Sepeninggalan anggota keluarga yang lain rumah terasa begitu damai. Karena sumber keberisikan di rumah sudah pergi ke luar semua. Tapi tidak berlangsung lama sampai Hanendra kembali ke rumah. Jelas, ia akan membuat kegaduhan agar rumah terasa hidup. Seperti saat ini.
Laki-laki dengan handuk di lehernya itu terus saja mengganggu Nanda yang sedang membersihkan rumah. Terlihat ia sengaja menginjak lantai yang sudah Nanda bersihkan. Atau bahkan membuang remah-remah cookies yang sedang ia makan. Jelas saja Nanda mengamuk bahkan sampai mengejar Hanendra yang berusaha berlari menghindari Nanda yang mendatanginya dengan sapu yang melayang di tangan kanannya, bersiap memukul Hanendra kapanpun ia mendapatkan tubuh sang abang.
Jevano yang memang sedang masa rehatnya mendesis kesal. Hari ini ia benar-benar meluangkan waktunya untuk istirahat dari urusan kampus yang membuatnya kelelahan bukan main. Jevano memang tergabung sebagai anggota BEM di kampusnya. Bahkan setelah masa kuliahnya hampir berakhir pun, ia masih sibuk mengurusi organisasi tersebut. Belum ditambah tugas kuliahnya yang terus saja menghujani jam istirahatnya. Tak lupa susunan skripsi yang baru saja di tolak oleh dosen pembimbingnya.
Tak mendengar akan adanya waktu berhenti dari kebisingan yang terjadi membuat Jevano bangkit dari tidurnya lalu membuka pintu kamar dengan suara yang cukup membuat Hanendra dan Nanda berhenti dari acara ributnya.
Keduanya terdiam tak berkutik saat melihat wajah abangnya yang terlihat kesal menatap mereka. "Gue pengen istirahat sehari, boleh?" tanyanya dingin.
Hanendra dan Nanda reflek mengangguk pelan sembari mengucapkan kata maaf dengan pelan. Merasa mendapatkan apa yang dia butuhkan, akhirnya Jevano kembali memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Hanendra dan Nanda tersentak kaget. Lalu mengerjap beberapa saat. Masih syok mendapat pertanyaan dingin Jevano.
"Lo sih!" Hanendra memulai kembali dengan mendorong Nanda.
Tak terima. Tentu Nanda balik mendorong Hanendra. "Lo jangan gangguin gue mulu, perusuh! Kalau mau mandi, mandi aja sono!" Nanda lantas meninggalkan Hanendra dan pergi menuju taman belakang untuk memberi makan Kidut dan Kimoy. Dua kelinci kesayangannya.
Hanendra yang awalnya berniat untuk pergi mandi malah meninggalkan handuknya di kursi makan lalu melengos pergi menuju kamarnya. Melupakan niat awalnya untuk mandi.
Sementara Jevano yang jam istirahatnya terlanjur terganggu akhirnya tak mampu memejamkan kembali matanya. Ia benar-benar ingin marah pada kedua adiknya itu. Tapi mau bagaimana? Sudah terlanjur kejadian.
Ia mengerang kesal lalu memutuskan untuk keluar kamarnya. Pergi menuju dapur untuk mengisi amunisinya yang kembali terkuras hanya karena rasa kesalnya pada kedua adiknya. Nanda yang berada di taman belakang melihat kedatangan Jevano yang tengah mengacak-acak rambutnya berkeliaran di dapur dari balik pintu kaca yang memang berhadapan langsung dengan dapur.
Bergegas ia bangkit lalu mendatangi sang kakak yang terlihat membuka kulkas dan beberapa laci di dapur. "Kenapa, Bang?" tanya Nanda yang membuat netra keduanya bertemu.
"Lapar."
"Lagi?"
"Tadi sarapan jam 7. Sekarang udah jam 10." Jevano mencoba membela dirinya dari kesan Nanda yang berfikir bahwa dirinya seperti orang kelaparan.
"Mau di masakin apa?" tawar Nanda membuka kulkas.
"Toast, deh." Nanda mengangguk lalu membawa beberapa bahan yang diperlukan menuju meja masak. Sementara Jevano memilih duduk di meja makan yang sebelahan langsung dengan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
Fiksi PenggemarWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...