Rencana kerja kelompok, sejauh ini berjalan dengan baik. Meskipun Zain dan Adi bukan tipikal anak pintar yang ambis. Tapi setidaknya keduanya selalu punya tekad untuk tidak menunda-nunda sebuah pekerjaan sekolah. Saat sebuah rencana untuk mengerjakan tugas terlaksana. Maka, saat itu juga rencananya harus bisa selesai.
Begitu pula saat kerja kelompok di rumah Adi. Meskipun beberapa kali Caraka mengganggu mereka. Tapi mereka tetap mengerjakan tugas itu dengan baik. Sampai-sampai Rafa turun tangan karena Caraka beneran iseng banget gangguin adeknya.
"ABANGGG!! CARAKA GANGGUIN ADI TERUS!!" teriak Adi kala Caraka masih saja mengganggunya.
"CARAKA SINI KE LOTENG!!" teriak Rafa kemudian dari arah loteng. Kesel juga denger Adi jerit-jerit karena di jailin Caraka.
Adi menjulurkan lidahnya mengejek. Sementara Caraka pergi dari ruang tamu dengan pandangan tajamnya. Seolah mengancam pada Adi "awas aja lo!"
Di tengah kesibukan keduanya. Nanda datang dengan sebuah piring di tangannya. "Nih, abang bikin goreng pisang. Sambil di makan. Mumpung anget."
"Makasih, bang Na," ucap keduanya bersamaan.
"Sama-sama. Oh, iya. Ini abang mau ke supermarket dulu. Nanti kalau bang Rafa nanya kasih tau, ya."
"Okay."
"Adi mau nitip sesuatu?"
"Susu milo punya Adi kata bang Jevan udah habis."
"Nanti di beliin. Yang lain?" Zain yang hanya menyimak merasa senang sekali, padahal bukan dia yang di tawarin. Karena ia sering mendengar bahwa saudara laki-laki sering banget berantemnya. Tapi liat Nanda yang soft gini. Zain percaya gak semua saudara laki-laki menyebalkan.
"Apa aja, deh, Bang. Martabak, sih kalau ada."
Nanda mendecak pelan. "Martabak bikin aja di rumah. Nanti abang bikinin."
Adi mendengus kesal. "Ya, udah makanya Adi bilang terserang abang aja." Nanda tertawa pelan. Adi memang sangat lucu
Lantas pandangan Nanda mengarah pada Zain yang sedari tadi menjadi pemerhati di antara keduanya. "Zain mau sesuatu?" tanya Nanda kemudian.
"Gak usah bang. Makasih banyak."
"Kenapa? Gak usah sungkan. Bang Na yang bayarin."
"Kalau gitu ice cream vineta, deh."
Tawa Nanda kembali terdengar. Zain beneran sevibes sama Adi. Lucu banget. "Ya, udah. Abang berangkat dulu."
*****
Sudah mau menjelang maghrib. Tapi Nanda masih asik berkutat dengan barang-barang yang ada di supermarket. Menelisik kualitas serta harga yang bisa meminimalisir uang belanjaan.
Kalau kata orang-orang. Laki-laki mana bisa ngerti diskon-diskonan? Cari barang aja asal.
Nah, Nanda ini emang agak lain. Membeli bahan masakan adalah suatu hal yang ia sukai. Memilah-milah barang yang kualitas bagus dengan harga miring. Laki-laki yang bahkan tau kualitas sayuran dan buah-buahan yang fresh dan yang manis itu seperti apa. Mencari daging-daging dan ikan-ikan yang benar-benar masih sangat fresh. Nanda tak pernah ragu untuk bawel pada si penjaga.
Makanya Marka pernah bilang gini, "Nanda kalau nanti nikah. Beruntung banget, ya ceweknya. Udah ganteng, soleh, pinter, jago masak lagi." Dan Nanda yang mendengar itu terkekeh malu mendapatkan pujian dari si sulung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
FanficWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...