21. Senja di atas Menara

22 18 24
                                    


***

Aku menatap Lala dari atas menara, gadis itu tengah berlari bersama Agam. Seperti biasa, Agam yang jail dan Lala yang emosian, menjadikan dua orang itu seperti kucing dan tikus saat ini.

Aku tertawa geli melihat Lala yang begitu semangat mengejar Agam yang berlari kencang, di sampingku ada Orion yang juga memperhatikan keduanya.

Aku sedikit lega untuk hari ini, Karena Lala sudah melupakan masalah hatinya, dan tertawa lepas seperti sekarang.

Aku tertawa, melihat Lala jatuh saat mengejar Agam. Gadis itu bangkit, lalu mencak-mencak, membuat Agam kewalahan sendiri.

"Nyengir terus nanti giginya kering!"
Aku membelalakkan mataku, lalu menatap Orion heran. Ia sedang melucu? tapi aku sedikit terhibur

"Biarin, suka-suka Aku dong!"

"Kaya kuda." cibirnya,
Aku langsung memukul keras lengannya, membuat ia sedikit meringis

"Benar kata orang, perempuan itu suka mukul" celetuk Orion

"Apa katamuu!!" kesalku

Orion hanya tertawa, Aku terdiam kaku. Baru pertama kali Aku melihat Orion tertawa lepas seperti ini, di bawah langit senja, Orion terlihat begitu bahagia.

"Kamu lucu banget Cana, hahaha!!"

Bibirku langsung berkedut , Orion kembali tertawa saat menatap wajahku. "Pipimu merah, makanya jangan berdiri disitu!" ujar Orion

Aku langsung membuang pandangan ke arah lain. Apa Orion menganggap, jika pipiku memerah karna kepanasan? padahal Aku tengah salah tingkah!

Aku malu, Orion hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkahku.

"Mau ke bawah?"
tawar Orion, Aku menggeleng.

Aku sudah nyaman menatap senja di atas menara, Orion mengangguk saja, Lalu tangannya mengeluarkan ponsel yang berada di saku celananya.

Aku langsung mendekati Orion, Saat suara alunan terdengar, di ikuti suara nyanyian kami berdua, semuanya terdengar jelas dari ponsel Orion.

Itu hasil suara kami tadi, Aku tidak menyangka jika Orion merekamnya.

"Suaramu bagus!" puji Orion

"Kamu juga, Aku baru tau kamu bisa menyanyi" ujarku

"Aku suka musik" sahutnya

"Aku tau, kamu sering pake earphone di kelas!!"

"kamu memperhatikan?" Aku langsung mematung saat menyadari perkataanku.

"Eumm– Aku lihat dirimu sering menggunakan earphone. Tapi hanya sekedar melihat, saat Aku pas-pasan denganmu di jalan" jawabku gugup

Orion hanya menganggukan kepalanya "Kalau Kamu suka apa?"

"Kamu" Aku langsung melotot, saat kembali menyadari ucapaku sendiri.

Orion mengernyit , menatapku. "Aku?" tanyanya, sambil menunjuk dirinya dengan jarinya sendiri.

"enghh– itu maksudku, Aku menyukai musik sepertimu!!" jawabku gugup.

Aku merutuki kebodohanku sendiri.

Rasanya aku mau menangis.

"Aku kira kamu menyukaiku!" sahutnya.

Aku hanya meringis kecil, Aku memang menyukaimu Orion!!

Aku kembali menatap Lala di bawah sana. Sepertinya gadis itu sudah berdamai dengan Agam. Aku lihat ia tengah duduk bersama Agam, sembari menikmati eskrim di tangan mereka berdua.

"Orion?"

"Kenapa?"

"Apa koma, dan titik tidak bisa bertemu?" tanyaku, dahi Orion mengkerut, Aku yakin jika ia tidak paham.

"Tidak, ada kata di tengah-tengah antara titik atau koma. Tidak mungkin sehabis kata terus koma, dan di lanjut titik. Mustahil!!" jawabnya

Ternyata Orion menjawab pertanyaanku. Aku kira ia hanya akan menggeleng tidak mengerti.

Aku termangu, untuk pertama kalinya, Orion berbicara panjang bersamaku.

Tapi entah kenapa dadaku terasa sakit, lidahku langsung berasa kelu, entah Aku harus menjawab apa sekarang.

Tapi yang pasti, Aku sudah mengetahui jika perkataan Orion memang benar, jika Koma dan titik tidak akan pernah bisa bersatu, apalagi bertemu.

"Cana?"

"Iya Orion?"

"Kenapa?" tanyanya

Aku menggeleng, Lalu tersenyum  "Aku? Baik!"

"Hari sudah sore, Ayo pulang! tapi Aku mau ke toilet dulu" ucapnya, Aku mengangguk.

Aku menunggu Orion yang pergi ke toilet terlebih dahulu. Aku menghela napas, lalu menatap senja.

Tanganku bergerak Membuka tas kecil yang sejak tadi memang Aku bawa. Tanganku bergerak mengeluarkan kembali buku Diary Biru, dan kembali menulis, sambil menunggu Orion kembali.

Tentang rasa nyaman, yang saat ini di rasai, Seperti senja di sore hari. memeluk rasa dengan hati-hati. semoga esok bertemu kembali.

***


Aku menatap jalanan yang ramai, Saat ini Aku tengah duduk di motor Orion, tepatnya di belakang tubuh tegapnya.

Orion mengantarkanku pulang, Ia sendiri yang mau. Awalnya aku ingin meminta jemput Bang Gara karna Aku tidak kembali ke rumah Lala. Tapi Orion menawarkan, Lala yang paling setuju padahal awalnya Aku ragu dan malu.

Tubuhku menabrak punggung Orion, Kala ia mengerem mendadak, Aku mengernyit saat Orion mematikan mesin motornya.

"Ada anak kucing, untung gak ketabrak" ucapnya memberitahu.

Aku menoleh, benar yang di bilang Orion. Aku langsung bergegas turun dari motornya. Begitupun dengan Orion.

Anak kucing itu mengeong dengan lirih, Aku langsung menatap makhluk bulu itu kasihan. Orion inisiatif membawanya pulang, tapi Aku menginginkannya.

Jadi, Orion menyerahkan topinya padaku, Agar anak kucing tersebut bisa di masukkan kedalam topi milik Orion.

Aku yakin jika Bang Gara pasti akan mengomel saat ada kucing di dalam rumah, karena Bang Gara takut dengan hewan berbulu lucu ini.

Aku juga heran sama orang yang takut dengan kucing, padahal kucing itu lucu. Aku tertawa sendiri membayangkan ketakutan Bang Gara nanti.

Orion kembali melajukan motornya, memasuki perumahan tempat tinggalku, melewati beberapa rumah dan belokan, hingga motor kembali terhenti di depan gerbang tinggi bercat hitam.

"Terimakasih, Orion!" ucapku, kala turun dari motor Orion.

Orion hanya mengangguk, Lalu pamit. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, masih dengan membawa anak kucing yang berada di dalam topi Orion.

Aku harus mencari tempat, untuk menyimpan anak kucing ini di tempat yang aman, karna aku tidak memiliki kandang kucing, terpaksa aku menggunakan kardus besar, untuk sementara waktu.

Setidaknya masih ada ruang tempat, untuk anak kucing ini tidur, Aku akan meletakan kardus ini, tepat di belakang pintu dapur.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang