Sarapan sudah siap diatas meja, lisa melepaskan apronnya dan beranjak dari tenpatnya untuk melihat jeon yang masih tidur dikamar.
"Jeon, hei bangun" Panggil belisa menepuk pelan pipi jeon.
"Eugh ngantuk ayanghh.. " Jeon merengek dengan bibir mengerucut lucu, tangannya bergerak memeluk pinggang belisa dan dia mengelus-ngelus perut buncit kekasihnya itu dengan mata yang masih terpejam rapat.
Belisa melepaskan tangan jeon dari pinggangnya "bangun dulu jeon, kata lo. Lo ada kunjungan kekampus pagi ini. Ayo buruan, melek ah merem terus " Desak lisa, tangannya perlahan menjalar turun kebawah. Tadinya dia tidak mau melakukan ini namun melihat jeon bandel membuatnya terpaksa harus berbuat.
"Ayanghh, aah. adik gue kenapa lo remes aelah, jadi idup kan" Gerutu jeon dengan mata melotot sempurna.
"Tanggung jawab " Paksa jeon mengusap-usapkan tangan lisa diluar boxernya.
Berdecak kesal, lisa menampar kuat adiknya jeon sampai mata jeon membola sempurna. "Cepet bangun, gue mau beresin kasur" Desak belisa memelototi jeon.
"Males" Rajuk jeon, menarik selimut. Dia menyelimuti seluruh badannya dan meringis didalam selimut sambil mengelus-elus adiknya yang baru saja digampar belisa.
"Terserah, tidur aja terus. Gak usah keluar lagi dari kamar, gak usah mandi, gak usah makan. Biar ngebusuk, dasar cowok berat tulang" Caci belisa kemudian dia keluar dengan membanting pintu.
Jeon menyibak selimut dan menatap tak percaya pada pintu kamar yang baru saja dibanting.
Buru-buru keluar dari selimut, jeon beranjak dan bergegas masuk kekamar mandi. Dibawa guyuran shower, jeon mengumpati belisa yang bisa-bisanya marah padanya. kan seharusnya dia yang marah karena adiknya digampar olehnya.
Selesai mandi, jeon memakai kaos dan celana jeans panjangnya. Dia menyurai rambutnya dan baru kemudian keluar dari kamar.
Belisa duduk dimeja makan dengan mulut yang berderak-gerak mengunyah, jeon mendekatinya. Dia membungkuk mencium pipi belisa "gue berangkat yah" Pamit jeon.
"Makan dulu" Suruh belisa dengan nada yang masih ketus.
Jeon tersenyum, walau belisa marah. Dia masih perhatian padanya. Jeon pun duduk di samping belisa dan menunggu belisa yang tengah mengambilkannya nasi goreng yang tentu saja dimasak olehnya.
"Uhuk.. " Disuapan pertama jeon langsung tersedak.
Belisa menoleh dan memelototi jeon "maka nya pelan-pelan" Tegur belisa sembari mengambil air dan membantu jeon minum.
"Kebanyakan nyuapnya yang" Pungkas jeon setelah dia minum, Belisa pun yang mendengarnya langsung saja mendengus ringan.
"Makan lagi" Suruh belisa dan jeon pun patuh, dia menyuap nasi gorengnya sesuap demi sesuap sampai piringnya bersih.
"Yaudah, gue berangkat duluan. " Jeon beranjak, mencium belisa dan calon anaknya yang ada diperut belisa. Dia pun berjalan dengan terburu-buru keluar dari rumah.
-----
"Kamu pergi aja, biar janemi aku yang urus" Jenica membereskan kasur janemi sembari berkata seperti itu pada alben yang saat ini tengah membantu janemi berpakaian.
"Gapapa, udah ini" Sahut alben sambil merapikan rambut janemi yang baru saja ia kuncir dua.
"Ayah imi cantik" Janemi mendongak menatap alben dengan senyum imutnya.
"Iya, imi ayah cantik. Cantik banget kayak Bunda" Pungkas alben dan membuat jenica yang tengah menyusun boneka janemi langsung menoleh.
Alben melirik jenica dengan sudut bibir menyungging, jenica yang melihat alben seperti itu. Langsung saja membuang muka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Bucin ( ✔️)
Romans🚫 Don't copy faste!.. Hanya kisah tentang Jeon Janshen yang tiba-tiba jadi papa muda...