🗣️ : penasaran Nanda pas kecil sakit apa?
sampai harus bulak-balik RSso here we go
spesial chapter buat bahas Nanda
bahasanya masih amburadul, sorryawas aja kalau gak ninggalin jejak 😡
Happy Reading Luvvvv 💚
=====
Baba yang saat itu adalah seorang pekerja kantoran. Serta Ibu yang hanya seorang Ibu rumah tangga yang menyambi berjualan aneka masakan rumahan. Dengan 4 anak sebagai anugrah yang mereka punya kala itu. Hingga anggota keluarga mereka bertambah oleh seorang bayi laki-laki yang begitu sangat mirip dengan Ibu. Bayi laki-laki yang terlihat begitu manis. Bulu mata yang lentik membuat semua orang akan iri saat melihatnya. Marka sebagai abang tertua kini memiliki 4 adik di hidupnya. Si sulung yang baru berusia 10 tahun itu begitu tegap menatap kehadiran adik barunya. Tanpa merasa takut jika suatu saat perhatian orangtuanya teralihkan darinya. Marka yang sedang menginjak pendidikan SD kelas 4 itu bahkan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri sang adik lahir. Dengan seragam merah putih serta tas yang masih melekat rapat pada tubuhnya. Senyum manis yang selalu terbit kala adiknya lahir. Marka benar-benar terlahir sebagai seorang Abang. Tak hanya tubuhnya. Tapi pikiran serta hati yang kuat menjadikan Marka seorang Abang.
Hingga entah tepatnya kapan. Marka tak ingat. Hanya saja saat itu kebahagiaan keluarganya menurun drastis. Marka sering melihat Ibu dan Babanya menangis sembari memeluk Nanda yang saat itu berusia satu tahun.
Marka ingat Nanda kecil memang tidak seperti adiknya yang lain. Nanda sering sekali sakit. Bahkan Marka ingat dengan jelas bagaimana Adiknya memuntahkan seluruh isi perutnya. Tidak hanya dari atas. Dari bawah juga keluar cairan. Marka tidak tau apa itu.
Kembali pada kacamata Baba dan Ibu saat itu.
Nanda yang selalu berhasil membuat kedua orangtuanya khawatir bukan main. Demam serta diare yang terlalu sering datang. Bahkan tubuh Nanda yang selalu terlihat lemas dari pada anak-anaknya yang lain. Awalnya demam serta diare itu hanya di tangani oleh obat-obatan tradisional yang sudah turun temurun di keluarganya. Namun, gejala sakit Nanda semakin bertambah saat anak itu kencing dengan warna urin yang tak biasa. Bahkan sampai kadar urin yang sangat sedikit. Yang padahal saat itu Nanda bahkan tidak ke toilet sama sekali. Sehingga rasanya aneh jika urin yang di keluarkan Nanda sangat sedikit.
Dengan rasa khawatir yang kian membuncah. Baba dan Ibu akhirnya membawa Nanda ke rumah sakit. Dengan berbagai pengetesan. Akhirnya kabar itu sampai ke telinganya. Tentang kondisi Nanda. Yang berhasil membuat Ibu ambruk tepat di depan ruang rawat anaknya.
"Itu gak bener, kan?"
Baba merengkuh tubuh istrinya dengan kuat. Saling menyalurkan kekuatan selepas kabar yang mereka dengar. "Ini ujian yang Allah kasih. Kita pasti bisa ngelewatinnya."
Air mata yang sudah di tahan sedari tadi lantas saja meluruh dengan derasnya. Ibu memeluk tubuh Baba dengan perasaan takut dan kalut yang bercampur. "Aku kasihan sama Nanda, Ba," ujar Ibu dengan tangisnya.
"Suttt~ sekarang Nanda gak butuh tampang kasihan dari kita, Bu. Nanda butuh kita yang kuat. Nanda butuh kita yang ceria buat bantu dia melewati semuanya."
"Tapi— Ya Allah...." raung Ibu begitu keras. Membayangkan rasa sakit yang akan di terima anaknya. Dengan tubuh sekecil itu. Bagaimana mungkin ia akan tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mahanta || 7 Dream [DONE]
FanficWARNING!! NOT B×B AREA!! Cerita dengan konflik-konflik klise di dalamnya. Ini pure terinspirasi sama rasa kekeluargaan anak-anak Dream dengan bagaimana takdir bermain bersama mereka. "Kenapa topik ini lagi, sih, Ba?" - Marka "Cinta...