5. Pengganti

5.7K 469 7
                                    

     Tak terasa masa ospek sudah berlalu. Hari senin datang menyambut untuk memberitahu semua orang bahwa kegiatan akan di mulai kembali setelah hari sebelumnya mereka isi dengan berbagai kegiatan atau bahkan hanya sekedar merebahkan diri seharian di dalam kamar.

     Seperti rumah kediamannya Mahanta. Orang-orang sudah sibuk mempersiapkan hari Senin mereka. Menyiapkan alat-alat yang menunjang kegiatan mereka. Kebetulan semuanya punya kegiatan di pagi hari. Marka dan Rafa sudah pasti dengan kegiatan sekolahnya. Jevano, Hanendra dan Nanda memiliki kelas pagi. Terakhir ada Caraka dan Adi yang sudah tentu sekolahnya di mulai pada pagi hari.

     "Abang!! Kaus kaki Adi yang putih di mana!?" Teriakan si bungsu menggelegar ke seluruh penjuru rumah.

     Nanda yang paling pertama siap bergegas menuju kamar Adi, untuk membantunya. "Na! Liat notebook abang, gak!?" Suara menggelegar Adi diganti oleh teriakan Rafa yang kelabakan di kamarnya lalu mengitari rumah untuk menemukan alat yang paling pentingnya itu.

     Laki-laki yang di panggil namanya itu mendecak kesal. "ABANG, KAN SIMPEN DI LOTENG!!" teriak Nanda dari kamar Adi. Teriakannya yang melebihi teriakan Rafa membuat Adi berjengkit kaget.

     "Maaf, kaget, ya?" Nanda terkekeh melihat Adi yang menatapnya dengan tatapan melongo.

     "Bisa lebih keras dari itu gak, Bang?" Here we are, pertanyaan aneh si bungsu.

     Nanda yang sudah terbiasa dengan pertanyaan aneh adiknya hanya merolling eyes malas. "Nih." Tangannya terulur menyerahkan barang yang sebelumnya di cari Adi.

     "Makasih," katanya lalu bergegas menggunakan kaus kaki yang di serahkan Nanda tadi.

     Nanda lantas segera berlalu meninggalkan Adi menuju dapur. Memasak kilat untuk sarapan. Mudah di tebak. Yap! Nasi goreng.

     Ini adalah rutinitas seorang Nanda Putra Mahanta. Setiap pagi ia akan menjadi seorang ibu bagi saudaranya yang lain. Benar-benar seperti seorang ibu. Nanda akan tau apapun yang di cari oleh saudaranya di rumah. Beruntunglah anak-anak Baba punya Nanda sebagai penggantinya di rumah. Tak terbayang jika di rumah tidak ada Nanda, akan seperti apa kekacauan yang terjadi.

     Seperti saat itu. Saat dimana awal-awal Nanda baru saja mengikuti organisasi Himpunan Universitas. Lalu selama 3 hari 2 malam diadakan makrab, yang sudah jelas Nanda harus mengikuti acara tersebut. Di tinggalkan Nanda selama itu, rumah bagaikan medan perang. Suara teriakan dari sana sini memenuhi seluruh bagian rumah, seolah suara-suara meriam yang selalu terdengar di medan perang.

     Mereka berenam kelabakan setiap pagi jika jadwal mereka di mulai di pagi hari semua. Tidak ada yang bisa di tanyai hal-hal sepele seperti pagi ini. Kalau untuk urusan makan memang ada Hanendra yang bisa menggantikan posisi Nanda saat adiknya sedang tidak bisa.

     Bagi mereka Nanda adalah seorang saudara rasa orangtua. Nanda si paket komplit. Di suruh masak bisa, beresin rumah bisa, ngurus kebutuhan saudaranya bisa dan yang paling di butuhkan dari Nanda adalah sikapnya yang tenang saat ada masalah. Pada dasarnya Marka dan Rafa akan selalu jadi penengah saat saudaranya mulai memanas karena adu argumen. Tapi cara mereka menengahi sebuah perkelahian itu dengan emosi juga di dalamnya. Sehingga biasanya akan berakhir dengan rasa panas di masing-masing diri karena emosi yang tak terlupakan semuanya. Sedangkan Nanda akan menjadi pendengar di segala sisi. Membiarkan semua argumen dari masing-masing diri. Setelah selesai. Maka, ia akan mengeluarkan argumennya sebagai tim netral. Sejauh ini Nanda selalu berhasil sebagai tim netral.

     Pagi yang sibuk sudah berakhir. Marka pergi dengan mobilnya. Rafa di antar Jevano karena arah yang sama ke kampusnya. Terakhir si 4 anak terakhir yang berangkat satu mobil. Sekolahnya Caraka dan Adi memang searah dengan kampusnya Nanda dan Hanendra yang beda dengan kampusnya Jevano. Sengaja, biar gak di awasin katanya.

Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang