25. Alunan melodi

24 22 10
                                    

***

Hari ini, Tepat dimana hari praktek seni budaya di selenggarakan. Panggung besar sudah berdiri kokoh di lapangan sekolah.

Sudah dua Minggu, aku berlatih bersama Orion. Semoga saja aku bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Aku begitu gugup sekarang, karna tugas ini adalah tugas terakhir sebelum Aku, dan para murid kelas dua belas lainnya, melakukan Ujian Kelulusan.

"Cana, kamu cantik bangett!!" puji Lala

Aku jadi malu, tapi tak lupa tetap mengucapkan terimakasih. Mama yang bertugas menjadi tata rias untukku hari ini.

Wajahku hanya di makeup senatural mungkin, Kata Mama tidak usah menggunakan makeup terlalu tebal.

Tugas seni budaya kali ini, hanya di hadiri para murid dan Dewan Guru saja. Wali murid hanya menonton secara live di siaran sekolah.

Tadi aku melihat Orion tengah duduk bersama teman-temannya. Laki-laki itu juga terlihat keren saat mengenakan kemeja biru muda, dengan celana bahan berwarna putih.

Aku melirik ke arah baju yang sedang aku kenakan, senada dengan Orion. Gaun dress berwarna biru muda, dengan tambahan aksesoris mutiara berwarna putih di atas kepala.

Aku memang janjian dengan Orion, untuk menggunakan baju yang senada. Orion juga setuju saat aku meminta pendapat untuk mengenakan baju berwarna biru muda.

Dan sekarang, Aku melihat warna manis yang melekat di tubuh kami berdua. Warna biru muda dengan paduan warna putih yang membuat kesan lucu di mataku. Tapi aku heran, saat melihat Orion tidak membawa gitarnya.

Acara sudah mau di mulai, Semua murid duduk di bangkunya masing-masing. Orion berjalan menghampiriku, lalu duduk tepat di samping kananku.

"Cana?"

"Kenapa?"

"Kamu cantik!"

Aku mendadak lemas, dengan degupan jantung yang berdebar, pipiku pun mulai terasa panas.

Orion masih menatapku dari samping, dengan raut wajah yang datar, ingin sekali aku menampar wajahnya, namun sayang, aku malah mencubit gemas pipi tirusnya.

"Pipiku tidak ada apa-apanya di banding pipimu!"

Aku tersentak, lalu tersenyum canggung, menarik tanganku yang tadi masih bertengger di pipi Orion

Lala yang duduk di samping kiriku, terkekeh gemas dengan Agam yang melongo, dengan mata yang lupa mengedip.

Keadaan mulai canggung, saat Lala dan Agam pamit menuju belakang panggung. Karna setelahnya adalah giliran mereka berdua tampil mengisi acara.

"Kamu gugup?" Aku mengangguk, menjawab pertanyaan Orion

"kamu harus yakin dengan usahamu sendiri, lagipula kita sudah latihan selama dua Minggu. Aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik!!"

Aku menatap mata Orion, sorot matanya menyiratkan sebuah ketenangan, Aku tersenyum lebar.

"Aku akan berusaha!!" ujarku yakin

Aku kembali menatap ke arah depan, ternyata Lala dan Agam yang sudah berada di atas panggung.

Lala terlihat anggun tidak seperti biasanya, gadis itu menggenakan gaun hitam yang pas dengan tubuhnya.

Sedangkan Agam, laki-laki itu menggunakan kemeja hitam dengan gitar bewarna hitam di lengkapi stiker berwarna emas. Sejenak, Aku menatap keduanya dengan sorot mata yang kagum.

Suara gemuruh tepuk tangan terdengar, Aku dan Orion ikut berdiri seperti yang lain, Bertepuk tangan melihat penampilan Lala dan Agam yang baru saja selesai.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang