Trigger Warning//mentioned of death, suicide attempt, blood
Harap bijak ya!
──
Entah mengapa, angin muson barat bulan ini jauh berbeda dari bulan sebelumnya.
Jia tak pernah merasa sebegitu kedinginan seperti malam ini, padahal ia telah memakai pakaian tebal serta jaket yang setia memeluk diri. Akan tetapi raganya seakan enggan beradaptasi, memicu gigil yang kini kian menginvasi.
Gadis itu mendongakkan muka, menatap langsung ke arah lanskap cakrawala, bersih tanpa ada jejak polusi kota yang tersisa. Dari netra sang dara, ia dapat melihat sekelumit kunang-kunang langit di atas sana.
Jemari Jia bergerak, menunjuk kepada kunang-kunang merah yang berkedip selaras di atas sana.
Itu Betelgeuse, bintang paling terang kesepuluh di angkasa.
Sejak salah satu temannya dulu bercerita bagaimana membingungkannya karakteristik bintang paling terang kedua di rasi Orion itu, ia telah jatuh hati hingga kerap menghabiskan waktu dengan membaca blog tentang bintang tersebut.
Betelgeuse, bintang yang akan menjadi supernova dalam waktu seratus ribu tahun lagi.
Jia ingat pernah berpikiran, bahwa Bintang dan sang Betelgeuse memiliki satu kesamaan, hampir sekarat namun masih berusaha menyunggingkan binar indahnya.
Sudah beberapa hari ia tidak mendengar kabar pemuda itu, baik lewat pribadi maupun portal maya. Terkadang tebersit rasa gamang di dalam sanubari, tetapi kepalanya kosong serupa menyuruh sang sukma 'tuk abai.
Namun Jia tak bisa diam begitu saja, sebab eksistensi Bintang bagai lenyap ditelan bulat oleh gulita. Hilang, tanpa ada ancang-ancang, dan anehnya memunculkan rasa gamang.
Isi kepala sang pemudi riuh rendah membicarakan pemuda itu, topiknya tak jauh dari bagaimana bodohnya jiwa peduli seorang perempuan bernama lengkap Jia Aliana itu kepada Bintang Narandanu.
Jika dipikir-pikir lagi, sang taruna tak pernah bertukar kata dengan baik dengan si pemudi, bahkan bisa dikatakan selalu ketus serta penuh aksentuasi.
Tapi inilah Jia, akan setia pada prinsip yang berkata bahwa setiap orang patut diperlakukan dengan baik meskipun hadirnya sendiri kerap dianggap hantu belaka.
Gadis itu lantas memasukkan para jemari ke dalam saku baju, sembari sepasang mata yang betah menatap jalinan kabel yang seakan saling bergandengan antar tiang tanpa jemu. Apabila siang menyapa, pasti banyak burung gereja yang bertengger di atas sana.
Sesekali ia senang memotret kala sang surya berbinar menguasai cakrawala, namun baginya jauh lebih menyenangkan di bawah temaramnya dewi gulita. Sensasinya jauh berbeda, begitu yang ada di kepala.
Drrt!
Ponsel Jia bergetar dari balik saku kanan, ia berhenti sejenak kemudian ekspresinya bersilih menjadi tak mengenakkan.
Nebula
Masih lama gak yaa? Aku udah laper nih:( @YouYudistira
Lama ya Bul kayak siput:(Nebula
Iya:(Yudistira
Oiya Ji titip yupi juga ya, sama yakult satu pakNebula
Gue mi samyang yaa jangan lupa~You
Banyak mauNebula
Hehe
LopyuJia kembali mengantongi ponselnya, tak acuh walau kini benda digital itu kian bergetar seiring langkahnya menuju toko serba ada terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betelgeuse [FIN]
Romansa[ACT IV of V Katarsis - Bintang Narandanu] Hidup Bintang Narandanu tak ubahnya mesin pekerja selama dua puluh empat tahun. Hanya berotasi antara Katarsis─band yang ia bangun selama enam tahun─dan berbagai jadwal entertaiment yang mengharuskan diriny...