04 - luka yang sama

1K 113 79
                                    


"Satu yang tak pernah berubah adalah nyeri ini. Hanya itu yang masih tetap sama seperti dulu. Membuatku bertanya-tanya, apakah aku tak akan pernah lepas dari jeratan ini? Aku tak tahu dan sepertinya tidak akan pernah tahu."

☆☆☆

Sunghoon benar-benar mengantar Sunoo sampai ke sebuah rumah tua yang nampak tak terurus. Rumah yang dulu menjadi tempat berpulang sekaligus penderitaan Sunoo.

Entah mengapa, tenggorokannya terasa kering tiba-tiba. Lidahnya tercekat, dan ia meneguk ludah dengan susah payah. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipis Sunoo.

Rumah bercat tembok biru yang luntur itu membangunkan semua memori yang ia simpan dalam-dalam. Memori sedih, senang, kecewa, sakit, dan lainnya bercampur aduk menjadi satu. Semuanya berputar bak kaset rusak di kepalanya.

"Sun.." tegur Sunghoon saat Sunoo tak kunjung sadar dari lamunannya.

Sunoo berjengit dan segera mendongak, menatap Sunghoon yang lebih tinggi darinya sendu. Tiba-tiba saja ia takut untuk bertemu sang nenek.

"Kurasa dia tidak ada di dalam, Hoon.." ucap Sunoo ciut.

Melihat itu, Sunghoon mengerti apa yang terjadi. Sunoo terlihat sangat tidak nyaman. Akhirnya ia pun mengangguk dan mengusap bahu Sunoo menenangkan.

"Kalau kamu belum siap, tidak apa-apa besok atau lain kali."

Menghela nafas berat, bahu Sunoo sedikit merosot. Dia ingin sekali bertemu neneknya. Hatinya sekarang berjuang keras melawan rasa takut.

Sunoo pun menggeleng pelan. "Aku siap, ayo masuk, aku harus bertemu nenek sekarang."

Sekali lagi, Sunghoon mengangguk mengiyakan. Tidak ada yang bisa ia lakukan jika niat Sunoo sendiri sudah bulat.

Kedua remaja itu akhirnya membuka pagar kumuh rumah tersebut. Memasukinya dengan santai, namun langkahnya hati-hati. Sampai di pintu depan, mereka mengetuk pintu beberapa kali agar terdengar dari dalam.

Beberapa menit berlalu, namun belum ada tanggapan sama sekali dari dalam rumah tersebut. Seperti tak ada yang tinggal di sana.

"Tidak ada orang di sini, Sun.." lirih Sunghoon hati-hati, ia takut ucapannya akan menyakiti Sunoo.

Sunoo mau tak mau mengangguk. Ia tak bisa merepotkan Sunghoon lebih dari ini.

Mereka berdua hendak berbalik pergi, sebelum suara seretan pintu terbuka menginterupsi keduanya.

Baik Sunghoon dan Sunoo melongo melihat wanita di depan mereka. Dari wajahnya, sudah terlihat bahwa umurnya tidak lagi muda, keriput menghiasi kulit wajah wanita tersebut.

"Kenapa kau ke sini Sunghoon?" tanyanya dengan nada ketus. Bahkan sekedar tersenyum saja tidak.

Sunghoon menghela nafas malas. Jari telunjuk kanannya terangkat menunjuk sosok di sebelahnya.

Tampak wanita itu menelusuri tubuh Sunoo dari atas ke bawah. Keningnya berkerut banyak sekali, tanda ia mencoba mengingat sesuatu. Hal itu memakan waktu beberapa lamanya, hingga mata wanita tua itu membulat dan menjerit tertahan.

"KAU!! KENAPA KAU ADA DI SIN?! BUKANKAH KAU SUDAH MATI?!"

Sunoo berjengit kaget saat wanita tua yang kerap ia kenal sebagai nenek kandungnya itu mencengkeram lehernya kuat. Membuat pita suara miliknya terpaksa berbunyi lirih.

What's Going On? | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang