Jeno melirik Kylee yang terlihat begitu kasar saat mengambil sesuatu. Melempar kasar wadah roti tawar dan meletakkan selai seolah penuh dendam. Salahkan saja Jeno, Sebab karena lelaki itu Kylee bersikap seperti ini.
Mau semandiri dan sedewasa apa putranya, Kylee tetaplah anak-anak dan Jeno tidak seharusnya melupakan itu. Mungkin putranya sudah berada di bangku kelas lima tetapi usianya bahkan belum genap sepuluh tahun.
Dari banyaknya kekesalan terhadap Jeno, ini yang paling membuatnya badmood hingga berhari-hari. Di ajak berbicara pun anak itu langsung melengos pergi ke kamar untuk belajar, cara yang sedikit aneh karena melampiaskan kekesalannya dengan belajar.
Kali ini Jeno lihat putranya itu meraih satu liter susu full cream yang masih tersegel. Kemudian menentengnya bersama dua lembar roti yang sudah dilapisi selai coklat kacang.
"Kamu mau mabok susu? Tuang segelas Kay." Ujar Jeno pada akhirnya, Lelaki itu masih berada pada posisinya. Duduk di salah satu kursi meja makan sembari mengerjakan pekerjaannya.
Kylee memutar bola mata jengah. Anak itu tetap berjalan melewati sang ayah.
"Kylee, dengerin kata ayah atau ayah gak akan peduli kalau kamu diare karena kebanyakan minum susu!" Gertak lelaki itu lalu kembali menatap layar laptopnya acuh.
Terdengar decakan dari bibir Kylee. Dengan jengkel kembali ke dapur sembari sesekali menjejakkan kakinya.
Anak itu meraih satu gelas besar, bunyi kaca yang berdenting dengan meja marmer terdengar nyaring, untung saja gelas itu tak pecah. Jeno juga sampai mengalihkan perhatiannya karena bunyi dentingan itu.
"Kili diiri iyih gik pidili, minum tuh susu udah gak minat." Setelah menuangkan susu itu Kylee meletakkannya begitu saja kemudian beranjak tanpa membawanya dan pergi begitu saja.
Jeno tidak bisa mengelak jika ada yang berkata bahwa menjadi orang tua adalah perjalanan yang paling sulit. Dulu ia pikir memiliki anak terlihat begitu gampang, sayangnya walau ia punya banyak uang yang bahkan bisa ia gunakan untuk membeli apapun, uang itu tidak cukup menutup seluruh rasa lelahnya saat mendidik Kylee.
Jeno adalah seorang ayah bukan seorang ibu yang bisa begitu peka dengan perasaan anaknya, Jeno hanya lelaki biasanya yang tidak tahu bagaimana perasaan putranya.
Seharusnya Jeno bisa belajar lebih banyak karena ia juga seorang anak. Seharusnya ia tahu bagaimana keinginan kecil Kylee sama seperti apa yang ia inginkan dulu. Sayangnya Jeno telah lupa bagaimana rasanya menjadi seorang anak.
Mungkin saat Kylee kecil dulu ia tak terlalu khawatir lantaran ada Sandra yang membantunya menjaga Kylee. Namun seiring berjalannya waktu, Kylee adalah tanggung jawabnya. Bukan tanggung jawab kedua orang tuanya.
Di kehidupannya Jeno memiliki orang tua yang lengkap. Ia memiliki sang mama yang begitu mencintainya dan papa yang begitu membanggakannya. Namun, Kylee hanya memiliki dirinya yang bahkan ia sendiri tidak tahu perasaan apa yang ia berikan hingga saat ini pada putranya.
Apakah selama ini ia sudah menumpahkan banyak cinta pada Kylee? Apakah selama ini ia sudah menyayangi Kylee hingga anak itu bisa merasakannya? Jeno bahkan tidak tahu. Semenjak kehadiran Kylee yang ia berikan selama ini apakah cinta atau hanya sebuah rasa tanggung jawab sebagai seorang ayah untuk putranya.
Menjadi orang tua adalah keduanya. Bertanggung jawab untuk semuanya. Kasih sayang, cinta, perhatian dan kehidupan yang layak.
Setelah terdiam begitu lama Jeno beranjak untuk menyusul putranya. Membawa segelas susu itu dan rasa bersalah. Kata mamanya, jika anak kecil sedang marah, ia harus mengesampingkan ego karena Ia adalah seorang ayah yang harus mau mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]
FanfictionKarena Kylee cuma mau ante penjual bunga, bukan ante-ante centil pacarnya ayah. ○ Bab tidak lengkap ○ End - E-Book ✔️ 》E-Book avail on trakteer only •writen in bahasa •non baku ©hireaa, 2022 | hi dad!, lee jeno