Di balik keseruan Caraka yang tengah bertanding, ada Rafa yang masih asik berkutat dengan komputer di depannya. Sesekali mendesis kesal karena ada grafik yang salah. Atau typo dalam kata dan kalimat. Terlihat sesekali juga tangannya meraih segelas kopi yang sudah ia seduh sebagai pengganjal matanya yang kini ingin sekali menutup. Maklum dulu waktu kecil susah tidur siang. Sekarang udah besar pengennya tidur mulu.
"Raf."
Rafa menyembulkan kepalanya di balik komputer putih yang sedari tadi ia pandangi itu. "Kenapa?"
"Nanti balik gue nebeng, ya."
"Tumben?"
"Ya, gapapa. Gak boleh emang?"
Alis Rafa menaut curiga. "Berantem lagi sama Daniel, kan, lo?"
Teman Rafa menghembuskan nafasnya kesal. "Tau! Nyari ribut mulu. Padahal gue bilang hari ini ada rapat yang gak bisa gue tinggalin. Tapi tetep aja gak terima."
Rafa tertawa pelan. "Ada jadwal nge-date yang harus di reschedule kayanya, nih."
"Bukan soal nge-date doang. Hari ini anniversary kita yang ke satu tahun."
"Ya, pantes aja marah. Lagian emang gak bisa malem, gitu kalian datenya?"
"Gak bisa. Dia ada tugas dari kantornya."
Rafa mendengus. "Ribet lu berdua!"
"Gue gak ribet. Si Daniel aja yang ribet."
"Ya, gitu saling nyalahin."
"Ck! Jadi mau nebengin gue apa engga?"
"Bukan gak mau, nih ya. Tapi gue balik sebelum maghrib. Ada janji sama adek di rumah."
"Ya bagus dong! Jadi gue ikut balik sore juga."
"Kerjaan lo?"
"Gampang!"
Rafa hanya mendengus. "Ya, udah terserah lo."
"Asik! Bayik syekale abang Rafa satu ini."
"Jijik!"
"Thanks Rafa. Lup you."
Kepala Rafa menggeleng taluk atas ucapan temannya itu. "Lo juga sama aja kaya Daniel. Seneng banget cari perkara."
"Bodo amat! Dah, ah. Bye!"
"Mau kemana lo masih jam kerja gini?"
"Mau ke toilet. Apa? Mau ikut?"
"Emang gesrek otaknya."
Tentang janjinya hari ini ia tak lupa. Sepaket shushi kesukaan Caraka akan ia bawakan sebagai pelunas ucapannya tadi pagi. Tapi ia tak akan pergi ke resto untuk membelinya hanya memesan via online agar ia bisa langsung pulang. Tentu tak lupa membeli shushi untuk yang lain juga. Tak mungkin ia beli hanya untuk Caraka. Ia tak mau Adi merengek karena iri.
Waktu bergulir. Rafa baru bisa menyelesaikan tugasnya tepat setengah enam sore. Beberapa menit lagi sudah pasti adzan Maghrib. Rupanya ia harus sholat di sini dulu sebelum pulang.
"Udah mau magrib, Raf."
"Tau," jawab Rafa seadanya lalu menekan icon shoot down di komputernya.
"Katanya pulang sebelum maghrib."
"Baru beres. Tanggung banget tadi. Tapi ini udah selesai sih. Lo gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
FanfictionWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...