14. Manggung

3.8K 351 4
                                    

bacanya sambil muter lagu Awdella - Tertaut Hati enak kali ㅋㅋㅋ

Happy Reading:)

=====

     Hari Senin belum selesai. Belum sampai setengah hari waktu berlalu.

     Entah berapa banyak makhluk bumi yang berharap bahwa Senin akan segera berakhir. Maaf, maksudnya manusia. Seperti halnya Hanendra saat ini. Dengan mata yang fokus pada materi, tangan yang sibuk mencatat, sementara fokusnya yang berharap pada jam. Semoga kelas terakhir ini bisa segera berakhir. Padahal kelas baru saja di mulai 15 menit yang lalu. Gisel yang memang memiliki kelas yang sama dengan Hanendra menatap lelaki itu dari samping kanannya. Memperhatikan bagaimana tidak fokusnya Hanendra saat itu. Membuat Gisel tertawa pelan. Dan berhasil mengambil eksistensi laki-laki itu.

     Hanendra menatap Gisel lalu bertanya "Apa?" tanpa suara. Gisel menggeleng pelan sembari terkekeh kembali.

     Alis laki-laki itu menaut bingung karena teman perempuannya itu kembali tertawa. "Apaan, sih?" Nekat Hanendra bertanya dengan suara pelan di dalam kelas dosen killer.

     "Kalau udah gak fokus. Keluar!" balas Gisel dengan suara pelan juga.

     "Kalau lu mau mampus bareng gue, ayok keluar."

     "Ogah." Giliran Hanendra yang tertawa menatap wajah malas Gisel.

     "Kalau ada yang mau izin keluar. Silahkan keluar! Pintu saya buka lebar."

     Seketika Gisel dan Hanendra duduk tegap karena mendapatkan ultimatum secara tidak langsung dari dosen yang sedang mengajar. Lantas kembali bernafas lega saat dosen kembali melanjutkan materi.

     "Lu, sih!"

     Gisel mendelik tak terima. "Apaan!?" Hanendra tertawa.

     Waktu bergulir. Meskipun mengantuk dan sudah tidak fokus. Tapi setidaknya Hanendra berhasil menulis setengah materi yang sudah dosen jelaskan. Dan berhasil keluar dari kelas itu dengan nafas lega. Karena itu adalah kelas terakhirnya hari ini.

     "Lo kenapa, sih? Sakit?" Gisel mendatanginya dengan pertanyaan yang menurut Hanendra aneh. Apalagi saat gadis itu menaruh telapak tangannya pada kening Hanendra.

     Laki-laki itu menjauhkan wajahnya pelan. "Kaga, elah. Apaan tiba-tiba nanya begitu?"

     Gisel mengangkat kedua bahunya acuh. "Lo keliatan aneh dari pas kelas terakhir tadi."

     "Gue gapapa. Btw si Ihsan sama Fathur nunggu di selasar aula."

     "Langsung?"

     Hanendra diam sebentar. "Ketoprak dulu, lah, kuy."

     Ajakan itu langsung saja mendapatkan tatapan malas dari si gadis. "Lo, tuh sebelum kelas terakhir udah makan bakso!"

     Hanendra tertawa lantas merangkul gadis itu sembari membawanya keluar dari kelas. "Itu tadi. Sekarang gue perlu energi lagi."

     "Dasar babi."

     "Gapapa yang penting lo suka."

     "Gue muslim, sih. Jadi gak suka babi."

     "Jahat banget, sih."

     Gisel yang masih di dalam rangkulan Hanendra, menatap laki-laki itu sinis. "Ya, emang bener, lah, begi! Muslim mana boleh suka babi."

     "Gisel-ku sayang—

     "Najis!" Hanendra tertawa terbahak-bahak saat ucapannya di potong teman gadisnya itu.

Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang