Pov Orion
***
Aku termangu, menatap gadis yang kini tengah menangis pilu di kamarku. Ia begitu kacau, dengan rambut panjang yang tergerai acak-acakkan, matanya memerah dengan pipi yang basah terkena air mata.
"SESIL!!!" pekikku dengan wajah yang panik.
Gadis itu menoleh ke arahku, dan berlari, berhambur ke dalam dekapanku, mendekap dengan erat tubuhku.
"Kamu kenapa?"
"A-aku-" ia tidak melanjutkan kata-katanya, dan kembali menangis di ceruk leherku.
Tanganku tergerak mengelus lembut surai panjangnya.Aku masih dilanda rasa bingung, dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di dalam kepala.
"Orion?" panggilan itu terdengar begitu lirih tidak seperti biasanya.
"A-aku mencintaimu!" jelasnya, lalu kembali menangis pilu.
"Hei, Sesil. Tatap mataku!!" Aku menyentak tubuhnya, hingga aku bisa melihat jelas wajahnya
"Kamu kenapa?" tanyaku untuk yang kesian kalinya.
Cyelinsia tidak menjawab, ia menyodorkan benda persegi panjang ke arah diriku. Aku menerimanya, dengan mata yang membesar, menatap apa yang kini berada tepat di tanganku tidak percaya.
"Sesil, siapa yang melakukan ini padamu?" Aku bertanya dengan nada lirih.
Kepalaku mendadak pusing dengan degup jantung yang bertedak tidak karuan, aku menakutkan segala hal yang kini menjadi beban pikiranku sendiri.
Cyelinsia tidak menjawab, ia terduduk dengan tubuh yang ia sandarkan ke dinding, menangis dengan tangan yang mendekap erat kedua kakinya.
"SESIL, JAWAB AKU!!" bentakku, yang membuat Cyelinsia menjerit
"Temanku!" jawabnya tertahan, "Ia yang melakukannya!" jelasnya kembali.
Tubuhku meluruh, jatuh ke lantai yang dingin, menatap tidak percaya apa yang hari ini telah terjadi.
"Orion, aku hanya mencintaimu!"
Aku menggeleng, menatap Cyelinsia dengan sorot mata yang sendu, "kamu harus bisa bedain, mana cinta dan obsesi!!" tekanku
Aku memegang kepalaku yang kini berdenyut, hingga akhirnya telingaku mendengar derap langkah kaki yang begitu berjalan dengan tergesa-gesa.
Bantingan pintu kamarku terdengar memekakkan telinga, Rigel datang dengan tangan yang terkepal erat, wajahnya tersirat penuh kebencian.
Rigel menarik kerah bajuku, hingga aku berdiri, setelahnya kepalan tinju mendarat sempurna di rahang tegasku.
Bughhh
Hantaman kuat itu mampu, membuat aku sedikit terpental dari tempat aku berdiri. Cyelinsia yang melihat itu terpekik ketakutan, dengan Rigel yang berteriak tepat di wajahku.
"LO APAIN SESIL BAJINGAN!!!" bentaknya menggelegar.
"Kak, bukan Orion!!" bela Cyelinsia
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Titik ke Koma [END]
Ficção AdolescenteCerita ini di ambil dari sudut pandang seorang gadis bernama Clarissa Nadhirva, yang menyukai teman sekelasnya sendiri. Cana menyukainya, walaupun laki-laki itu tidak pernah sekalipun mengeluarkan suaranya untuk Cana. Hingga akhirnya, ucapan selama...