>14<

4.8K 493 35
                                    

"Ngapain? " Tanya jeon, dia naik keatas kasur dan memeluk belisa.

"Gapapa, cuma liat aja. Gak boleh yah? Ini aku kembaliin" Kata belisa, diapun menyodorkan ponsel berlogo apel digigit yang merupakan milik jeon itu.

"Siapa yang bilang gak boleh, aku kan cuma nanya sayang" Gemas jeon sambil mendongak dan mencium bibir belisa sekilas.

"Kirain gak boleh" Gumam belisa melirik jeon yang masih menatapnya.

Jeon tersenyum menanggapinya" Milik aku milik kamu, jadi terserah kamu. Aku gak ada gak ngebolehin kamu nyentuh barang aku" Ujar jeon sembari bergerak membenarkan posisinya.

"Iya, iya. " Belisa pun kembali bermain dengan ponsel jeon.

"Al mana " Tanya belisa, dia menatap jeon dan mengelus surai hitam suaminya itu yang saat ini sedang membenamkan muka didadanya.

"Dibawah sama temen-temen aku" Beritahu jeon tanpa mendongakan kepalanya.

"Dibawah ada temen kamu, kok kamu malah disini sih" Heran belisa, dia mengangkat kepala jeon dari dadanya dan menangkup rahang suaminya itu.

"Yaudah ayo turun" Ajak jeon sambil duduk.

Belisa mengangguk, dia memberikan ponsel jeon pada jeon dan mengikuti suaminya itu keluar dari kamar mereka.

Mendengar suara langkah kaki membuat Ethan dan yang lainnya mendongak, mereka semua melihat jeon yang turun bersama belisa sambil mengenggam tangan belisa.

"Bel " Ethan dan yang lainnya sontak menyebut nama panggilan belisa dan menyapa istri dari teman mereka itu.

Belisa mengangguk menanggapinya, dia berjalan di samping jeon dan mereka berdua menghampiri baby Al yang sedang diberi susu oleh alben.

------

Mezan melepaskan helm dikepala risa dan menggandeng tangan calon istrinya itu untuk memasuki tempat pemakaman.

Risa melirik mezan dan kemudian dia duduk disamping kuburan kecil yang memiliki nisan dengan nama Rully Ramona Raymond.

Mezan mengikuti risa, keduanya membersihkan rumput-rumput kecil diatas kuburan itu sebelum terdiam menatapi nisan.

"Rully kakak dateng lagi sama kakak kamu, kita ketemu lagi rully. Tapi kakak dateng kesini dengan niat berbeda, kakak dateng mau minta restu sama kamu buat nikahin kakak kamu" Kata mezan melirik risa lalu dia kembali menatap pada nisan rully.

"Rully.. " Risa menyebut nama adiknya dengan suara tercekat, dia mengusap air matanya yang hampir jatuh dan menyentuh nisan adiknya itu. Adiknya yang pergi delapan belas tahun lalu dan menyisakan banyak luka untuk ayah bundanya tertuma untuk dirinya sendiri.

"Kita baru nggak ketemu dua minggu tapi kakak udah kangen banget sama kamu rully"

"Andai kamu masih hidup ly, pasti Saat-saat ini jadi saat paling bahagia buat kakak. Tapi semuanya cuma andai.. " Risa terkekeh pilu, dia mendongak untuk menghalau air matanya dan kembali menunduk untuk menatap nisan adiknya.

"Kakak bakalan nikah sama mezan ly, laki-laki yang kakak cinta. Restuin kita yah ly, do'a-in kita juga dari atas sana biar papa, mama, ayah, juga bunda sama kakak bisa selalu kuat dan bahagia walau tampa kamu." Pinta risa sembari mengelus nisan adiknya.

mezan merangkul risa dan mengusap pelan bahu risa, dia diam dan mendengarkan segala cerita yang risa ungkapan didepan makam rully.

------

"Sorry lama" Kata belisa, dia memasang seatbelt dan melirik jisoya.

"Gapapa, jadi kita mau kemana dulu" Tanya jisoya sambil menyalakan mobilnya dan menjalankannya.

Papa Bucin ( ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang