14 - bersiap sekolah kembali

574 86 34
                                    

"Kadang aku bingung saja denganmu yang mampu bersikap seolah baik-baik saja. Padahal kenyataannya, dirimu jauh dari kata itu. Aku mengacungi dua jempol pada kehebatan aktingmu yang bisa membohongi semua orang. Mungkin kamu layak menjadi aktor. Hanya saja, berapa kalipun kamu mencoba untuk membohongiku, aku akan selalu tahu. Karena aku adalah temanmu, bukan penonton teater yang terlena dengan segala macam tutur kata dan perbuatanmu."

☆☆☆

Sunoo jelas saja kelimpungan saat ini. Mendapati Niki menangis membuatnya bingung dan bergulat dengan berbagai macam spekulasi.

Niki jarang sekali menangis, malah tidak pernah sekalipun. Mungkin jika dipikir-pikir, ini pertama kalinya Sunoo melihat Niki menangis.

"Niki.. Kamu gapapa?" tanya Sunoo khawatir.

Jelas saja, tangan Niki terlihat merah setelah ketumpahan air panas. Sosok anak bertubuh tinggi itu bergetar menahan sakit dan menangis sejadi-jadinya.

"Hiks, k-kaka.. Ka Onu.. Hiks, c-cakith," adu Niki dan berlari kecil ke arah Sunoo lalu memeluknya manja.

"N-Niki?" Sunoo tak bisa menahan rasa herannya dengan perlakuan tiba-tiba ini.

Ini sama sekali bukan Niki yang ia kenal. Lihatlah anak bongsor ini bergelayut manja dan menduselkan kepalanya di pelukan Sunoo. Benar-benar mirip anak umur lima tahunan.

"Niki kamu kenapa?" Sunoo memastikan sekali lagi.

Niki menggeleng pelan dan sialnya lucu sekali di mata Sunoo. Anak itu menggembungkan pipinya seolah tak mengingat ia tengah menginjak umur berapa tahun ini.

"Tangan Iki cakith, hiks, Pe.. Lih.." gumam Niki tak jelas.

Sunoo tak bisa apa-apa selain mengusap lembut helaian rambut Niki. Anak itu memeluknya erat hingga Sunoo tak bisa bergerak bebas. Beberapa menit mereka dalam posisi itu sampai Sunoo akhirnya mendengar dengkuran halus di hadapannya.

"Walah, malah tidur anaknya."

Sunoo menggeleng pelan dan membenarkan posisi tidur Niki di dekat ranjangnya. Perlahan ia memastikan jari Niki yang terkena air panas. Benar-benar merah, membuat Sunoo meringis perih.

Dengan cepat, Sunoo mengambil tisu basah yang tadi diberikan Niki padanya lalu mengusapkan pada jari Niki. Sunoo yakin ini pasti jadi luka bakar yang sembuhnya lumayan lama. Berharap Niki baik-baik saja, ia kemudian membalut jari Niki dengan plester yang tersedia di laci nakas dekat ranjangnya.

"Tumben banget ni anak nangis gitu.." ungkap Sunoo tersenyum simpul. Membayangkan wajah Niki yang tadi berubah jinak dalam sekejap. Sekali lagi ia mengusak lembut rambut hitam Niki.

Tangan Sunoo membopong wajahnya seperti berpikir sesuatu. Mencoba mengingat sesuatu.

"Ah! Aku ingat! Niki kan punya sindrom Little Space.." gumam Sunoo setelah ingat memori masa lalunya sembari menatap wajah polos Niki yang tertidur pulas.

"Biasanya jika sudah tertidur begini, bangunnya udah balik lagi jadi Niki yang biasanya."

Sunoo menghela nafas perlahan dan tersenyum maklum. Mengingat betapa rewelnya Niki dahulu ketika ia sindromnya kambuh. Dulu tidak terlalu sering kambuh sih, Sunoo tidak tahu sekarang sudah membaik atau justru memburuk.

What's Going On? | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang