***
Orion, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah besar, milik kedua orangtuanya. Matanya menatap datar, setiap penjaga dan asisten yang berada di dalam rumahnya.
"Inget pulang?"
Orion menoleh, Matanya langsung bersitatap dengan manik coklat milik sang kakak.
Rigel Sadewa. Kakak laki-laki Orion, yang tiga tahun lebih tua dibanding dirinya.
"Hmmm?"
Rigel terkekeh sinis, menatap Orion dari ujung kaki hingga kepala, Lalu mengeleng dengan mulut yang masih terkekeh geli.
"Hidup lo ga berguna banget, orion. cuma bisa nyusahin orang!!" Rigel menatap sang adik dengan pandangan miris.
Kemarin, Pihak sekolah menghubungi telepon rumah, mengatakan jika Orion di bawa kerumah sakit.
Malamnya, Seorang wanita dewasa yang menghubungi telepon rumah, Mengatakan jika Orion bersama keluarganya.
Orion mengeram kesal, Rigel selalu berhasil memancing emosinya. Namun, Saat ini kondisi kesehatannya lebih berharga di banding meladeni ocehan sang kakak. Orion berbalik, Meninggalkan Rigel yang menatapnya emosi.
bughhh
Suara hantaman itu terdengar nyaring di ruang keluarga. Orion meringis saat Rigel menyerangnya
"Lo apa-apaan, kak!!" kini, Rigel telah berhasil membuat Orion bertambah emosi.
Rigel tersenyum sinis "Gue kangen mukul lo" ujarnya, lalu tertawa. Orion menatap sang kakak dengan prihatin. Saat ini, Rigel persis seperti orang tidak waras.
bughhh
Rigel kembali menonjok rahang tegas Orion. Orion yang emosi membalas serangan sang kakak. Ruang keluarga langsung berubah menjadi berantakan seketika. Tidak ada yang mau mengalah, mereka sama-sama membenci satu sama lain.
Baik para asisten maupun penjaga rumah, tidak ada yang berani melerai keduanya, meraka tidak mau ikut campur dan berurusan dengan Rigel nantinya.
Sudah menjadi kebiasaan setiap hari, jika keduanya selalu terlibat perkelahian di dalam rumah sendiri. Di ruang keluarga yang seharusnya tempat terhangat di rumah, berubah menjadi arena pertarungan, kedua saudara kandung.
Orion terduduk lemas, kala Rigel memukul kepalanya dengan keras, "Lo harus mati, Orion!!"
Orion merintih kala kepalanya kembali berputar, Tubuhnya kembali lemah saat Rigel terus memukulnya dengan keras.
Rigel berdecih, menatap Orion yang sudah terkapar tak berdaya di hadapannya, Senyum sinis langsung terukir di wajah Rigel.
"Cih, Dasar lemah!" Rigel langsung beranjak pergi, meninggalkan Orion dengan luka lebam di seluruh tubuhnya.
***
Orion berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamarnya, Ia menolak keras saat para asisten rumah ingin membantu dirinya. Orion masih sanggup, walau berusaha dengan susah payah.Warna hitam putih kini menyambut matanya, kala tangannya berhasil membuka pintu kamar. Orion menyukai warna monokrom. Menurutnya, warna itu sangat sesuai dengan kehidupannya.
Orion menghempas tubuhnya di atas kasur kingsize miliknya, menatap langit-langit kamar dengan tatapan sendunya.
Orion Samudra, Laki-laki yang selalu di anggap sempurna oleh Cana. Nyatanya, hidupnya tidak sesempurna yang di bayangkan.
Orion hidup di lingkaran sebuah kegelapan, Luka demi luka selalu ia rasakan.
Orion, Anak kedua dari seorang pengusaha kaya, namun kekayaan itu tidak membuatnya bahagia.
Saudara kandungnya sangat membencinya, sedangkan sang ayah tidak perduli dengan kehidupannya.
Orion nampak seperti orang asing di kediaman rumah megah ini. Dirinya hanya bagaikan samsak untuk sang kakak melampiaskan amarahnya.
Luka baru kembali hadir menghias tubuhnya, Orion muak dengan semuanya. Lima belas tahun ia hidup tanpa sebuah pelukan, Dan sebuah kasih sayang.
Hanya sebuah kesalahan, membuat ia harus di benci oleh semua keluarganya. Kematian sang bunda membuat Orion menjadi dalang dari segalanya.
Orion benci hidupnya.
Menghela nafas panjang, Orion baru ingat dengan Cana. Gadis yang seharian penuh sudah menjaga dirinya.
Orion belum sempat mengatakan, jika ia sudah keluar dari rumah sakit. Orion takut jika Cana akan kembali, Lalu mencarinya, kala gadis itu tidak menemukan keberadaanya di ruang inap rumah sakit.
Orion mengambil ponselnya, Lalu membuka roomchatt dirinya dengan Cana. mengetik beberapa pesan, memberi gadis itu kabar.
Cana:
Gw udah pulang|
10.27biaya administrasi udah gw bayar|
10.27Terimakasih, Cana|
10.28Orion menaruh ponselnya di atas nakas, dan kembali merebahkan tubuhnya, Ia butuh Istirahat, agar esok bisa masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Titik ke Koma [END]
Teen FictionCerita ini di ambil dari sudut pandang seorang gadis bernama Clarissa Nadhirva, yang menyukai teman sekelasnya sendiri. Cana menyukainya, walaupun laki-laki itu tidak pernah sekalipun mengeluarkan suaranya untuk Cana. Hingga akhirnya, ucapan selama...