18. kembali

31 24 29
                                    

***

Cana melambai dari dalam mobil, kepalanya menyembul, dengan perasaan yang sedih.

Hari ini, Cana akan kembali ke Jakarta. Sudah dua hari berlalu Cana berada di kota Bandung, saatnya pulang untuk melakukan aktivitas yang tertunda.

"Saatnya pulang!!" ucapnya dengan riang. Gara hanya tertawa, sambil fokus mengendarai mobil yang ia bawa.

Dua hari yang di lakukan Cana hanyalah keliling kampung bersama Deri. Bermain bersama dengan anak-anak di sekitar rumah Nenek.

Rasanya sangat seru bermain permainan tradisional, Cana sendiri hampir lupa dengan ponsel miliknya.

Mama yang paling bersyukur dan senang melihat Cana lebih banyak di luar rumah tanpa memperdulikan ponselnya.

Cana memang sesayang itu sama ponselnya. Hampir setiap jam, ponsel yang selalu berada di dedakapnnya.

Seperti saat ini, gadis itu tengah bermain ponsel di bangku belakang, mengabaikan dua orang yang tengah mengobrol di depan.

"Cana, tadi Nenek dan Tante bawain makanan untuk kamu, kalau mau ada di kotak belakang!" ujar Mama

Cana hanya mengangguk, matanya masih fokus ke arah ponsel miliknya, sesekali tertawa sendiri membaca postingan lucu yang lewat di akun sosial medianya.

Lima jam berlalu, Akhirnya mobil masuk ke halaman rumah, Cana bergegas keluar dari mobil lalu berjalan menuju pintu yang ternyata sudah di buka oleh Mama.

"Mandi dulu, abis itu istirahat!" ucap Mama

Cana langsung berlari menuju kamar, Rasanya kakinya teramat pegal. Mungkin saat ini tidur lebih baik. Cana langsung bergegas masuk kamar mandi, membersihkan diri sebelum tidur.

***

"Haii Cana!!"

Aku membalikkan tubuhku, menghadap Agam yang tadi memanggil namaku

"Haii Agam!!" sapaku dengan senyum

"Tanggung banget masuk hari ini, besok libur!" Agam tertawa.

Memang benar, jika Aku masuk di hari Sabtu, Besoknya hari Minggu, otomatis sekolah akan libur.

"Aku kangen cilok kuah di kantin." jawabku

"Lo ga kangen gue gitu?"
Aku hanya menggeleng, lalu melanjutkan langkahku yang tertunda, meninggalkan Agam yang cemberut di belakangku

"Selamat pagi Lala!!"

"Mana oleh-olehnya??" sentak Lala, Aku sedikit terkejut, setelahnya tertawa kecil.

"Ada ko, tenang aja. Nanti ke rumah ya!!" jawabku, yang di angguki dengan semangat oleh Lala

"Can, Kamu harus tau!!"

"Apa?"

"Nanti aja deh, Guru udah masuk!"

Pagi ini, jam mata pelajaran di sekolah adalah olahraga, Aku sudah berada di lapangan, mendengarkan instruksi dari Pak Guru tentang materi pagi ini.

Ternyata materi tentang basket, Namun Pak Guru tidak bisa mengajarkan kami pagi ini, karna ada urusan mendadak, jadi semuanya di alihkan ke murid laki-laki kelasku yang ternyata mengikuti eskul basket bersama Pak Guru.

Pagi ini, cuaca terasa sangat panas, jadi aku memutuskan untuk menunggu giliran di pinggir lapangan.

"Cana, Ayo sini!" 

Aku berdiri, saat Leon melambaikan tangannya menyuruhku untuk menghampirinya.

Rupanya Lala sudah selesai, jadi kini giliranku. Leon menyuruhku mencoba menggiring bola basket sampai ke ring yang tidak begitu jauh dari hadapanku.

Aku mencoba walaupun aku yakin jika gerakanku salah, hanya saja Leon tidak mau menegurku.

Lemparan bola basketku tidak masuk ke dalam ring, aku menghela nafas sedikit kecewa lalu kembali ke arah Lala yang sedang menatapku sedih.

"Gapapa ko ga ada Pak Guru ini. Nih, kamu coba mainin sendiri!"
Lala menyodorkan bola basket yang berada di tangannya, menyuruhku untuk bermain sendiri

Aku mengambilnya dengan senyum Yang merekah, Lalu mencobanya. Bola basket yang ku pegang hanya aku mantul-mantulkan saja, Aku tidak mengerti cara bermain basket yang benar.

Sungguh, aku tidak tau. Jika nanti ada pertandingan basket tolong kabari, Aku harus menonton.

Tanganku terlalu kaku hanya sekedar memantulkan bola, hingga bola terlepas dari tanganku, dan menggelinding jauh.

Aku berlari kecil, hingga Bola berhenti tepat di sepasang kaki, Aku mendongak, di hadapanku Orion berdiri dengan tegap.

Tunggu dulu!

Wajah Orion terlihat tidak seperti biasanya, Luka lebam terlihat jelas disana, Tidak di sangka aku malah meringis ngilu.

Orion menatapku aneh lalu memberikan bolanya di tanganku, Sedangkan aku masih terpaku, menatap kepergian Orion yang berlalu, berjalan keluar dari area lapangan.

Aku melempar bola basket dengan asal, Lalu mengejar Orion. Entah kenapa kaki ku membawaku menuju ke arahnya.

"Orion tunggu!!"

Orion memberhentikan langkahnya, Lalu berbalik menatap diriku dengan alis yang terangkat, Sungguh kenapa kali ini Orion terlihat begitu menakutkan.

Aku berhenti dengan nafas yang tersengal-sengal, Aku menarik nafasku lalu membuangnya dengan kasar

"Ayo ke UKS!!"

Orion tidak bergeming, hanya menatapku datar, Dengan tidak sabaran aku menarik tangannya, Orion hanya menurut tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Aku mendudukkan Orion di Brankar kecil di dalam UKS, bergegas mengambil kotak P3K yang tersusun rapih di dalam laci.

Aku mengambil kapas, lalu membersihkan wajah Orion terlebih dahulu, setelahnya mengambil obat salep dan mulai mengoleskan luka lebam yang masih parah.

Orion hanya diam saja, walaupun kadang mulutnya mengeluarkan ringisan kecil kala aku tidak sengaja menekan lukanya.

Aku jadi bertanya-tanya, Luka lebam ini berasal dari mana. Aku tidak yakin jika Orion gemar mengikuti tawuran di luar sana.

Aku menutup kotak P3K setelah selesai, Lalu meletakkan kembali di dalam laci, Aku sadar jika sedari tadi Orion terus melihat gerak-gerik diriku saat aku mengobatinya.

"sudah selesai, kalau gitu aku kembali ke kelas dulu!!" ujarku

Orion hanya menatapku, aku menghela nafas lalu melangkahkan kaki menuju pintu UKS

"Cana!"

Aku berhenti, diam sejenak lalu membalikkan tubuhku, menatap Orion yang masih duduk di atas brankar

"Terimakasih, Cana!" Aku mengangguk sambil tersenyum, Lalu kembali melanjutkan langkahku.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang