15. Bersama Bang Gara

41 34 40
                                    


Aku menatap malas, ponsel yang saat ini tengah ku genggam. Sangat bosan mendengarkan ocehan Lala malam ini.

Lala tengah berbahagia berbicara tentang pacar barunya, yang beberapa jam tadi baru saja meresmikan hubungan.

Aku melirik singkat buku tulis yang sejak tadi ada di atas meja belajar. Malam ini aku ingin fokus mengerjakan tugas, tapi Lala memintaku untuk mendengarkan ocehan curhatnya.

Sebenarnya aku bingung, ingin menanggapi curhatan Lala seperti apa, sedangkan aku sendiri belum pernah menjalin hubungan seperti pacaran.

Aku mencibir dalam hati, mulai kesal dengan Lala yang tidak mau menyelesaikan obrolannya. Aku menatap jam dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sudah hampir satu jam lebih Lala berbicara padaku.

Mataku sudah mengantuk, dengan tugas yang masih belum terselesaikan. Aku sudah tidak tahan, dengan hati yang mulai dongkol, aku mematikan ponselku, biarkan saja jika Lala akan marah esok pagi

Aku masih punya alasan jika ponselku mati kehabisan baterai. Mataku segera beralih ke tumpukan buku, yang sedari tadi aku lupakan.

Aku bergegas cepat, membuka buku. Mulai mengerjakan soal demi soal yang akan di kumpulkan esok pagi.

Awas saja jika besok, Lala malah meminta buku tugas milikku untuk di contek,  tidak akan aku kasih!!

"Cana?"

Aku menoleh ke arah pintu, Suara Bang Gara terdengar dari luar kamar, aku bangkit dari dudukku, lalu berjalan membuka pintu kamar.

"Kenapa bang?" tanyaku

Bang Gara hanya terkekeh, tangannya mengangkat dua buah plastik besar, yang ia perlihatkan di depan mataku.

Sontak saja aku menganga, Bang Gara membawa banyak makanan untuk malam ini. Aku dengan cepat mengajaknya masuk ke dalam kamar, Lalu menutup pintu dengan cepat

"Kalau Mama tau gimana?!!" omelku

"Makanya jangan sampai tau, kamu belum makan kan?" Aku menggeleng, memang sejak tadi sore aku belum makan sama sekali, karna malas keluar kamar.

"Nih, Abang bawain kamu nasi goreng!!" Aku langsung menyambar bungkus nasi goreng yang di sodorkan Bang Gara.

"Abang tumben banget beli makanan sebanyak ini?""

"baru gajian dongg" jawabnya sambil tertawa kecil

Bang Gara memang sudah bekerja, lebih tepatnya kuliah sambil kerja. Padahal Mama sudah menyuruh Bang Gara untuk fokus kuliah saja, tapi Bang Gara menolak keras.

katanya, "selagi bisa ya di jalanin aja dulu, lagipula uang gajiannya kan untuk biaya kuliah ku sendiri, biar aku ga ngeberatin mama terus. Aku sudah besar loh... Mau mandiri"

"Kalau Abang punya pacar, Abang– bakal beliin pacar Abang dari pada kamu"

Ucapan Bang Gara membuat Aku melotot, lalu menatapnya marah. "Enak saja! aku bakal ngaduin ke mama kalo Abang kaya gitu, jahat sama ade!!"

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang