32. Kunjungan

2.3K 242 6
                                    

     Di kediaman Mahanta, selalu ada jadwal rutin dimana seluruh anggota kebagian untuk membersihkan rumah. Meringankan beban Nanda yang terkadang mendumel tak jelas perkara rumah yang terus saja berantakan. Padahal tidak ada anak kecil di rumah. Tapi keadaan rumah selalu kotor. Padahal Nanda sering mengomeli saudaranya untuk menjaga kebersihan pribadi. Minimal kamarnya sendiri. Tapi namanya juga anak bujang. Sebersih bersihnya kamar laki-laki. Pasti ada aja yang spot yang berantakan. Terutama HANDUK! Benda menyebalkan itu selalu saja berada di tempat yang salah.

     Jevano langsung merebahkan diri pada teman akrabnya. Seperangkat penunjang kenyamanan tubuhnya; kasur. Setelah penat membersihkan rumah. Niatnya ia akan pergi mandi setelah beres-beres. Tapi urung saat kasur itu seolah menghipnotisnya untuk segera beradu mesra.

     Dan ya, berakhirlah Jevano yang asik tiduran di kasurnya dengan hanya menggunakan singlet dan celana boxer. Entah, lah mungkin badannya sudah bau masam karena peluh. Jangan pedulikan spreinya yang mungkin akan ikut kebauan. Yang penting sekarang ia bisa memejamkan mata sebentar. Lagi pun, ini sudah waktunya untuk mengganti sprei.

     Jevano gak tidur. Tapi matanya terpejam begitu erat. Tidak ada niatan untuk tidur sedikitpun. Karena tubuhnya tidak bisa membiarkan ia tidur dengan nyaman. Peluh itu menganggunya.

     Suara pintu yang di ketuk membuat sepasang bola mata itu kembali terbuka. "Masuk," ucap Jevano mempersilahkan seseorang di balik pintu itu masuk.

     Pintu kembali terketuk. Jevano mengangkat kepalanya. Alisnya menukik tak suka. "Masuk!" perintah Jevano agak tinggi karena mungkin saja suara pertamanya tak terdengar.

     Tak kunjung terbuka membuat Jevano mendecak kesal. Ini kalau sampai selain Adi liat aja! bantinnya kesal sembari bangkit dari acara rebahannya. Ya, Jevano mana berani mengusik di bungsu yang terkadang cengeng. Nanda selalu berada di garda depan untuk memarahinya karena berani membuat si bungsu menangis. Tapi kadang Adi selalu memancing amarahnya duluan.

     "Gue bilang dari tadi mas—

     Alis yang menukik tajam itu bergerak ke tempatnya semula. Matanya mengerjap beberapa saat. "Hai."

     "Babe? Kamu—ngapain?" Jevano menatap keberadaan kekasihnya itu dengan bingung.

     Gadis itu berdecak pelan. "Kalau kerumah kamu emang mau ketemu siapa? Nanda?" tanya Karin balik dengan nada ketusnya.

     Jevano menggeleng pelan. Lalu ia sadar sesuatu.

     "HEH!"

     Karin sampai tersentak kaget dengan suara Jevano yang tiba-tiba meninggi. "APA!?" Karin jadi refleks berkata dengan nada tinggi juga jadinya.

     Jevano menutup tubuhnya. Tangannya menyilang menutupi badannya. Seperti anak gadis yang di goda om-om. Jevano menutup pintu cepat. "Tunggu di ruang tamu!" teriaknya lantang.

     Selama beberapa detik Karin mematung. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Sampai akhirnya ia tertawa ngakak atas kelakuan kekasihnya itu. Karin sampai memegangi perutnya yang terasa mengeras karena asik tertawa. Bahkan air matanya mengalir karena kejadian yang tidak terduga tadi. Siapa sangka seorang Jevano yang berotot dan manly abis bisa punya sisi kaya gitu?

     Dengan sisa tawanya, gadis itu berjalan menuruni tangga menuju sofa ruang tamu yang sudah ada Adi dan Hanendra yang tengah asik menonton kartun. Melihat kedatangan seseorang dari belakangnya. Kedua laki-laki itu mentap ke belakang secara bersamaan.

     "Bang Jev kenapa, Kak?"

     Karina yang sudah duduk di samping Adi tertawa kembali. "Abang kamu gemes banget, Di," kata gadis itu yang masih dengan sisa tawanya.

Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang