"Kenapa?"
Melihat kehadiran Hanendra beserta teman-teman bandnya membuat Adi dan Caraka tak mampu berucap apapun lagi. Mereka bahkan tak pernah menyangka bahwa sang abang akan pulang lebih awal seperti ini. Suasana panas di antara keduanya masih sangat ketara. Terlihat dari alis masing-masing yang tertaut sempurna. Menggambarkan emosi di masing-masing diri mereka.
"Suara kalian nyampe ke luar," ucap Fathur yang masuk kedalam rumah setelah Hanendra diikuti Gisel dan Ihsan di belakangnya.
Melihat tak ada tanda-tanda akan adanya jawaban dari pertanyaannya membuat Hanendra menghela nafasnya. "Ini berantakan gini bekas siapa?" tanya Hanendra sembari menunjuk barang-barang bekas Adi yang berantakan di ruang tamu.
"Adi," jawab Adi pelan.
"Di beresin. Temen-temen abang mau duduk—Caraka ikut abang ke dapur."
Lantas saja Caraka menghembuskan nafasnya kesal. Ia sudah menduga bahwa dirinya lah yang akan di sidang pertama. Tapi ia tetap mengamini permintaan sang abang, tak mau menambah masalah. Ia berjalan menuju dapur di ikuti Hanendra di belakangnya.
"Abis ngapain, Di?" tanya Gisel yang membantu Adi memunguti barang-barang yang berceceran itu.
"Tugas kerajinan, Kak."
"Udah jadi?"
Adi menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Fathur tersebut. "Nih, Bang Fathur jagonya bikin kaya ginian." Ihsan menunjuk Fatur. Yang langsung di geplak kesal oleh Fatur.
"Enteng amat telunjuk lu, dugong!"
Gisel cuma bisa menggelengkan kepalanya taluk akan kelakuan temannya yang kalau berantem suka gak inget tempat. "Tapi kalau emang mau di bantuin, ayo," kata Fathur.
Kepala Adi kembali menggeleng pelan, tanda menolak. "Makasih, Bang. Gampang, kok. Tugasnya juga buat minggu depan."
"Rajin amat."
"Bagus, dong. Coba kalian berdua. Ngerjain tugas kalau udah mepet deadline." Sindiran Gisel itu langsung membuat kedua temannya memberengut tak terima. Yang ngomong Fathur, tetep aja Ihsan juga kena.
Adi yang biasanya akan tertawa dengan hal receh. Kini hanya diam memperhatikan. Mood bagusnya seketika hilang entah pergi kemana. Pikirannya bercabang.
Bagaimana nasib Caraka yang sekarang mungkin tengah di omeli panjang lebar oleh abangnya? Bagaimana nasib dirinya yang akan menjadi target kedua? Dan terlebih bagaimana tentang perasaan abangnya, Nanda. Yang sekarang pasti tengah memikirkan ucapan Caraka. Semua hal itu berkecambuk dalam kepalanya. Sehingga ucapan-ucapan yang terlontar dari anak-anak Gamaka tak terdengar olehnya.
"Di!"
Hingga akhirnya panggilan dari Hanendra mampu mengembalikan kesadarannya.
"Udah beres?"
Adi menatap kembali ke sekitar. Ia dalam keadaan tak sadar saat membereskannya tadi. Tapi mungkin di tambah dengan bantuan teman abangnya sehingga ruang tamu sudah sepenuhnya bersih dari semua alat-alat yang ia gunakan sebelumnya.
"Udah."
"Abang udah beli bahan buat makan malam. Udah sholat isya, kan?"
Adi mengangguk sebagai jawaban.
"Tunggu di kamar," titah Hanendra menunjuk kamar Adi menggunakan dagunya.
Tak membalas lagi Adi lantas segera pergi menuju kamarnya. Meninggalkan keempat orang yang katanya dewasa itu di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
FanfictionWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...