"Kadang dini hari itu menyeramkan. Tidak ada suatu kegiatan yang dapat mengisi dini hari, apalagi saat orang lain tertidur begitu pulas. Tidak! Bukannya aku mengeluh, hanya saja, memang di waktu itu duniaku berhenti berputar. Sama sekali tak ada yang tahu dan mau tahu soal diriku. Bersamaan dengan berdetaknya detik jarum jam, semakin membuat jantungku berdegup kencang. Dan ketika fajar tiba, aku menghela nafas lega. Lega akan perasaan mencekik yang berangsur hilang."
☆☆☆
Ibu ya?
Wah, Harua jadi iri. Sejak dulu, ia tak pernah mengenal ibunya. Ayahnya yang merupakan pengusaha kaya raya, tak pernah memberitahu dirinya soal sosok sang ibu sekalipun. Justru pria paruh baya itu akan marah jika dirinya banyak bertanya soal ibunya.
Penasaran dan rasa ingin disayang yang kuat tumbuh dalam dirinya. Tentu saja, semakin dewasa tanpa kasih sayang seorang ibu membuat progres karakter dirinya kurang baik. Ia juga butuh didikan seorang ibu. Dan semakin tumbuh dirinya, semakin kekanakan juga sifatnya. Kadang sang ayah marah besar karena sikapnya yang tidak bisa dijaga.
Namun apa itu salahnya? Setidaknya ia hanya ingin tahu apakah ibunya sudah mati atau masih hidup. Jika sudah mati, ia ingin sekali mengunjungi makam ibunya. Dan jika belum, ia ingin bertemu sekali saja melihat wajah sosok yang telah melahirkan dirinya itu.
Harua menghela nafas berat. Iri sekali rasanya dengan Jungwon yang diberikan hadiah oleh ibunya. Ia sama sekali tak pernah mendapat hadiah dari sosok ibu.
Jangan heran, Harua selalu seperti ini jika orang lain membicarakan soal ibunya.
"Ibu kakak orangnya gimana?" tanya Harua dengan mengulum bibirnya. Pelukan mereka sedikit melonggar karena Harua mendongak melihat wajah yang lebih tua.
"Hm? Kenapa kamu mau tahu?" tanya balik Jungwon.
"Gapapa, cuma.. Aku sedikit iri, aku ga pernah tahu sosok ibuku seperti apa.. Aku selama ini hanya tinggal berdua dengan ayah.." lirihnya sembari menunduk dalam.
Jungwon tersenyum simpul dan mengusap kepala Harua pelan. Entah kenapa anak ini sangat menggemaskan.
"Kenapa kamu harus iri? Kakak mungkin tumbuh dengan kasih sayang ibu yang kamu dambakan, tapi kakak ga pernah dapat kasih sayang ayah yang kamu miliki..." ucap Jungwon dengan senyum yang tak luntur dari wajah kucingnya.
Harua sedikit terlonjak kaget. Ia tak mengantisipasi hal itu. Ia kira Jungwon juga punya sosok ayah dalam hidupnya.
"Ehm, maaf kalo aku sedikit lancang, ayah kakak kenapa?" tanya Harua ragu.
Jungwon berdehem dengan sedikit mengalihkan atensinya pada setiap sisi ruangan milik Heeseung dan adik-adiknya.
"Dia pergi dari rumah setelah bercerai dengan ibu dulu sekali, saat kakak masih kecil banget."
Kalimat itu mampu mendiamkan Harua. Ia tak tahu mesti berkata apa lagi sekarang. Takut salah bicara karena persoalan mereka ini bukan persoalan sembarangan.
Lama, atmosfer mereka sangat dingin. Tetapi kemudian Jungwon kembali berdehem pelan.
"Jadi kamu tidak perlu iri dengan kakak. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Going On? | Enhypen
FanfictionSunoo kembali setelah sekian tahun lamanya ia terjebak dalam dunia paralel. Tetapi ketika ia kembali, ia malah menemukan teman-temannya yang telah tumbuh dewasa. Sedangkan dirinya masih tetap berada di usia empat belas tahun. Ia telah melewatkan ba...