6. KO

6.2K 468 4
                                    

     Acara memasak akhirnya harus terselingi oleh sholat Isya terlebih dahulu karena ada bahan yang belum tersedia. Sholat Isya akhirnya hanya bertiga. Karena Rafa dan Adi pergi belanja. Hanendra memilih untuk sholat munfarid di kamarnya. Dan Jevano sudah berada di kosan temannya.

     Selepas sholat Nanda kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakan yang lain sembari menunggu yang sedang beli bahan untuk makan malam. Caraka memilih menonton TV sembari menyelesaikan tugasnya. Entahlah multitasking macam apa itu sebenarnya. Sementara Marka mendatangi kamar adiknya saat tahu bahwa adiknya itu sedang sakit.

     3 kali ia mengetuk pintu. Saat terdengar suara yang mempersilakannya masuk, barulah Marka membuka pintu. Terlihat Hanendra yang sedang terbaring sembari menatapnya sayu.

     Si sulung duduk di tepi ranjang. Memperhatikan wajah adiknya yang terlihat pucat lalu tertawa. "Dateng-dateng malah ketawa." Hanendra berkata malas.

     "Abis ngapain, sih? Sampai sakit gini?" tanya Marka sembari menyentuh jidat adiknya.

     Hanendra merolling eyes malas. Pertanyaan yang sama seperti kakak keduanya. "Namanya juga manusia. Kalau gak sakit aneh." Marka kembali tertawa mendengar jawaban sinis adiknya.

     "Mau di beliin sesuatu?"

     Hanendra terkekeh senang. Di manjain pas lagi sakit emang best! "Bakso lava enak kali, Bang."

     Bukannya mendapatkan jawaban yang diinginkan. Jidatnya yang terkena jentikan si abang. "Gak usah ngadi-ngadi."

     "Kan tadi nanya."

     "Itu nanti kalau udah sembuh—bubur yang di pertigaan taman mau, gak? Tempat favorit, tuh."

     "Kenapa kalau sakit. Yang ditawin tuh pasti bubur."

      Marka mengangkat kedua bahunya acuh. "Lumrahnya gitu." Hanendra mendengus malas.

     "Mau, gak?" tawar Marka lagi.

     "Gak, deh, Bang. Makasih."

     "Ya, udah. Kalau ada mau minta sesuatu bilang aja." Hanendra mengangguk pelan.

     Baru saja hendak meninggalkan kamar si adik, pintu kamar terbuka mengalihkan eksistensi keduanya. Nanda datang dengan sebuah nampan di tangan.

     "Nih." Nanda lantas menyimpan isi nampan yang terdiri dari jus apel, air mineral, dan obat ke atas nakas. Sedangkan semangkuk sup panas masih ia pegang.

     "Gue mintanya jus apel doang. Kenapa bawa anak sama cucunya kaya gini."

     "Gak usah bacot!"

     "Na." Intrupsi Marka yang mendengar ucapan Nanda. Sedangkan Hanendra menjulurkan lidahnya mengejek.

     "Ya, udah abang keluar. Itu diliatin sampai Ehsan abisin supnya. Kalau gak mau makan panggil abang aja."

     "Siap."

     Lantas Nanda duduk di tempat yang sebelumnya Marka tempati. Menyodorkan mangkuk berisi sop itu kepada Henendra.

     "Suapin, dong."

     Nanda menoleh jijik. "Udah gak punya tangan?"

     "Gue lagi sakit gini. Manjain dikit, kek."

     Nanda mendecak pelan. Ia menyendok sup panas itu lalu meniupnya. Setelah dingin ia berikan pada Hanendra yang menatapnya penuh kemenangan.

     "Gue paling males liat lo sakit sebenarnya."

Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang