O1. Bersua di kala tak terduga

1K 300 488
                                    

Apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar kata 'Minggu'? Bagi orang produktif mungkin akan melakukan serangkaian aktivitas 'tuk mengisi hari, atau sekadar berjalan-jalan di trotoar kota walau harus tersapu polusi.

Namun aku tidak.

Kadang-kadang aku bisa dibilang seperti koala, yang tidur melulu sampai waktu makan siang tiba. Yah, apalagi kegiatan yang harus mahasiswa semester akhir lakukan selain, memikirkan cara agar tugas akhir-alias skripsi-segera mendapatkan titik terang.

Bahkan judul pun belum di-acc beliau.

Menyedihkan.

Aku menjatuhkan diri ke atas lantai, kemudian perlahan menyandarkan punggung pada sofa seraya merebahkan kepala di atasnya. Tak ada yang bisa aku lakukan sekarang. Rasanya pun begitu malas melakukan sesuatu hal.

Akhir pekan dulu biasanya aku bersama kedua temanku-sebut saja Nebula dan Yudistira-sering bepergian bersama. Entah itu ke Taman Ismail Marzuki, Pasar Glodok, kawasan Chinatown, sampai ke PIK Avenue.

"Pokoknya kita kudu kelilingin isi Jakarta dah. Lo yang bawa," titah Nebula waktu itu sembari melempar kunci mobilnya kepada Yudistira. Pemuda bernama lengkap Yudistira Jenandar itu tak bisa menolak, sebab kedua teman gadisnya ini tidak pandai menyetir dan tidak memiliki SIM.

Akan tetapi bukan Yudistira namanya jika hanya menurut saja. "Dasar cowok perhitungan!" Begitu ucap Nebula, sang mahasiswa fakultas Filsafat.

Perkataan Nebula tidak hanya sekadar bualan belaka. Buktinya dulu kala aku yang merengek ingin menonton drama musikal di lapangan Taman Ismail Marzuki, Yudistira mau mengantarku ke sana namun dengan satu syarat, ia ingin ditraktir masakan Padang.

Terdengar sederhana bukan awalnya? Tetapi saat Yudistira menyebutkan rumah makan Pagi Sore, tempat terkenal di Jakarta Selatan, dompetku langsung menjerit sampai akhir bulan.

Yudistira tetaplah Yudistira. Meski seperti itu, dia tetap teman lelaki terbaikku.

Mataku tak hentinya menatap lekat ke langit-langit kamar indekos. Isi kepalaku tak hentinya mencerocos, dari mengkritik gaya hidup diri yang kerap kali boros, sampai ke tiap detail kayu atap kos yang rasanya telah mengeropos.

Itu bisa dimaklumi, karena konon kata Ibu pemilik, tempat ini sudah berdiri sejak tahun delapan puluhan.

Tanganku meraba pelan di atas sofa, mencari-cari benda pipih yang setidaknya bisa memecah hening yang terlalu kentara. Aku menyetel lagu favoritku, Telah Merekah, dari musisi yang akhir-akhir ini tengah naik daun, Panji Ganendra.

Musik beraliran pop segera memenuhi rungu, walau berbanding terbalik dengan makna lagu itu sendiri yang menyiratkan sendu, ragaku tetap merasa bahagia meski tersirat perasaan kelabu.

Di tengah lagu yang sedang menggebu-gebu, tiba-tiba muncul notifikasi pesan dari grup berisikan dua manusia tadi serta diriku.

Nebula
P
P
P
Tau gak sihhh:(

Yudistira
Apaan

Nebula sent a picture

NebulaADA KATARSIS XNKWBDJBWJEJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nebula
ADA KATARSIS XNKWBDJBWJEJ

Aku mengernyit sembari membaca isi foto yang Nebula kirim. Ruang imajiku berpikir, tidak biasanya Blue Enthusiast Fest diadakan bulan ini. Sungguh, ini benar-benar mendadak.

Terlebih sekarang lagi akhir bulan, masa-masanya anak kos mengalami paceklik hingga harus menunggu kiriman.

Nebula
Lo gimana? Mau ikut kagak? @You

Belum sempat jemariku memberi balas, pesan baru lain lantas datang yang sukses menyulut hawa-hawa malas.

Mas Haris
Jia, ada job nih.

Aku menarik napas panjang, entah kenapa di saat-saat seperti ini enaknya rebahan pulas di atas ranjang.

Dan apa-apaan juga ini? Bukankah hari ini hari liburku? Pria berumur hampir kepala tiga itu benar-benar tak membiarkan akhir pekanku bebas tanpa tugas pemotretan satu pun.

Nebula
HAI YUHUUU JIA, gimana?:( @You

You
Laaa maaf banget, gue mendadak ada job:(

Nebula
Yahhh, it's okay gak papa kokk
Walau harus kejebak sama makhluk penyuka musik aliran keras [mnyinggung]

You
Sorry ya La ╥﹏╥

Yudistira
Maksud luuu?? @Nebula

Nebula
Ow kmu kesinggung kh? [brtanya-tnya]

Punggungku masih bersandar ke sofa dengan kedua tangan yang masih sibuk membalas pesan dari Mas Haris, atasanku di Golden Studio. Sambil memikirkan menu makanan siang ini, kedua netraku justru mendapat sesuatu tak terduga yang baru saja dikirim oleh sang lawan bicara.

Mas Haris
Lokasinya di deket JIExpo ya, Ji, jam 7 malam. Inget loh jangan sampai salah alamat kayak minggu kemarin.
Ntar gue kirimin kontak kliennya.

Sebentar ... apa Mas Haris tidak salah mengetik alamatnya?

Berkali-kali aku membaca ulang pesan terakhir dari Mas Haris, sampai-sampai benda digital itu jatuh menimpa dahi serta hidungku, sial. Tanpa ba-bi-bu lagi, aku mengetikkan pesan guna huruf capslock pertanda aku kaget sekaligus bahagia.

Ragaku menegang tatkala mendapat balasan emoji jempol. Rasanya campur aduk; antara bahagia diiringi keterkejutan. Meski tidak bisa menontonnya-lantaran berbenturan dengan jadwal-tapi aku punya harapan lain.

Siapa tahu bisa bertemu salah satu dari mereka, bukan?

──

Nebula
Ini udah selesai, gue otw keluar bareng Yudis, lo tungguin yak

You
Iya

Sudah kurang lebih satu jam tiga puluh menit aku berada di sini, area Gambir Expo yang untungnya berada tak jauh dari JIExpo. Aku jarang ke tempat ini, mungkin bisa dihitung jari, dan sekarang pun pertama kalinya aku ke sini seorang diri.

Gulita sudah menelan seluruh cakrawala, dewi malam serta bintang pun tak terlihat wujudnya. Langit terasa begitu sepi, berbanding dengan Bumi yang senantiasa diisi oleh ramai.

Alunan lagu bermakna rindu justru menambah kesan semesta sedang bersedu. Perasaanku menjadi ambigu. Serupa terbelenggu di dalam dimensi asing yang aku juga tak tahu.

Lagu itu selesai, jiwaku kembali ke keadaan kini. Orang-orang hilir mudik seakan tidak terjadi apa-apa, atau hanya aku yang merasakannya?

Nebula dan Yudistira belum menunjukkan batang hidungnya, dua manusia itu memang benar-benar tukang ngaret paling handal satu dunia. Sifat itu lah yang seringkali membuatku jengkel bukan main. Siapa juga yang mau berlama-lama menunggu, kan?

Akibat dari tadi menelan banyak rupa makanan, panggilan alam pun tidak bisa aku diamkan. Berkali-kali aku menepuk dahi, menyadari kebodohan diri sendiri.

Karena jujur aku tipe orang yang sangat amat mudah buang air apabila banyak makan atau minum.

Tungkaiku terus berkeliling mencari toilet, namun entah kenapa hasilnya nihil, seolah-olah toilet tidak pernah ada di dunia. Menuju area JIExpo, akhirnya aku menemukan apa yang aku cari sedari tadi.

Akan tetapi, bukan hanya toilet yang aku temui, juga ada seorang pemuda yang sangat aku kenali.

Bintang Narandanu.

Ia tengah menyesap rokok, lengan baju kanannya tersingkap hingga memperlihatkan bekas-bekas luka serta luka baru yang ia buat sendiri, dan, ia tengah menatapku tajam.

Betelgeuse [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang