Sebelumnya Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum... Minal aidzin wal faidzin semua, mohon maaf lahir batin, ya 🙏
And
Rest in peace buat moonbin 🕊🥀
Sedih banget pas denger kabar ini. Gak berhenti nangis seharian. Padahal bukan Aroha. Tp rasanya sakit aja gtu, karena aku kenal Astro lebih dulu sebelum akhirnya stan fandom rumputKalau ada Aroha yang baca book aku ini, aku cuma mau bilang
Kalau binnie udah ga ngerasa sakit lagi. Jadi, kalian harus kuat!! Fandom lain ada buat kalian💚=====
Matahari terus naik. Tak membiarkan para makhluk bumi terlelap terlalu lama. Ya, meskipun tak sedikit dari penduduk bumi yang tetap saja menutup kelopak matanya. Meski matahari sudah ada di atas kepala. Atau bahkan sampai sang surya mulai tenggelam lagi pun, masih selalu ada saja yang asik bergelut dengan para mimpinya itu.
Namun, itu tidak berlaku di kediaman Mahanta. Karena ada Rafa dan Nanda yang akan mengomel panjang lebar. "Kebanyakan tidur nanti jadi males." kalimat itu yang selalu Rafa dan Nanda ucapkan kepada para saudaranya. Meski ada pengecualian. Mereka di perbolehkan tidur kembali jika matahari sudah menampakkan wujudnya. Dan tidak boleh tidur lebih dari jam 9 pagi.
Seperti saat ini. Nanda sudah ngomel-ngomel di kamarnya Hanendra karena si abang yang baru tidur lagi pada pukul 8. Sudah jam 12 siang si empu kamar masih belum bangun. "EHSAN!! Kebo banget sih, lo!" gertak Nanda yang entah sudah ke berapa kalinya siang itu.
"Ngaca," gumam Hanendra pelan bikin Nanda kembali naik pitam.
"Emang kurang ajar! Bangun, gak!?"
"Nanti bangun."
"Sekarang!"
Hanendra berdecak kembali. Matanya masih lengket. Saat meronda semalam. Tentu saja ia mengantuk sekarang. Tapi Rafa dan Nanda gak bisa mentolerir hal ini. Bukannya apa. Mereka ini laki-laki, gak ada libur sholat.
"Nanti gue bikinin kopi. Cepet bangun!" Nanda mengguncang-guncang tubuh abangnya itu kuat.
"Sejam lagi," jawab Hanendra di balik bantalnya.
"Gak ada sejam lagi! Sholat, tuh harus tepat waktu!"
"Na, gue beneran ngantuk~" rengek Hanendra berharap mampu meluluhkan hati adiknya itu. Tapi namanya Nanda, gak bisa di bantah. Apalagi tentang ibadah.
"Bodo amat, anjir. Cepet bangun! Kalau masih gak bangun juga, biar bang Rafa yang bangunin lo," ancam Nanda dengan tangan yang melipat.
Mendengar itu Hanendra mendecak pelan. "Ck! Iye ini bangun."
"Itu mata lo doang yang bangun, paul!"
Si abang misuh-misuh kesal. Ia bangkit dari tidurnya. Bener-benet bangkit. Dia gak mau kalau Rafa yang turun tangan. Rafa, tuh bisa lebih bawel dari Nanda, dan jangan lupa galaknya. Hanendra lagi males berhadapan dengan sifat abangnya yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
Fiksi PenggemarWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...