12. Canggung

30 22 13
                                    


Tiga hari setelah pulang dari Panti. Aku dan Orion tidak lagi saling bersapa, Orion hanya menatapku saat berpas-pasan di sekolah.

Masalah tugas seni budaya, Aku masih bingung memikirkan judul yang pas untuk kami berdua, Sedangkan Orion seperti tidak perduli dengan tugas kali ini.

Pagi ini, Aku sudah di buat pusing dengan ulangan sosiologi . Ulangan dadakan yang sedikit membuat aku ingin berteriak frustasi.

Bagaimana tidak? jika soalnya sangat rumit, semua murid belum ada yang membuka bukunya sama sekali. Ini ulangan dadakan yang begitu menjengkelkan menurut kami.

Aku melirik ke arah Orion, Ia begitu fokus mengerjakan soal dengan teliti. Soal ulangan Orion dan Aku sama, aku ingin bertanya namun aku Ragu. Padahal kali ini, Orion duduk tepat di samping mejaku.

Kini giliran Orion yang melirikku, Aku langsung menoleh ke arah lain, walaupun aku tahu jika Orion sudah mengetahui jika aku tengah memperhatikan dirinya.

"Sttttss– Cana?"  Aku melirik, saat Orion memanggilku dengan nada berbisik

"Teori globalisasi menurut kelompok tradisionalis apa?" tanyanya

Aku melirik kertas lembar jawabanku, Aku memang sudah mengerjakan soal itu sejak awal, Aku kembali menatap Orion. Mataku menoleh ke arah sekitar, takut ketahuan Guru Sosiologi.

"Mereka tidak percaya dengan adanya globalisasi, menurutnya globalisasi hanyalah mitos" ucapku berbisik

Orion mengangguk, Lalu menulis dengan cepat jawaban dariku. "Kami sudah semua?" Aku menggeleng

"Apa yang belum?"

"Definisi Globalis"

"Suatu proses, tercampurnya Budaya dari luar ke dalam"

"Oke, terimakasih!!" Orion mengangguk, Lalu kembali mengerjakan tugasnya.

Aku bernafas lega, kala semua jawaban soal sudah terisi sepenuhnya, Sedangkan Lala masih sibuk memikirkan jawaban dari deretan soal yang ada.

"Cana... bantuin aku!!" lirih Lala. Aku terkekeh, lalu melirik soal Lala. Soal Lala sangat berbeda dari punyaku. Namun Aku masih mengerti walaupun sedikit.

"Thomas Friedman, dia tokoh teori golden straighjacket." ujarku memberitahu

Lala dengan cepat menuliskannya di lembar jawabannya, lalu kembali
menulis jawaban soal yang lain.

Sembari menunggu Lala dan Bel istirahat berbunyi, Aku menelungkupkan kepalaku di lipatan tangan, entah kenapa hari ini aku begitu mengantuk saat di kelas.

Sepertinya aku kurang tidur. Mengingat semalam aku begadang hanya untuk membaca satu buku novel yang baru di belikan Mama.

Suara bel istirahat berbunyi, bertepatan dengan Lala yang sudah selesai mengerjakan soal

"Kenapa?" tanya Lala, Saat aku memperhatikan dirinya.

"kamu ke kantin sendiri ya? Aku mau di kelas aja!"

"Kamu kenapa? sakit?" Lala langsung khawatir, Aku menggeleng

"Aku gapapa, hanya ngantuk!"

"Yasudah aku ke kantin dulu, Kamu mau nitip sesuatu?"

"Kayanya enggak deh La, Aku mau tidur aja"

"Oke, aku pergi ya! kamu hati-hati di kelas!!"

Sepeninggalan Lala, Aku langsung kembali tidur, menjadikan tas sebagai bantalan. Walaupun tidak nyaman setidaknya aku sedikit nyenyak.

Lumayan waktu istirahat satu jam aku gunakan untuk tidur, Mataku sejak tadi begitu berat, Lebih baik tidur agar pelajaran selanjutnya aku bisa fokus.

***


Aku mengerjapkan mataku, kala merasa ada orang yang duduk di sampingku.

"Jam berapa La?" tanyaku

Aku mengucek mataku, Lalu menoleh ke arah samping. Betapa terkejutnya, saat di sampingku bukan Lala, melainkan Orion yang duduk dengan mata yang sibuk mengarah ke ponselnya.

Orion menyodorkan Ponsel miliknya, terlihat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Maaf ya, Aku kira tadi Lala" Orion hanya mengangguk

Suasana kembali canggung, Aku benci dengan suasana seperti ini. Tubuhku serasa kaku dan lidahku terasa Kelu.

Aku ingin berbicara, menceritakan segala hal bersamanya, namun aku sendiri tidak bisa memulainya.

Setiap Aku memulai percakapan, Orion selalu menjawabnya dengan singkat atau hanya anggukan kepala saja.

Aku jadi ragu untuk mengajaknya mengobrol bersama, walau hanya sekedar berbasa-basi saja.

Aku melirik ponsel orion, Rupanya ia tengah sibuk bermain game online di ponselnya, Aku mengambil ponselku, mulai membuka semua aplikasi.

Kali ini aku berfikir jika aku dan Orion bagaikan jarak ke titik. Semuanya begitu terlihat jauh walaupun nyatanya saling berdekatan.

Aku meremas ujung tas ku, Entah kenapa aku merasa marah pada diriku sendiri.

Aku menghela nafas lelah, ternyata serumit ini menyukai orang yang begitu kaku, dan tidak perduli sama sekali.

Tapi, Aku sudah terjebak di dalam perasaan ini, Rasa yang begitu hambar jika di rasakan seorang diri. Karna hanya aku yang terjebak di dalam halusinasi.

Saat ini, Bel pulang sudah terdengar dari lima menit yang lalu, Aku masih di kelas, menemani Lala yang sedang membersihkan kelas, Karna tugas piker pagi yang tertunda.

Aku menatap Orion dan Agam dengan heran, karna ia masih berada disini, padahal kelas sudah sepi hanya tersisa kami berempat.

Aku melangkahkan kakiku ke arah bangku yang jaraknya tidak jauh dari meja Orion. Samar-samar aku mendengar perbincangan antara Orion Dan Agam.

"Lo mau pergi sama dia? kapan?" tanya Agam

Orion mengalihkan perhatian dari ponsel miliknya, "Sekarang, tapi nunggu dia dulu" Jawab Orion

Aku memasang telinga baik-baik, penasaran dengan apa yang mereka berdua bicarakan. walaupun terkesan tidak sopan, tapi aku sangat penasaran dengan seseorang yang akan pergi bersama Orion nanti.

"Cana?" Aku menoleh "Kuy balik, udah mau sore nih!" ujar Lala

Aku menggurutu di Dalam hati, walaupun tetap beranjak menghampiri lala yang berdiri di depan pintu kelas

"La?" Agam berlari kecil menghampiri Lala, membuat aku menghela nafas, aku yakin jika ia akan membicarakan soal tugas seni

"Nanti jadi kan?" Tanya Agam, Lala mengangguk. "Oke, nanti gua Kirim alamatnya!" seru Agam menghampiri Orion

Tuh kan, benar yang ku katakan tadi, aku melirik Lala sekilas, sedikit iri melihat kelancaran kelompok Lala dengan Agam. Sedangkan Aku? judul lagupun Belum di putuskan.

"Ayo, Cana!" Aku berjalan lesu, menghampiri Lala dengan kedua tanggan yang sibuk menarik tali tas.

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang