"woy Ra... Buruan dong lama banget sih.. Ini bentar lagi upacara!!" teriak Ahza dari balik pintu kamar Kara yang masih tertutup rapat. Ahza melirik kearah jam tangannya, 10 menit menuju upacara hari senin. Sambil memutar bola matanya kesal ia berjalan menuruni anak tangga, hendak menuju ruang tamu. Namun belum selesai ia menuruni anak tangga ia sudah lebih dulu disambut oleh Rina-mama Kara-.
"loh Ahza belum berangkat? Ini udah mau mulai upacara loh.. " ujar Rina yang dibalas dengan senyum semringah Ahza.
"ini te lagi nungguin Kara.. Kara nya lagi mandi.. " balas Ahza manis,
"kamu berangkat dulu aja.. Daripada kamu dihukum.. " ,Ahza menggeleng pelan,
"enggak deh te,, Ahza mau nunggu-" belum usai Ahza mengucapkan kalimatnya, sebuah tas ransel lebih dulu mendarat diatas kepalanya. Sambil meringis ia melihat tas merah digenggamannya.
" kara bau,kara ileran kara jelek.. " Ahza menelan ludah kasar saat mengingat tinta hitam yang menghiasi tas Kara adalah tulisannya.
" woy anak monyet.. Lo apain tas gue hah?! " teriak Kara seraya berkacak pinggang. Ahza tak menjawab ia meraih punggung tangan Rina pelan lalu mencium nya
"te Ahza berangkat ya.. Assalamualaikum " pamit Ahza sebelum akhirnya tunggang langgang."aw aw.. Ra.. Lepasin dong.. Malu kali diliatin adek kelass.. ." rengek Ahza pada Kara yang sedari tadi mencengkram kuat telinga Ahza yang kini nampak memerah dengan sempurna.
"gak!! Ini konsekuensi yang harus lo dapet!! " tukas Kara tegas, Ahza terus mencoba merengek tapi yang ia dapatkan hanyalah tatapan tajam dari seorang Kara maudya.Kara menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan yang ia letakkan diatas meja, ia tak memperhatikan sedetikpun dari penjelasan bu Vika matanya bahkan tertutup rapat.
"Ra.. Lo tidur ya? " tanya Desyca-teman sebangkunya- Kara diam tak menjawab, Desyca menggoyangkan pelan tubuh Kara.
"Ra bangun Ra.. Lo udh dipantengin bu Vika noh.. Lo mau apa dijemur? " oceh Desyca yang tetap diabaikan oleh Kara.
Desyca yang mulai geram pun mendekatkan mulutnya ke teliang Kara,
"woy!! Bangun lagi lo!!" ujar Desyca dengan nada sedikit meninggi, Kara yang merasa terusik pun memukul keras meja sambil mengangkat wajahnya,
"dasar Ahza sialannnnn!! Bangke lo ya! " Kara berteriak sekuat mungkin menarik perhatian nama seseorang yang barusaja ia sebutkan, bahkan bu Vika dan seisi kelas turut mengarahkan pandangan mereka pada Kara.
" Kara Maudya? Ada apa kamu teriak teriak? Mau saya keluarkan dari kelas??? " tegur bu Vika dengan tatapan tajam. Kara tak menjawab, ia justru mengacak rambutnya frustasi sebelum akhirnya beranjak dari kursi dan pergi meninggalkan kelas.
Dikantin Desyca hanya bisa menggelengkan jepalanya heran, tak mengerti dengan sikap Kara hari ini.
"ctak" Kara meletakkan sebuah gelas kosong diatas meja, nafasnya turun naik.
"Lo apa apaan si Ra.. ??" tanya Desyca.
" gue capek Des idup bertaun taun samma titisan syaithon...kemaren.. Sepatu baru gue yang gue beli pake duit tabungan harus gue rongsokin gara gara ketumpahan oli,, ,dan hari ini gue harus pake tas butut gue gara gara si Ahza nulis ga jelas pake tinta spidol ,,LO BAYANGIN! ! Betapa stresnya gue idup sama dia!! " oceh Kara panjang lebar, api emosi masih bergejolak didalam hatinya .
" yaudah lah... Wajarin aja.. Namanya juga cowok.. Apalagi lo temen dari kecil.. " ujar Desyca menenangkan.
" tau ah.. Semua orang sama aja.. "
Tak lama datang seseorang dari arah belakang dan langsung duduk disamping Kara, dengan senyum andalannya Ahza menatap Kara. Ia menopang kepalanya dengan tangan kanannya.
"em... Ra.. Gue duluan ya maungadep ketos bentar" ujar Desyca tiba tiba ,Kara yang belum menyadari kedatangan Ahza pun hanya mengangguk dan membiarkan rekan sebangkunya itu pergi.
"jangan marah marah terus dong.. Jadi gemes gue liat nya" ucapan Ahza sontak membuat Kara menoleh cepat, matanya membulat sempurna saat tatapan keduanya bertaut, dan sialnya Ahza hanya tersenyum tanpa dosa.
"iiihhh.. Masih berani lo ya nongol depan gue?? " tanya Kara geram seraya mencubit kuat lengan Ahza.
"eits eits... Sakit Ra... Gausah cubit cubit kali..." sergah Ahza, " sama calon suami aja nyubit apalagi sama anak kita nanti coba? " Dan Ahza kembali berulah, Kara yang sudah naik pitam tanpa berfikir lama melayangkan tamparan keras diwajah Ahza.
"makan tuh anak lo" umpat Kara sebelum akhirnya pergi meninggalkan Ahza yang meraung kesakitan ditengah ramainya suasana kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...