Perjuangkanlah apa yang kamu sebut dalam Do'amu! Walaupun itu bukan Aku.
@riyanti_
🌼
Jam baru menunjukan pukul 20:40, tapi sunyinya malam sudah begitu terasa. Tidak ada suara jangkrik yang terdengar, bahkan desiran angin pun tak begitu keras.
Kiya tengah duduk di kasur, dia terus memikirkan tentang perjodohannya dengan Riski, "Apa keputusanku benar, untuk belajar menerima a Riski? Tapi perasaan ini tidak bisa dibohongi." Lirih Kiya, sedetik kemudian dia menggeleng, "Enggak! Aku memang harus mencoba mencintai a Riski." Tambahnya
Kiya menghembuskan nafasnya lirih, dia tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Dia beranjak dari duduknya, dan masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil wudhu, dan melaksanakan shalat istikharah meminta petunjuk terbaik darinya.
Heningnya malam, kembali menjadi saksi betapa dilemanya perasaan Kiya. Sebagai perempuan, memang hanya bisa menunggu, meski hati terus meronta ingin mengungkapkan apa yang dia rasa. Kiya menjaga dengan baik, perasaan yang pernah tumbuh itu selama tiga tahun lamanya.
Kiya menghamparkan sajadahnya, dia melaksanakan shalat sunah istikharah ditengah sunyinya malam.
Diujung salam, dihamparan sajadah dan balutan mukena. Kiya menengadahkan kedua tangannya, berdo'a meminta yang terbaik untuk dirinya.
"Ya Allah, tidak apa-apa menunggu lama, asalkan pilihan terakhir jatuh kepada orang yang tepat. Bukan hanya sehidup semati, tapi untuk sehidup sesyurga. Siapapun dia, aku harap dia tidak pernah lelah untuk berdo'a, agar kita segera dipertemukan. Aku memang wanita faqir Ilmu, tapi dari hati yang terdalam, aku juga memimpikan lelaki sholeh yang mampu membimbingku kelak, hingga jannah-mu.Ya Rabb, beri aku petunjuk dari keputusan yang membuatku bingung ini. Apa yang harus ku perbuat dari pilihan yang sulit ini? Jika harus aku bersabar lagi, berilah kesabaran yang lebih agar aku bisa menunggunya sedikit lebih lama lagi. Tapi jika ini hal yang tidak pantas lagi untuk aku tunggu, hapuslah perlahan perasaan ini, Aamiin." Kiya mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya
Kiya membereskan kembali mukena, dan sajadahnya, kemudian bergegas tidur.
Kiya menidurkan tubuhnya di kasur, dia menarik selimutnya hingga menutup dada, "Bismillah." Ucapnya, kemudian menutup matanya
Disela perjalanannya, Kiya memilih berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Suasana mesjid begitu kosong, karena shalat berjamaah sudah selesai beberapa menit yang lalu, mungkin.
Selesai mengambil wudhu, dia mencari mukena di lemari kecil yang tersedia di Mesjid, dan bergegas melaksanakan shalat.Selesai Shalat, Kiya kembali merapikan mukenanya. Disela sibuknya merapikan mukena, langkah kaki terdengar dari belakang. Langkahnya seketika berhenti, Kiya berbalik dan melihat siapa orang yang datang.
Kiya beranjak dari duduknya, "A Aziz!" Panggil Kiya pelan, "Aa lagi apa disini?" tambahnya
Aziz hanya tersenyum, kemudian berlalu begitu saja. Kiya menatap punggung Aziz, yang semakin hilang dari pandangannya.
"Enggak, Kiya!" Ucapnya setengah sadar, "Astagfirullah." Teriak Kiya sembari bangun dari tidurnya
"Ya Allah, aku mimpi lagi? Kenapa aku harus mimpiin a Aziz lagi? Padahal aku ingin mencoba melupakannya." Kiya mengusap wajahnya gusar
...
Jam sudah menunjukkan pukul 07:05, tapi suasana pagi tak nampak begitu cerah. Awan terlihat mendung, dan angin berdesir cukup keras.
Aziz tengah duduk di teras, dia sibuk dengan benda pipih yang dia pegang, "Ziz!" Panggil Ibrahim, dia duduk di kursi sebelah Aziz
"Abi, udah siap aja." Ucap Aziz sembari menyimpan Handphonenya di meja
"Kamu beneran gak mau ikut Abi ke Jakarta?" tanya Ibrahim
Aziz tersenyum, "Kalo hari ini, enggak Bi. Aziz masih betah disini,"
"Apasih yang buat kamu betah tinggal disini?"
"Ya, gak ada. Suasananya aja yang enak, itung-itung Aziz refreshing aja,"
"Yaudah, Abi harus cepet pulang lagi ke Jakarta,"
"Baru semalam, Bi. Lagian cuacanya mendung, kayaknya mau hujan,"
"Kan nanti malam Abi harus ngisi pengajian disebuah acara, lagian gak mungkin abi batalin. Kalau hujanpun mungkin cuma dijalan daerah sini aja, semoga kesananya enggak hujan,"
"Yaudah, kalau gitu biar Aziz bantu bawain barangnya, ya?"
"Iya. Sekalian panggilin umi, ya!"
"Iya." Balas Aziz seraya tersenyum, dia berlalu masuk kedalam rumah
...
Riski kembali mengunjungi rumah Kiya, untuk sekedar memastikan keadaannya.
Tok Tok Tok!
"Assalamu'alaikum?" ucap RiskiPintu pun terbuka, "Waalaikumsalam, eh nak Riski. Masuk, Nak!" Ajak Maryam
"Iya, tante." Riski pun masuk, dan diajak duduk diruang tamu
"Tante buatkan minum dulu, ya. Bentar lagi om Jaya kesini." Ucap Maryam, Riski hanya tersenyum kemudian mengangguk
"Ris, kamu kesini sendiri?" tanya Jaya yang baru saja datang
"Iya, om. Papah lagi ada kerjaan di kantor katanya,"
"Oh iya, gak papa. Bu, cepat minumannya!" Teriak Jaya
"Iya, ini udah siap." Maryam kembali dengan membawa air minum dinampan, "Diminum nak Riski!" Tambah Maryam sembari menyimpan minumannya dimeja
"Iya tante, makasih." Balas Riski, "Mmm, Kiyanya ada om?" tanya Riski
"Kiya lagi keluar, tapi ini om baru mau telpon dia supaya pulang,"
"Gak usah, om. Mungkin Kiya lagi main, Riski tunggu aja sampai Kiya pulang,"
"Beneran?"
"Iya. Takutnya nanti Kiya marah lagi, karena dipaksa pulang."
"Assalamualaikum?" Ucap seseorang dari luar
Maryam yang mendengar ucapan salam, bergegas keluar membukakan pintu, "Wa'alaikumsalam. Alesha, Akifah? Masuk!" ujar Maryam
"Gak usah wa, kita kesini mau ngajak Kiya keluar sebentar. Boleh, gak?" ujar Akifah seraya tersenyum
Maryam mengerutkan keningnya bingung, "Loh, kan Kiya udah keluar dari pagi. Kirain uwa kerumah kalian, atau kemana gitu sama kalian,"
Alesha, dan Akifah menggeleng, "Enggak kok, wa." Balas Alesha
"Atau mungkin Kiya udah ke sawah duluan?" tambah Akifah
"Mungkin aja, tapi uwa juga kurang tahu,"
"Kalau gitu, kita coba susul Kiya dulu ya wa, assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam."
__________________
Istikharah Cinta✍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta (LENGKAP) ✅
SpiritualAdzkiya Naila Askanah Sakhi, gadis Desa yang menyimpan perasaan pada satu sosok laki-laki yang bahkan dia juga belum mengenalnya. Disalah satu majlis saat dia mengikuti pengajian rutin, Adzkiya mulai mengagumi salah satu mubaligh dimajlisnya. Namun...