Beberapa tahun kemudian.
Sekali lagi, mentari menyapa sang pemudi.
Wajah dara itu tak lekang beradu pandang dengan langit-langit putih indekos yang baru ia huni beberapa bulan lalu. Isi kepalanya setia melanglang seakan tak menemukan titik jemu. Dan sanubari pun tak jua surut mengudarakan satu nama yang kini telah menjadi semu.
Bintang Narandanu, anggota band Katarsis yang bunuh diri di depannya beberapa tahun lalu.
Beberapa hari selepas insiden itu, orang-orang kembali tenggelam dalam rutinitas serupa kejadian tempo hari tak pernah berlaku. Ibukota masih dilingkupi keramaian tanpa mengenal kata buntu. Namun, kehidupan Jia telah bersilih dipeluk kelabu.
Jia tahu alasan Bintang bunuh diri, akan tetapi, ia gagal menyelamatkan atau bahkan mencegah hal itu terjadi.
Entah sudah berapa banyak air mata, namun yang pasti kini semuanya sia-sia.
Bintang telah tiada. Begitu pula segala tentangnya yang perlahan terkubur oleh hiruk-pikuk dunia, berikut berita yang tak benar adanya, kini mulai dilupakan oleh semua orang tanpa ada klarifikasi atau semacamnya.
Memang benar adanya jika tiap-tiap manusia yang menapaki mayapada bukanlah siapa-siapa, sebab kala mereka meninggalkan dunia, kenangan tentangnya juga turut terhapus seiring tergerus oleh masa.
Dunia 'kan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Orang-orang akan segera lupa. Dan aroma serta suara sang jiwa perlahan mengabur menjadi sebuah kenang yang menghuni kepala.
Tetapi Bintang berbeda. Kenangan tentangnya akan terpatri selamanya, lewat lagu-lagu yang ia ciptakan dan terus mengudara di atas semesta.
Ruang imaji Jia memutar roll memori perihal hari-hari selepas Bintang pergi, penuh air mata yang mengaliri kedua pipi, juga rasa bersalah yang mulai menyelisik ke dalam sanubari; hingga memicunya enggan bersemuka dengan Nebula pun Yudistira.
Namun kini, ia masih hidup dan berpijak di atas pertiwi, bersama kenangan tentang Bintang yang tetap abadi. Meski tak ada hadirnya sang pemuda lagi, Jia bisa tetap hidup kendati kesedihan jua turut menyertai, serta matahari yang setia menyapa kembali.
Dengan sepasang netra yang pelupuknya mulai dijejali oleh air mata, intro lagu terakhir dari Bintang kembali terputar pada pemutar mp3 dan dalam sanubari Jia.
Lalu tanpa aba-aba air mata Jia kembali luruh, bersamaan dengan sorak sorai rindu yang kian bergemuruh.
Aku kerap bertanya-tanya
Bagaimana mengutarakan semua rasa kepadamu, JiaAku tak pandai melantunkan kata
Terlebih mengekspresikan rasa
Walau kepalaku telah meramu berbagai frasa
Bibir ini terasa kelu 'tuk melontarkannyaTiap kala diri ini berdekatan dengan cakrawala
Entah kenapa, dirimu muncul di kepala
Mungkin hanya khayal belaka
Akan tetapi rasanya begitu nyataSebelum semesta merenggut jiwaku
Apa boleh aku mengutarakan ini padamu?Kau mungkin tak akan mendengarnya dariku sendiri
Sebab setelahnya aku 'kan menjadi satu dengan kematian yang sudah menanti'Kan ku kirim kalimat ini padamu
Menitip pada rinai semesta yang terdengar pilu
Ia akan mengecup rungumu
Lalu menyuarakan isi hatiku
Bahwa aku mencintaimuMeski kini dunia kita telah berbeda,
apa kita akan tetap saling mencinta?Tolong biarkan aku abadi dalam sanubari
Biarkan aku menjadi bagian indah di memoriJika aku bisa memutar waktu
Aku 'kan mengatakan kalimat itu padamu
Bahwa aku ... mencintaimuSepenggal Kalimat yang Tertinggal - Bintang Narandanu
Selesai.
Betelgeuse: salah satu bintang terang di rasi Orion yang tengah sekarat, akan menjadi supernova sekitar 100 ribu tahun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betelgeuse [FIN]
Romance[ACT IV of V Katarsis - Bintang Narandanu] Hidup Bintang Narandanu tak ubahnya mesin pekerja selama dua puluh empat tahun. Hanya berotasi antara Katarsis─band yang ia bangun selama enam tahun─dan berbagai jadwal entertaiment yang mengharuskan diriny...