Tangan itu mengusap perut miliknya yang masih rata. Dia berjalan pelan diantara keramaian, beberapa orang menatapnya kebingungan karena penampilannya yang seperti baru saja kabur dari tahanan. Gaun berbahan katun warna putih polos, tubuh yang terlihat tidak bertenaga, mata yang sayu dan rambut yang kusut membuat dirinya terlihat sangat malang. Orang yang ingin menyapa nya pun mengurungkan niatnya karena melihat kondisi Aina yang sepertinya sedang tidak baik, namun Aina yang dipandang seperti itu tidak peduli. Dia meneruskan langkahnya dengan tatapan kosong menuju penjara bawah tanah untuk menemui adik tercintanya lalu membawanya pulang ke rumahnya dulu
Dua Anbu yang sedang berjaga di depan penjara dimana Aito ditahan membungkuk memberi salam saat melihat Aina mendekat menghampiri mereka
Aito menyadari kehadiran Aina, dia langsung berdiri. Tangannya memegang jeruji besi berwarna hitam
"Nee chan, sedang apa kau disini? Seharusnya kau istirahat saja, kau sedang sakit. Kembalilah untuk istirahat, aku baik-baik saja" Aito tidak bisa tenang sedari dia sadar dari pingsan nya, rasa khawatir terus menggelayuti nya mengingat Aina yang sedang tidak baik-baik saja
"Dia bukan penjahat, dia adalah adikku. Jadi lepaskanlah dia" tukas Aina datar
Anbu tersebut menatap satu sama lain, ragu untuk membukakan jeruji besi itu
"Tapi Rokudaime yang-"
"Lepaskan saja. Tidak usah takut dia akan marah ataupun menyalahkan mu karena dia tahu yang memerintah mu melepaskan dia adalah aku" potong Aina yang membuat Anbu tersebut terpojok lalu mau tak mau dia membuka kunci tempat Aito ditahan
Tangan Aina langsung menggenggam tangan milik Aito lalu menariknya. Mereka mulai melangkah bersama meninggalkan tempat pengap itu
"Nee chan, kau mendengar ku tidak? Sedang apa kau disini? Harusnya kau sedang istirahat" pria yang digenggam Aina melepaskan genggamannya menghentikan langkahnya membuat langkah Aina pun ikut terhenti
Aina menoleh, bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Dia senang melihat tingkah laku adiknya yang sangat perhatian pada Aina
"Ayo pulang, apa kau tidak merindukan rumah? Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu"
Aito mulai melangkahkan kakinya lagi, berjalan berdampingan dengan Aina
"Memangnya nee chan ingin membicarakan apa?" tanya Aito kepo
"Kau kemari hanya sendirian saja? Dimana kaa san dan tou san? Bagaimana dengan kabarnya mereka?"
Mendengar pertanyaan Aina yang seperti itu membuat langkah Aito kembali terhenti, wajahnya langsung murung. Dia bingung harus menjawabnya bagaimana
"Dooshitano?" Aina ikut mengehentikan langkahnya, menatap adik laki-lakinya yang jangkung
"Kaa san, dia meninggal setahun yang lalu karena depresi" Aito menjeda ucapannya, ragu-ragu untuk melanjutkannya. Takut-takut kakaknya menangis histeris karena tidak terima dengan kematian orang tuanya
"Kaa san depresi karena tidak terima dengan kematian tou san di Amegakure"
Aito memberanikan diri menatap mata kakaknya. Jauh dari prediksinya, Aina terlihat biasa saja. Tidak terlihat sedih ataupun tertekan, walaupun begitu Aito yakin saat ini hati Aina sesak karena hanya dia yang tidak tahu perihal kematian orang tuanya
"Dari awal aku sudah berpikir akan seperti itu, jadi saat ini aku terlihat biasa saja. Lagian aku sudah ikhlas dengan kepergian mereka sedari dulu, jadi aku tidak menangis"
Hati Aito terasa diiris-iris mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Aina. Dia sedih dan menyesal karena dulu dia membiarkan kakaknya ditinggal sendirian menderita dirumah
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | Kakashi Hatake ✓
Fiksi PenggemarMenceritakan seorang guru yang mencintai murid yang jelas jauh umurnya. Tapi umur dan status bukanlah halangan untuk mereka saling mencintai lalu menikah. Bagaimana kisah kelanjutannya? Fanfiction: Kakashi Hatake x OC Disclaimer: Naruto Shippuden ©...