28

5.6K 565 35
                                    


Sebelum benar-benar pergi dari kedai es krim, Katrine kembali memastikan tidak ada barang yang tertinggal, sebab beberapa hari yang lalu saat ia pergi ke sebuah cafe ia tidak sengaja meninggalkan jam tangannya.

Bukan perihal harga yang Katrine permasalahkan, namun bagaimana jam tangan itu bisa sampai ke tangannya. Itu jam tangan kesayangannya, harganya memang tidak mahal tetapi seseorang yang menghadiahkan menjadikan jam itu terasa lebih berarti.

Setengah jam di siang ini hanya ia habiskan untuk menunggu Kylee yang katanya sangat ingin makan es krim, padahal anak itu baru sembuh dari demam.

Suhu tubuhnya kembali normal karena Katrine gencar memberinya obat, lalu setelah sembuh anak itu ingin menghancurkan imun tubuhnya yang baru pulih hanya dengan es krim.

Tapi Katrine tidak terlalu khawatir, sebab suasana hati yang bagus akan membentuk imun yang bagus pula jadi, memberi es krim satu cone bukan masalah besar.

Di suapan terakhir anak itu tersenyum lebar, sembari mengunyah pucuk cone yang rasanya sangat enak kemudian dengam tampang tidak berdosa dan hampir membuat Katrine jengah, anak itu berkata,

"mau nambah lagi boleh gak ma?" Dengan polosnya.

Tanpa takut di kira galak, Katrine langsung melotot. Perempuan itu sudah jengah karena Kylee mengucapkan kalimat yang sama berulang kali yang jawabannya sudah pasti, tidak.

"Nggak boleh." Tegas Katine. Kylee hanya terkekeh melihat galaknya Katrine yang justru tidak terlihat menakutkan baginya.

"Mama beneran gak mau buka floristnya? Aku gak apa kok istirahat disana" Ucap Kylee setelah mengusap bibirnya dengan tisu.

"Libur sehari nggak bikin florist mama bangkrut kok, hari ini juga lagi kosong gak ada orderan. Kalau kamu ikut kesana nanti gak bisa tiduran, ganteng kan mama gak punya ranjang di toko." Jelas Katrine sembari mencolek hidung mancung calon putranya.

Anak itu tersenyum mendengarnya kemudian beranjak dan mendekati Katrine, selalu ada perasaan aneh saat Katrine memperdulikannya sebanyak ini. Kylee tidak terbiasa, karena ayah dan ibunya berbeda dengan Katrine yang justru tidak memiliki hubungan darah dengannya.

Katrine tersenyum lebar begitu Kylee dengan tiba-tiba memeluk lehernya, menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher. Napasnya masih terasa hangat tapi, karena anak itu berkata ia sangat senang hari ini, Katrine melenyapkan khawatirnya.

"Mama, hari ini aku seneng banget. Padahal cuma ditemeni makan es krim, padahal aku udah sembuh dari demam tapi mama rela tutup florist supaya aku bisa istirahat di rumah."

"Harusnya mama yang jadi mama kandungku ya? Kenapa yang sedarah malah seolah gak kenal?" Lanjutnya di akhiri helaan napas panjang. Menyinggung Jeslyn sebenarnya hanya akan membuat Kylee bersedih.

"Gak apa-apa Kay, gak ada yang perlu di benci. Mau bagaimanapun mami kamu tetap orang tua kamu."

"Mama tahu? Dalam kurun waktu sepanjang ini kemarin itu pertemuan ketiga kita, sedangkan sama mama aku hampir ketemu setiap hari." Kylee mundur untuk menatap lekat mata Katrine yang teduh.

"Aku mau benci mami tapi, kalau bukan karena mami aku nggak akan bisa hidup sebagai anak ayah." Lanjutnya tanpa melepas pelukan di leher Katrine.

"Kay, terkadang hidup memang seperti ini nggak selamanya berjalan seperti keinginanmu. Kamu masih muda, perjalanan masih panjang dan selama kurun waktu itu kamu punya kesempatan untuk memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Mungkin untuk sekarang mami gak bisa kasih seperti yang mama kasih tapi, siapa yang tahu kalau besok, lusa atau seminggu lagi mami akan berubah dan kasih semua yang kamu inginkan?"

Hi Dad! || Lee Jeno [e-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang