4. Dia datang!

64 49 87
                                    

"Gimana Cana, bagus gak?"

Aku menatap diriku di pantulan cermin. Memutar ke kanan ke kiri, melihat penampilanku malam ini. Aku tersenyum, lalu mengangguk antusias ke arah Lala.

Lala yang memilihkan dress yang aku kenakan malam ini, Dress berwarna biru muda, terlihat sangat sederhana dan juga cantik di tubuhku.

Dengan sedikit tambahan, riasan di wajahku yang di poles tipis oleh Mama, dan bando mutiara yang menghias kepalaku.

"Aku langsung iri. malam ini kamu cantik sekali, Cana!!" lirih Lala dengan sendu

Aku tertawa lalu memeluk Lala dengan erat "Kamu setiap hari juga cantik" pujiku dengan tulus

"Makasii Cana, Aku memang cantik. Tapi malam ini aku iri padamu"

"Kalian itu sama-sama cantik, jadi ayo keluar!! udah lumayan rame tuh!!" Ujar Bang Gara

Aku dan Lala tertawa, lalu keluar kamar bersama sambil bergandengan tangan.

Benar apa yang di katakan Bang Gara, jika di halaman rumah sudah banyak teman-teman sekolahku.

"Selamat ulang tahun, Anak Bunda dan Ayah!!" Aku menoleh, menatap wanita yang tengah tersenyum lebar bersama pria di sebelahnya.

Aku langsung mendekap tubuh keduanya dengan erat, sambil mengucapkan terimakasih.

Lala tertawa renyah melihatnya, bersama dengan gadis dewasa yang tengah merangkulnya.

Ini adalah keluarga Lala, sahabatku. yang sedang aku peluk adalah kedua orang tua Lala, yang selalu baik padaku. Sedangkan yang bersama Lala, adalah kak Lulu.

Aku memang memanggil kedua orang tua Lala dengan sebutan Bunda dan Ayah, karna mereka menyuruhku, katanya aku juga adalah bagian dari keluarga mereka.

Begitupun dengan Lala yang memanggil Mama dengan panggilan yang sama.

"Selamat ulang tahun, gadis cantik!!"

"Terimakasih, kak Lulu" Aku memeluknya singkat, karna Lala langsung menarikku, dan pamit untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Ohh ya...

Kak Lulu adalah kakak kandung Lala, yang seumuran dengan Bang Gara. Kak Lulu adalah gadis cantik dengan paras wajah yang manis.

Aku tersenyum, mereka ada disini.

Lala membawaku berkumpul bersama yang lain, mereka semua menatapku dengan sorot mata yang kagum.

Aku jadi malu...

"Kamu cantik banget, Cana!!" puji salah satu teman sekelasku

"Terimakasih, Lora"

Mataku melirik kesana kemari, mencari sosok Dia yang belum ku temui.

Aku menunduk, sedih.

"Sabar, Cana!"

Lala mengusap bahuku, ia pasti mengerti yang sekarang aku rasai, aku menunggu Dia yang tidak akan pernah datang kesini.

"Cana?" Bang Gara memanggil, aku menoleh menatapnya dengan pandangan bertanya

"Ayo, acara potong kue mau di mulai!" Aku mengangguk, Lalu berjalan mengikuti langkah Bang Gara, disusul dengan langkah teman-temanku, yang akan memeriahkan acara ini.

Lagu selamat ulang tahun terdengar begitu nyaring di halaman rumah, semuanya bernyanyi dengan gembira untukku. Aku tersenyum, mencoba mengabaikan Dia yang masih saja terlintas di pikiranku.

Lagu itu terhenti, aku meniup lilin yang tertancap di tengah kue. Mama dan Bunda menyuruhku untuk memotong kuenya, dan membagikannya.

Potongan pertama Aku beri untuk Mama tercinta, Mama tersenyum hangat menatapku.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang