27. Khawatir

26 23 10
                                    

***

Dua Minggu ini, Aku tidak melihat keberadaan Orion di sekolah. Padahal tinggal menghitung hari, ujian kelulusan telah tiba. Aku meremas jariku, memikirkan Orion membuatku pusing sendiri.

Lala menepuk bahuku, Lalu menggeleng tanda ia tidak berhasil menemukan keberadaan Orion. Aku memang menyuruh Lala untuk menanyai Agam, Namun Agam sendiri juga tidak tau.

Aku menghela nafas gusar, lalu mengusap wajahku dengan kasar. Pihak dewan Guru juga tidak mengetahui keberadaan Orion.

Lelaki itu seperti hilang tanpa kabar dan jejak. Padahal sebelumnya aku yakin jika Orion berada di Panti Kasih Peduli, namun dugaanku salah, Bu Sum mengatakan jika Orion terakhir ke panti satu bulan yang lalu.

Lala mengusap bahuku, Gadis itu tau jika aku tengah khawatir memikirkan Orion. "Orion bakalan baik-baik aja ko!" ujarnya menenangkan

"Semoga!"

Aku hanya bisa berdoa jika Orion akan selalu baik-baik saja. Aku menatap nanar ponselku , menampilkan pesan yang Orion kirim dua Minggu lalu.

"Orion, kamu dimana?" batinku.

Pelajaran sekolah hari ini bagikan angin lalu di kepalaku, Tidak ada yang masuk ke dalam otakku, semuanya seperti kosong.

Bel pulang sekolah berbunyi, Aku berjalan ke luar kelas dengan lesuh, bersama Lala di sampingku

brakk

Aku terkejut menatap Lala yang terjatuh tepat di sampingku. Di hadapanku, Agam berdiri dengan raut bersalah menatap Lala

"Maaf La, gue buru-buru!" ujarnya, lalu pergi.

Aku menatap Agam yang tengah berlari terburu-buru. Aku sedikit curiga dengan Agam yang selalu mengatakan, jika ia tidak tau saat di tanya Orion kemana.

Aku mengkode Lala untuk mengikuti Agam, Lelaki itu berlari menuju motornya yang berada di parkiran. Untungnya saat ini Lala membawa motor, jadi Aku dan Lala bisa mengikuti nya dari belakang.

Agam mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan yang melintas membuat Aku ngeri sendiri melihatnya, Lala juga sama, gadis itu mengendarai motornya setara dengan Agam walaupun berada beberapa meter di belakang laki-laki itu.

"Rumah sakit?" tanya Lala bingung. karena motor Agam melaju memasuki area gedung yang ada di hadapan kami berdua.

"Dia ngapain?" tanya Lala, Aku menggeleng tidak tau

Suara deringan ponsel milikku terdengar, membuat aku harus mengangkat telepon dulu. Nama mama tertera di layar, aku buru-buru mengangkatnya

"Cana sudah pulang? Mama mau pergi, rumah kosong tidak ada yang jagain!" ujar Mama dari sebrang telepon.

Aku melirik Lala, Aku bingung ingin mengatakan apa, tapi Lala menyuruhku untuk pulang saja

"Sebentar lagi aku pulang, Ma" jawabku

"Yasudah, Hati-hati. Mama tunggu ya!!"

Aku menghembuskan nafas, Aku harus cepat pulang, Sepertinya Mama punya hal penting yang tidak bisa di tinggalkan .

"Kamu pulang sendiri gapapa? Aku mau masuk ke rumah sakit!" ujar Lala

"Kamu masih mau ngikutin Agam?" Lala mengangguk

"Yaudah aku pulang!"

"Hati-hati, Cana!! soryy aku gabisa nganterin kamu pulang"

"Gapapa ko!"

Aku langsung berlari mencari angkutan umum, Untung saja di depan sana ada. Aku buru-buru, agar bisa sampai cepat di rumah. Aku berharap jika Lala mengabari hal baik nantinya, entah kenapa perasaanku begitu tidak enak. Aku mengusap wajahku kasar.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang