#30

54 2 0
                                    

Ahza :
Maaf ya kalo kemaren Aidan nelfon tiba-tiba, aku lagi ada urusan dan ngga bawa hape.
Oiya hari ini aku udah di Surabaya, bilang ke aku kalo kamu mau ditemenin main atau kemana oke?

   Ahza masih tetap dengan prinsipnya, mengirimi pesan pada Kara agar tak ada kesan menjauh diantara keduanya. Dan seperti yang sudah Aldi katakan kemarin, pukul 6 pagi Aldi datang untuk menjemput Ahza.
  "Tumben Al, pagi-pagi kesini?" Tanya Linda,
  "Mau ngajak Ahza jogging tante," jawab Aldi sambil cengar-cengir.
  "Ooo itu Ahza lagi di kamar, masuk aja ngga dikunci kok"
  "Oke te, aku duluan ya"
  "Iya"

   "Ya Allah,!!! Gue kan udah bilang mau ngajak lo jogging ke alun-alun, ini kenapa masih diatas kasur sambil cengar-cengir?" Oceh Aldi saat mendapati Ahza masih berkutat dengan kasurnya.
  "Haduhhh, lima menit deh..." Tawar Ahza,
  "Ngga bisa, setengah sembilan gue ada kelas" Ahza menghela nafas dalam, dengan berat hati ia bangkit dari kasur dan mengganti bajunya.

   Usai berlari kecil mengitari alun-alun, keduanya duduk bersama dan sesekali menenggak air mineral yang baru saja mereka beli. Ahza mengedarkan pandangan kesekelilingnya, sendu ini begitu indah. Berkali-kali ia tersenyum menatap banyaknya bahagia yang dapat ia rasakan pagi ini dialun-alun. Teringat kilas balik sebagian harsa miliknya tercipta ditempat ini, bersama wanita yang tak pernah jauh darinya bahkan sedari Ahza terlahir didunia. Rasanya ada banyak sesak yang menyumpal dadanya, menghimpit terlalu kuat lalu membiarkannya kehabisan nafas saat ia harus kembali teringat kalimat wanitanya.

'aku selalu bersyukur pas pagi-pagi aku masih liat senyum kamu, ternyata aku bisa jatuh cinta sama laki-laki yang ngga pernah bosen jaga aku. Kamu percaya ngga? Kalo harsa itu kadang bawa niskala, atau sebaliknya?'
Laki-laki yang ditanya hanya diam,
  'gimana ya Za, kalo suatu hari harsa kita niskala?, Aku benci asing, aku benci jauh.'
Wanita itu menatap lurus kedepan, menerawang banyaknya tawa yang ia saksikan detik itu juga.
  'kalo akhirnya asing itu datang, janji ya Za tetep disamping aku? Aku takut kalo kamu jauh, pergi dan aku hancur gitu aja'
Ahza menatap dalam wajah wanitanya, sangat dalam hingga ia tak sadar senja hampir usai dan keduanya harus segera pulang. Kara meraih tangan Ahza dan mengajaknya bangkit dari duduknya,
  'udah mau maghrib, nanti dicariin mama' ucap Kara berhasil membuyarkan lamunan Ahza. Langkah keduanya selalu beriringan, tak seorangpun yang ingin mendahului atau tertinggal, genggaman Ahza membuat Kara sadar jika laki-laki itu adalah syukur yang tak pantas disanding dengan kufur.
  'Za, kalo suatu hari nanti aku salah, aku yang buat semua berantakan. Tolong tetep taruh percaya kamu ya? Kamu harus percaya kalo aku selalu butuh kamu. Tolong tetep liat aku ya? Aku ngga siap kecewa dan benci diri aku sendiri kalo misalnya aku yang buat kamu pergi.'

   Ahza menghela nafas dalam, ternyata semuanya masih tersimpan rapi tanpa sedikitpun hilang.
  "Lo beneran mau resign?" Tanya Aldi,
  "Ga tau Al, nyokap gue pasti ngga bolehin"
  "Udahlah jalanin dulu, udah setengah perjalanan" Ahza mengangguk menyetujui ucapan Aldi,
  "Oiya Za, tadi gue dapet chatt dari Aaron, anak management bisnis juga. Gue waktu itu ketemu dia diaula lagi sama Jeffrey tapi posisinya hape cewe lo ada di dia. Pas gue panggil dia bilang kalo Jeffrey emang sering make hape Kara "
  "Dia chatt gue, katanya semua akun medsos Kara dia pegang secara diem-diem. Dia ngga tau pasti tujuannya apa tapi bisa jadi dia yang ngehapus riwayat telepon lo dihape Kara" jelas Aldi panjang lebar.
Ahza terdiam cukup lama, "lo ngga lagi dijebak kan sama si Aaron?" Tanya Ahza meyakinkan.
  "Dia cuma sebatas temen sekelas, lo tenang aja gue juga ada mata-mata disana"
  Ahza tampak waspada, ia tak ingin jika kedepannya masalah ini semakin rumit.

   Pagi ini di perpustakaan cukup sunyi, nampaknya minat mahasiswa pada tempat ini sudah tak seberapa sebab saat ini hanya ada Kara disana. Namun disisi lain ia pun tengah menunggu kedatangan Desyca yang mengajaknya untuk bertemu pagi ini.
  "Ctak" sekantung plastik minimarket mendarat diatas meja, Kara mengangkat kepalanya dan mendapati sosok Desyca sudah berdiri dihadapannya.
  "Tuh pie apel sama minuman kesukaan lo" ujarnya yang kini sudah duduk dikursi perpustakaan.
  "Gue ngga pesen"
  "Yaelah, tinggal dimakan aja, rejeki loh itu"
  "Kalo lo mau makan aja, gue udah kenyang" ucap Kara sekenanya.
  "Buset, lo kenapa sih? Sensi banget kayanya. Orang kalo dapet rejeki itu bersyukur Ra, ini malah kufur bener" timpal Desyca sedikit kesal.
Kara menghela nafas panjang lalu sejurus kemudian menyisir rambutnya dengan jari jemari miliknya kearah belakang.
  "Kenapa juga sih lo mau disuruh-suruh ngasih ginian? Norak tau ngga? Kenapa ngga dia aja yang ngasih ke gua? Bahkan lo ketemu gua cuma kalo disuruh nganter pie apel doang" cibir Kara.
  "Orangnya lagi ada urusan, makanya dititipin ke gua."
  "Hhh, oiya urusan dia kan emang nomor satu" Kara memutar bolamatanya malas lalu segera beranjak dari kursi dengan kedua tangannya membawa laptop dan beberapa buku yang ia bawa.
  "Udah ya gua pamit, ada kelas soalnya. Pie nya makan aja, gue udah ngga suka pie"

On Your Smile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang