>25<

3.3K 383 212
                                        

Belisa lebih dulu mengusap habis air matanya sebelum turun dari mobil dan masuk kedalam rumah.

"Bik Iba.." panggil belisa setelah dia melewati pintu rumahnya.

"Iya Nya, ya ampun Nyonya kenapa" cemas bik Iba saat dia melihat mata berkaca-kaca juga hidung belisa yang nampak merah.

"Bel gapapa bik. Anak-anak mana?"tanya belisa dengan suara tercekatnya juga seraknya akibat dia yang menangis kencang sepanjang perjalanannya menuju rumah tadi.

" aden Al sama non Bia lagi main dihalaman belakang Nya" beritahu bik Iba dengan tatapan cemasnnya.

"Bik Iba tolong panggilin anak-anak Yah" pinta belisa kemudian dia melewati bik Iba dan buru-buru naik kelantai atas.

Bik Iba mendongak dan menatap khawatir pada punggung ringkih belisa, wanita baya itu pun menghela nafasnya dan kemudian beranjak dari tempatnya untuk memanggil tuan dan nona kecilnya yang sedang bermain dibelakang.

Dilantai atas, belisa masuk kedalam kamarnya. Dia menutup pintu dan menyandarkan punggungnya pada pintu untuk sedikit menguatkan dirinya sambil mendongakkan kepala keatas untuk menghalau air matanya yang mau jatuh lagi dan membasahi pipinya.

Menarik nafas panjang, belisa pun beranjak dari depan pintu dan mengambil koper besar miliknya. Dia memasukkan sebagian pakaiannya juga pakaian abang Al dan adek Bia.

Belisa langsung berdiri setelah menutup kopernya, dia menatap sekeliling kamar dan air matanya kembali mengalir jatuh kepipinya.

"Hiks.." tangis belisa pun pecah lagi, bahunya bergetar seiiring isak pilu yang keluar dari sela bibirnya.

"Lemah lo belisa, gak usah nangis!" Maki belisa pada dirinya sendiri sambil mengusap kasar pipinya.

Membenahi tampilan wajahnya lewat kaca, belisa pun kembali meraih kopernya dan keluar dari kamar yang setiap jengkalnya penuh dengan kenangan antara dirinya dan jeon.

"Mhama" pekik senang Abang Al dan Adek Bia saat mereka melihat mama mereka turun dari lantai dua rumah mereka.

Belisa melepaskan kopernya dan berjongkok dihadapan abang Al dan adek Bia yang menunggunya bersama bik Iba didepan tangga.

"Mama mau jalan-jalan, abang sama adek mau kan nemenin mama" tanya belisa seraya membelai sebelah pipi abang Al dan adek Bia.

"AU.." Seru senang abang Al dan adek Bia.

"Phapa ana" tanya adek Bia sambil memelengkan kepalanya untuk menatap tangga dibelakang mamanya.

Hati belisa kembali berdenyut sakit saat adek Bia menanyakan keberadaan jeon padanya, bayangan dimana jeon berpelukan dengan cewek dipinggir danau pun kembali terbayang diotaknya.

"Papa sibuk, kita jalan-jalan bertiga aja yah. Gapapa kan sayang" ujar lembut belisa sembari menatap adek Bia yang nampak sedikit berpikir.

"Yah mhama" angguk adek Bia sambil tersenyum lucu pada mamanya.

Belisa menghela pelan nafasnya dan kemudian berdiri " abang sama adek tunggu mama diteras yah, sana" suruh belisa sambil menunduk dan menatap kedua anaknya.

Abang Al dan adek Bia mengangguk patuh, keduanya pun saling bergandengan tangan dan berjalan keteras rumah untuk menunggu mama mereka.

"Nyonya mau kemana?" Tanya bik Iba yang sudah mau menangis saat menatap belisa yang raut mukanya nampak tertekan.

"Belisa mau pergi bik" lirih belisa yang menatap nanar pada bik Iba yang mulai menangis menatapnya.

"Pergi kemana Nya, nyonya mau kemana sama aden Al dan non Bia" bik Iba kembali bertanya dengan isak tangis pelannya.

Papa Bucin ( ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang