Di salah satu bilik warnet, ada seorang dari sekolah lain yang menyelinap sejak 30 menit yang lalu. Warnet itu milik SMA Cendei D'Graham, sebuah sekolah khusus laki-laki. Semua bilik terpakai dan semua yang ada di sana sedang bermain game, kecuali satu cowok berhoodie hitam yang tak pernah melepas maskernya sejak memasuki tempat itu.
Dia Elon, masih 15 tahun. Tingkahnya juga masih sangat bocah. Dia duduk mengangkat satu kakinya ke atas kursi yang dia duduki. Sesekali menyomot snack yang menemaninya sejak tadi.
Seharusnya, dia di sana tak boleh lebih dari 10 menit jika tidak ingin segera ketahuan. Namun, 30 menit pertama itu dia manfaatkan untuk bermain game. Beberapa kali terdengar suara umpatan di dalam sana dengan suara berbeda-beda. Meski belum tentu benar bahwa orang-orang yang berteriak itu adalah lawan main Elon dalam game, tetapi Elon yakin karena setiap kali Elon mengalahkan musuh dalam permainannya pasti ada saja yang mengumpat kasar.
Elon melihat waktu. Dengan tak rela dia meninggalkan permainannya dan mulai menjalankan aksi. Tugas yang Tigris berikan adalah meretas komputer di sana yang saling terhubung.
Elon tersenyum. Semua komputer mati saat mereka sedang asyik bermain game.
"AAAAAN******NG!"
"BANGSAT INI KENAPA MATI!"
"BENTAR! INI GUE JUGA NGGAK TAHU. MAU NGECEK DULU MATI LAMPU, KALI."
"SERIUS LU?"
"SPERTI MATI LAMP—"
"BABI JANGAN NYANYI!"
"BANGSAT! BANGSAT! MATI LAMPU APANYA CPU-NYA NYALA!"
Semua cowok yang ada di sana mengeluh kepada operator. Tak lama kemudian, komputer kembali menyala.
Gambar background semua komputer adalah kartun anjing putih yang jumlahnya banyak. Semua kartun anjing itu memakai kacamata pink. Di background itu terdapat beberapa balon percakapan di atas kepala kartun anjing, tulisan balon di atas kepala kartun;
yang berdiri paling depan, "kami dari SMA Cendol Gigi Geraham."
yang wajahnya tak terlihat karena paling belakang, "minggir, dong. Mau maju, nih, gue. Keburu cipirit."
yang wajahnya membelakangi anjing lain, "buset pantat lo bau tai."
dan beberapa lagi.
"WAH, WAH, NGGAK BENER, NIH!" teriakan itu terdengar tepat setelah Elon melewati batas pintu warnet. Untung saja dia membayar lebih dulu karena beberapa cowok D'Graham sedang berkumpul di dekat operator warnet.
"LO BERHENTI!" teriak cowok lain. Elon terus berjalan agar terlihat serelaks mungkin juga berharap bukan dia yang dipanggil. "LO YANG PAKAI ITEM-ITEM!"
Elon sontak berhenti. "Sial," gumamnya. Dia berbalik, memandang sekumpulan siswa D'Graham yang memandangnya curiga. Mereka semua memakai pakaian biasa. Toh, ini memang libur semester ganjil.
"Kelas berapa lo?" tanya siswa yang wajahnya paling sangar.
Elon yang memakai masker hitam menatap mereka satu per satu untuk mengingat wajah mereka. Tampang-tampang mereka seperti siswa kelas XI dan XII.
"XI IPA—" Ucapan Elon berhenti ketika salah satu dari D'Graham memotong ucapannya.
"DI D'GRAHAM NGGAK ADA JURUSAN IPA!" Satu cowok maju dengan langkah menggebu-gebu. "DARI SEKOLAH MANA LO?!"
Sial. Sial. Elon terus membatin. Jumlah mereka sangat banyak. Tentunya, satu-satunya cara adalah kabur. Sebelum musuh itu semakin dekat, Elon sudah lebih dulu berlari kencang. Semua siswa D'Graham yang ada di sana ikut mengejar Elon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Roman pour AdolescentsSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...