23. Sebuah Pernyataan

31 29 32
                                    

***

Aku menoleh, saat merasa ada yang tengah memperhatikan diriku. Namun, semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Lala menatapku aneh, tapi aku tidak perduli, dan tetap mengedarkan pandanganku ke arah penjuru kantin.

"Kamu cari siapa sih?" tanyanya, Aku hanya menggeleng, lalu melanjutkan makan yang sempat tertunda.

"Kamu kenapa sih, Can?"
sepertinya Lala masih penasaran

"Aku merasa di perhatiin tau!" ucapku

Lala terkekeh, lalu memutar kepalaku ke arah kanan. Disana! Orion langsung mengalihkan perhatiannya.

"Ciee, Cana di perhatiin!" ledek Lala

Aku menyikut lengan Lala,
"Menurutmu dia kenapa?" tanyaku bingung, sering kali Orion seperti itu, membuat aku penasaran.

"Dia kayanya juga suka kamu!!" jawab Lala.

Aku tidak yakin, setiap latihan musik saja, Orion selalu memasang wajah risih saat bersamaku.

"Aku ingin senang tapi takut!!" jawabku

Ya, Aku memang senang jika omongan Lala tentang Orion menyukaiku itu benar, tapi aku takut jika aku terlalu berekspetasi tinggi dan semakin berharap padanya.

Lala hanya bisa menatapku sedih, membuatku semakin kesal. Aku tidak suka jika di tatap seperti itu oleh seseorang, kesannya aku ini terlihat begitu menyedihkan, padahal kenyataannya memang begitu.

***

"Cana?" Aku menatap Orion yang berjalan menghampiriku. "Kenapa?" tanyaku

"Pulang sekolah nanti, latihan di taman belakang!!" Aku mengangguk setuju

"Boleh pinjam penggaris?" Aku terkekeh, lalu mengangguk, menyerahkan penggaris berukuran 20cm ke arah Orion

"Thanks!!" Orion kembali ke bangkunya.

"Kenapa?" bisik Lala penasaran

"Orion ngajak latihan, pas pulang sekolah nanti" jawabku

"Sudah mulai tidak asing ya!!" ujar Lala seraya tertawa. Aku hanya mendengus, lalu kembali fokus menatap papan tulis.

Dua puluh menit berlalu, Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Aku langsung bersiap merapikan buku, lalu menghampiri Orion yang sudah menunggu

"Sudah?" Aku mengangguk

Kini, Aku berjalan beriringan bersama Orion di koridor, membuat pasang mata menatap ke arahku dengan heran.

Aku tau, jika mereka lebih memperhatikan Orion bukan diriku. Orion memang di kenal semua murid, karna prestasinya di bidang Akademik, terlebih matematika.

"Canaa!!"

Aku memberhentikan langkahku, begitu pun dengan Orion. Aku menatap heran, melihat Danis berlari kecil ke arahku

"Ada apa?"

"Aku mau ngomong sama kamu, bisa?" tanyanya, sambil melirik ke arah Orion

Jarak Titik ke Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang