Suara gelak tawa Mama terdengar, Aku buru-buru menghampiri Mama yang masih duduk di samping brankar Orion
keduanya menoleh kala aku datang, Kini ruangan kembali hening, Aku menatap Mama dan Orion dengan tatapan heran.
Bukanya tadi mereka berdua tengah tertawa terbahak-bahak?
Tapi sekarang hanya suara jam berdetak yang terdengar.Aku mengernyit, Menatap Mama dan Orion secara bergantian. "Kok sepi?" tanyaku
Mama bangkit dari duduknya, lalu menghampiriku, "Cana, Mama harus pulang" aku menatap wajah Mama, meminta pernyataan lebih jelas
"Besok pagi Mama harus berangkat ke kantor karna ada urusan penting, jadi akan berangkat lebih pagi." jelas Mama yang aku angguki.
"Kamu mau disini? atau ikut Mama?" tanya Mama
"Aku disini aja"
"kalau begitu Mama pulang, nanti pagi Mama kesini antar seragam dan peralatan sekolahmu" Aku mengangguk setuju dengan ide Mama
"Kamu pulang aja Cana!!"
Aku dan Mama kompak menoleh ke arah Orion yang tengah menatap kami berdua. "Aku disini aja gapapa kok"
"Kamu juga butuh istirahat!!"
"Kan bisa istirahat disini!!"
Orion menghela nafas lelah, Aku memang keras kepala. Maafkan aku Orion
"Yaudah kalau begitu, Mama pulang dulu. Maaf ya Mama tidak bisa menemani, besok pagi ada urusan yang masih harus di selesaikan"
Aku mengerti, Akhir-akhir ini Mama memang sibuk sekali. Aku juga tidak tega kalau Mama menemani disini, pasti Mama kurang istirahat.
Selepas Mama pergi, sunyi langsung menghampiri. Orion sibuk dengan dunianya sendiri, begitupun aku. Tanganku sibuk mengupas kulit jeruk, untuk aku makan sendiri.
"Orion?"
Orion menoleh, menatapku.
Aku gemetar tapi aku harus mencoba mencairkan suasana malam ini, "kamu mau makan buah?" tanyaku
"boleh!!"
Aku mengangguk, tersenyum tipis kearahnya. Tanganku mengambil piring dan pisau buah , Lalu memotong buah agar Orion gampang memakannya.
"Terimakasih" ujarnya, kala aku menyodorkan piring berisi buah yang sudah aku potong, Aku hanya mengangguk dengan tersenyum sebagai jawabannya.
Orion sibuk memakan buahnya. Aku menatapnya dari sini, Orion masih sama seperti biasa, terlihat tampan walau wajahnya pucat pasi
Aku masih berfikir, Apa Orion tidak memiliki keluarga selain ayahnya Tidak ada satupun saudara yang menjenguk dirinya, sedari siang hingga malam, hanya aku disini.
"Cana?"
Aku menoleh saat Orion memanggilku, ia menyodorkan piring bekas buah tadi. Aku menaruhnya di atas nakas lalu kembali ke kursi di samping Orion.
"Kamu gak perlu nunggu mereka datang. Mereka tidak akan pernah datang, Cana"
Aku mengernyit, Bingung dengan perkataan yang Orion lontarkan kepadaku.
"Mereka?" Orion mengangguk
"Maksudmu?" Aku kembali bertanya
Orion tidak menjawab hanya menghela nafas panjang, "Tidur Cana, besok sekolah!!" Orion menepuk sisi Brankar di sebelahnya.
"Kenapa?"
"Tidur disini aja, Tidur sambil duduk tidak baik!!"
Aku menganga, Aku dan Orion bukan siapa-siapa. Lagi pula aku merasa canggung dan tidak nyaman jika harus tidur berdampingan.
"Aku disini aja, Orion!!"
"Badanmu akan sakit nantinya!!"
Aku mengulum bibirku agar tidak tersenyum, Hanya perkataan sederhana mampu membuat aku menahan senyum.
Orion, ia mengkhawatirkanku!
"Ah, aku sudah biasa kok!" dustaku. Orion hanya menghela nafas, lalu mulai memejamkan matanya, mungkin efek obat yang sudah mulai bekerja setelah Orion selesai meminum obatnya.
Aku tersenyum tipis, menatap mata sayunya. setelah Orion tertidur, aku hanya bisa memainkan ponselku, dengan sebelah tangan yang mengelus punggung tangan Orion
Rasanya mendebarkan, saat tanganku menyentuh telapak tangannya yang lebar. Aku terkekeh geli saat sesuatu pikiran terlintas di dalam kepalaku.
Dengan segera, Aku membuka kamera ponsel, mengarahkannya ke arah tanganku yang tengah menggenggam erat tangan Orion. Setelahnya, memotretnya.
Aku menatap puas, foto yang kini berada di dalam galeriku, Aku tersenyum, lalu mengigit bibir bawahku dengan gemas.
Setelahnya, aku hanya fokus menatap wajah Orion, hingga akhirnya aku terlelap dengan menelungkupkan kepalaku di atas lipatan tangan.
Jam berputar lebih cepat, Suasana di ruang rawat Orion terlihat sangat sepi. Aku mengerjapkan mata, lalu mengangkat kepala.
Mataku langsung tersuguhi, pahatan wajah Orion yang tertidur dengan nafas yang teratur. Malam ini aku tidak bisa tidur, Benar yang di katakan Orion, jika badanku akan sakit saat tidur sambil duduk.
Aku mengangkat tanganku ke atas, menarik otot-otot tanganku agar tidak kaku. Kakiku melangkah ke arah jendela, menyingkap gorden yang menutup jendela.
Pemandangan dari luar langsung terlihat dari atas sini, Suasana jalan di luar terbilang cukup sepi, hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang.
Sesaat kemudian, Mataku terpana, Saat menatap hamparan langit, Di sebelah barat daya, Rasi Orion kini terbentuk. Aku tersenyum manis menatapnya.
Rasi yang paling aku sukai adalah rasi Orion. Rasi itu yang paling indah menurutku, Aku menyukainya, sama seperti aku yang menyukai Orion Samudra.
***
Aku menyukai Orion.
Walau terkadang Orion menyebalkan.
Tapi aku di buat terpesona,
kala mataku tak sengaja menatapnya.
Ke arah langit barat daya,
Rasi orion terbentang di langit cakrawala.Dengan segenap keindahannya.
Orion mampu membuat hati terpana.
Namun sayang...
Orion sulit sekali di jumpai
Harus berusaha sekuat hati,
Demi bisa menatapnya kembali.Orion itu menyebalkan.
Namun kehadirannya selalu mendapat peran.
Di sisi sang rembulan,
Rasi Orion terbentang
Menghias langit malam,
Yang kini semakin terang benderang .
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Titik ke Koma [END]
Подростковая литератураCerita ini di ambil dari sudut pandang seorang gadis bernama Clarissa Nadhirva, yang menyukai teman sekelasnya sendiri. Cana menyukainya, walaupun laki-laki itu tidak pernah sekalipun mengeluarkan suaranya untuk Cana. Hingga akhirnya, ucapan selama...