Suasana kantin hari itu cukup ramai dari biasanya, Ahza dan Aidan yan turut serta dalam keramaian pun alih-alih malah menjadi pusat perhatian, jangan tanyakan alasan karna alasannya akan tetap sama dan tidak berubah. Aidan melirik kearah arlojinya, "lama banget sih Aldi keperpusnya.. keburu masuk ini mah" celoteh Aidan,
"Sabar, pdkt juga butuh proses dan waktu" imbuh Ahza,
"Lagian kenalnya udah dari dulu kenapa baru pdkt an sekarang sih?"
"Udahlah, toh dia punya caranya sendiri" ujar Ahza lalu kembali terfokus pada semangkuk bakso nya.
"Itu juga anak kelas XI ngapa 0ada ngeliatin gue sih" kalimat Aidan membuat rasa penasaran Ahza membuncah dan menoleh kearah belakang, dan benar saja beberapa siswi kelas XI tengah memandang lamat kearah meja keduanya. Saat Ahza menoleh sontak kehisterisan meledak diseisi kantin.
"OMG, ganteng banget dah" ujar salah satu diantara mereka, Ahza tersenyum dan menambah kegilaan itu. Aidan berdehem seraya merapikan poni ala oppa koreanya, "santai aja kali, baru gue liatin udah histeris belum aja gue senyumin" Ahza hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan, dan tetap diam tak ingin merusak dunia Aidan.Aldi nampak begitu terpaku dengan layar ponselnya, setiap sela latihan basket ia tak menyentuh air mineral yang Ahza siapkan untuk semua anggota. Aidan mencoba menelisik dengan berdiri dibelakang Aldi dan tersenyum dengan senyum penuh kemenangan.
Desyca:
Lo ada waktu?Aldi:
Butuh kapan?Desyca:
Sore ini, tapi kalo latihan basket Lo belum kelar juga ga papa kokAldi:
InshaaAllah adaDesyca:
Oke, gue tunggu di gedung bahasa XAldi:
OkeAldi terkejut saat mendapati Aidan dibelakangnya,
"Woy kecebong Amazon! Sejak kapan Lo disono?" Tukas Aldi dengan dua alisnya yang saling bertaut.
"Santai aja kali bang,gue ga liat apa apa kok. Mentok roomchat Abang sama ayang Desyca" Aidan tertawa lepas , tawanya mengundang kegeraman Aldi, dipukulnya lengan Aidan .
"Sialan Lo" umpat Aldi.
"Udahlah gue mau cabut, bilangin Ahza makasih buat air mineralnya" sambungnya, Aidan mengacungkan dua jempolnya kearah Aldi mengiringi kepergian Aldi dari lapangan.
"Semoga diterima!! Long last ya bang!!" Teriak Aidan yang dibalas kepalan tangan oleh Aldi.
Tak lama Ahza datang dengan tas ranselnya,
"Lo nggak cabut Dan?" Tanya Ahza
"Ngga tau gue, Aldi pulang duluan soalnya jadi kudu ngojek" jawabnya sambil memesan ojol diponselnya.
"Lo gak bawa mobil?"
"Kaga tadi pagi gue dijemput Aldi"
"Yaudah bareng gue aja" ujar Ahza,
"Yaelah udah kepesen ojolnya, lagi otw"
"Gampang ntar gue bayarin", Aidan tersenyum setuju.
"Makin ganteng Lo Za"Hari ini tiba masanya Ahza dan Aidan duduk berdampingan di pengadilan sebagai korban penyerangan Mike atas dirinya.
Ahza masuk menyusuri ruang tamu Kara dan berakhir di ambang pintu kamarnya, laki laki itu mengetuknya pelan.
"Hey Ra, gue dateng" ujar Ahza lembut, tak berselang lama pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Kara. Bukannya membalas senyuman Ahza wanita itu malah balik cemberut brutal dihadapan Ahza, Ahza yang tahu akan sebabnya hanya terkekeh pelan.
"Lo ngambek?" Tanya Ahza,
"Menurut lo?" Kara balik bertanya, Ahza mengedikkan bahunya pelan.
"Za..gue beneran ngga boleh ikut? Gue kan berhak duduk di kursi korban , kita bisa ceritain sama sama" gerutu Kara kesal. Terdengar helaan nafas Ahza, laki laki itu mencoba tuk mengunci tatapan wanita dihadapannya.
"Gur ga bakal biarin Lo ketemu sama Mike, dia hadir disana dan bakal banya eyecontact sama dia..urusan saksi korban Aidan bisa gantiin lo untuk sementara. Dia juga udah bawa rekaman cctv, jadi Lo lebih baik disini dan tunggu kabar baiknya...oke?" Jelas Ahza panjang lebar, Kara mau tak mau harus menurut toh yang dikatakan Ahza memang benar. Bagaimana jika ia bersikukuh untuk datang dan serangan panik itu muncul? Pasti mama dan Ahza khawatir.
"Okay, I wait your coming here" jawab Kara pasrah, menimbulkan senyum kemenangan diwajah Ahza.
"Kalo gitu gue berangkat ya udah ditunggu sama Aldi sama Aidan" ujar Ahza pamit, Kara mengangguk lalu akhirnya tersenyum.
"Hati-hati ya Za"Aidan duduk dengan sudut mata yang terus mengekor pada Ahza, membuat laki-laki disampingnya merasa risih.
"Sidang udah mau mulai, Lo ngapa dari tadi liatin gue kaya gitu?" Tanya Ahza tanpa basa basi,
"Gue cuma lagi mastiin Lo baik baik aja" jawab Aidan, Ahza tersenyum simpul.
"Harusnya gue yang mastiin kalo Lo ngga lupa bawa rekaman cctv" timpal Ahza dengan nada meledek.
"Bisaan Lo Za"
Tak berselang lama Hakim memasuki ruangan, langkahnya dapat digambarkan bahwa ia siap memulai persidangan. Alvin yang sedari tadi sibuk dengan berbagai berkas dan kertas jerih payahnya pun kini sudah tampak tenang dikursinya ditemani bang Tama - teman akrab kakak kandung Alvin - sebagai pengacaranya.
Selama persidangan Ahza tampak tenang, sesekali ia menatap Mike dengan tatapan yang sulit ditafsirkan.
"Saya menyanggah jika saudara Mike tertuduh sebagai pembunuhan berencana, sebab tujuan awal Mike bukanlah saudara Ahza tapi ada unsur lain yang tidak melibatkan senjata tajam" sanggah pengacara Mike, mendengarnya rasanya hanya membuat Ahza tertawa dalam hati mengapa mereka selalu mencari alasan untuk suatu kesalahan yang mutlak?.
"Alasan yang menguatkan tuduhan tersebut adalah adanya senjata tajam yang sengaja disimpan dijaket milik saudara Mike," bantah bang Tama,
"Apakah ada bukti yang mampu menguatkan?" Tanya Hakim, bang Tama mengangguk dan memberi instruksi kepada Aidan untuk memutar laptop yang sudah tersambung dengan projector.
Setelah menyaksikan video rekaman cctv, nampak hakim yang berdiskusi beberapa saat, hingga akhirnya hakim kembali angkat bicara.
"Apakah ada bukti lain?" Tanya Hakim,
"Ada" jawab Aidan mantap dan sejurus kemudian tampak foto luka ditubuh Ahza usai menjalani operasi, setidaknya ada dua luka yang ditusuk dengan senjata tajam yang sama. Bahkan Ahza berdiri dan menunjukkan surat keterangan dokter diagnosa agoraphobia. Seakan terbentur realita, pengacara Mike tak dapat membantah kesekian gugatan Alvin yang dilayangkan untuk Mike.20 menit berlalu, Hakim mulai membacakan hukuman yang akan dijatuhkan kepada Mike dan beberapa temannya meskipun hukuman yang mereka terima takkan seberat nonpelajar , namun Ahza dan yang lain sedikit lega karna Mike mendapat balasannya.
Ahza:
Done<3
Thx for giving support ♥️Kara:
Congrats Za, you have did it greatly.
Wuf uAhza tersenyum bahagia, Kara akhirnya mulai memaafkan ingatan buruknya meski perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Your Smile
Teen Fiction"Tidak Ra, ini bukan hanya perihal aku bersedia disampingmu bahkan lebih dalam dari itu aku akan selalu siap" Batin Ahza tak pernah hening, selalu berisik jika harus berhadapan dengan wanita indah satu ini. Jika suatu hari ia harus jatuh hati, Ahza...