlihat belum tersentuh.
"Mau kepiting juga nggak? Biar ayah pesenin ya, sebentar." Tanpa menunggu jawaban putranya lelaki itu bangkit untuk memesan kepiting saus padang.
Kylee tersenyum tipis sepeninggal Jeno, jujur saja hari ini ia merasa senang sebab ayahnya rela meninggalkan pekerjaan demi dirinya.
Setumpuk kerang yang telah dikupaskan sang ayah, Kylee letakkan sebagian ke piring lelaki itu. Kylee tahu sejak pesanan mereka datang Jeno belum menyentuh untuk dirinya sendiri, belum menikmati makan malamnya sedikitpun. Nasinya sudah mendingin, ca kangkung yang enak dinikmati saat hangat juga ditinggalkan hanya untuk mengupaskannya kerang padahal ia tak meminta sang ayah untuk melakukannya.
Ayahnya benar-benar melarangnya untuk mengotori tangan dan Kylee dengan senang hati menuruti. Kapan lagi membuat sang ayah mengurusnya saat makan?
"Kepitingnya masih lima belas menitan lagi." Lelaki itu kembali dengan senyum paling lebar. Setelah sadar piringnya terisi beberapa buah kerang lelaki itu menatap putranya, sedikit memincing tidak percaya.
"Aku udah kenyang, ayah kan belum makan." Mendengar itu Jeno terkekeh, apalagi saat Kylee memalingkan wajah setelah mengatakan itu.
"Terima kasih, anak ayah." Kylee mengendik tak peduli menutupi hati ingin bersorak senang.
Jeno mendengus geli saat Kylee berpura-pura acuh padanya, gengsi anak itu memang tinggi sebelas dua belas dengan dirinya.
"Udah nggak marah kan sama ayah? Udah nggak ngambek kan?" Alih-alih menyantap makan malamnya, Jeno justru melipat kedua tangan dan menatap putranya.
Lelaki jakung itu tertawa tanpa suara saat putranya lagi-lagi mengendik tidak peduli, terlihat lucu sama seperti saat sedang merajuk.
"Kay, ayah sadar ayah salah selama ini, ayah minta maaf sama kamu ya..." Kylee melengos saat mendengar sang ayah. Ada perasaan aneh saat sang ayah terlihat tulus meminta maaf padanya.
"Ayah lagi bicara sama kamu loh, nggak lupa gimana caranya menghargai lawan bicara kan?" Lanjut Jeno yang hanya berbalas lirikan.
"Kedepannya bilang aja sama ayah kalau mau ditemani ngobrol, kadang ayah tuh bingung gimana cara mulainya Kay, kamu diem ayah ngiranya kamu gak nyaman sama ayah. Kalau soal kamu yang ikut ke kantor ayah sama sekali nggak keberatan, justru ayah takut kamu nggak nyaman karena harus nunggu ayah lembur sampai malem. Makanya ayah suruh kamu pulang ke rumah supaya kamu bisa istirahat dengan nyaman."
"Maaf ya, kadang tenaga ayah udah habis karena seharian di kantor, belum lagi harus bolak-balik ke pengadilan buat sidang. Jadi, bukan karena ayah nggak suka kamu, ya kali ayah nggak suka sama anak ayah sendiri? Coba sini hadap ayah." Lelaki itu menyentuh dagu putranya kemudian menghadapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno